𝓐 𝓓𝓲𝓯𝓯𝓮𝓻𝓮𝓷𝓽 '𝓡'
Seorang gadis bertubuh mungil dengan rambut sebahunya berjalan ringan menuju apartemen milik sahabatnya.
Kantong plastik berukuran sedang berisi makanan ringan tak lupa Ia bawa. Di dalamnya lebih di dominasi dengan marshmellow, coklat, dan es cream mengetahui sahabatnya itu suka sekali dengan makanan-makanan ini.
Ketika kakinya berhenti melangkah dan berhenti tepat di depan pintu apartemen yang dituju, segera tangannya bergerak menekan bel mengundang pemilik untuk membukakan pintu untuknya-- yang beberapa detik setelahnya, pintu dibuka oleh gadis yang lebih tinggi darinya.
Retania mendapati figur gadis yang tak lain adalah sahabatnya dengan senyum merekah, tak lupa tangannya yang diangkat menunjukkan satu kantong plastik seakan mengatakan 'Gue bawa jajanan buat kita'.
Segera Retania menariknya masuk. Berpelukan begitu erat menyalurkan rasa senang keduanya.
"Perut Lo udah sembuh?"
"Hum.. sore tadi nyerinya udah berkurang."
Retania menjawab sembari membuka kantong plastik yang dibawa sahabatnya yang sontak membuat matanya berbinar.
"Wow.. my lovely marshmellow. Suci thanks a lot, aku suka banget deh."
"Don't call me Suci, please."
"Why? Nama kamu emang Suci kan, kalau bukan Suci baru dong aku enggak panggil kamu Suci."
"Biasanya kan Lo panggil gue Nasya. Suci itu panggilan di sekolah aja lah Re.. Gue gak sesuci itu buat dipanggil Suci."
Suci Nasya Antika, gadis polos itu sebenarnya hanya topeng belaka. Begitu nakal adalah sifat aslinya. Ia adalah salah satu bawahan terpercaya kakek dari Retania. Bertugas menjalankan perintah untuk menjaga cucu semata wayangnya.
Bertingkah polos membuat dirinya tidak terlalu mencolok. Memudahkan dirinya mendapat segala informasi dengan tampang polosnya itu. Membuat orang lain tak perlu waspada.
Banyak sekali orang munafik di dunia ini.
"Heum.." Tanpa menghiraukan, Retania lebih asik dengan makanannya.
"Re.."
"Ng..?"
"Gue bersyukur Lo tadi gak masuk."
"Tanpa gak langsung kamu bersyukur aku sakit gitu?" Retania melihat sahabatnya yang saat ini sedang berbaring di kasur, dengan tatapan lurus ke langit-langit kamar, seperti sedang menerawang sesuatu.
"Sakit Lo kali ini emang harus disyukuri sih." Jawabnya yang kini mulai beranjak dan bergabung duduk bersila bersama Retania, menikmati makanan ringan yang tadi Ia bawa.
"Kenapa begitu?"
"Kalau Lo masuk, Lo pasti muak sama omongan cewek-cewek nyebelin itu. Gue aja enek dengernya."
"Mentang-mentang tadi Kak Jeyen, Kak Ed, Reygen, Heron ilang di tengah jam sekolah, mereka langsung berani gosip'in lo."
"Terus tadi itu gue sebel banget sama kakak kelas yang seenaknya salahin lo Re."
"Masa di kantin dia tepuk-tepuk tangan terus ngomong pake suaranya yang kayak toa buat nuduh lo." Dengan geram Suci memulai bercerita tentang kejadian di sekolah beberapa jam silam. Tangannya meremas kemasan snack dengan geram melampiaskan kesal.
"Dia bilang kak Jeyen, Kak Ed, Reygen, Heron bolos karena tau lo sakit. Yang bikin sebel tuh.. dia ngomong kalau lo bawa pengaruh buruk buat mereka sampai tiga diantara mereka berani bolos cuma karena lo sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Different 'R'
Teen FictionDari banyaknya waktu yang disinggahi, tidak hatinya yang bisa ditempati. Ini tentang mereka. Empat siswa sebuah sekolah di Jakarta. Menyumbang banyak penghargaan, ditambah anugerah wajah tampan pemberian Tuhan, membuat mereka dikenal dan digemari b...