𝓐 𝓓𝓲𝓯𝓯𝓮𝓻𝓮𝓷𝓽 '𝓡'
Derap langkah kaki terdengar tergesa dari dua orang yang ingin menuju kamar hotel nomor 207.Setelah kembali ke meja mereka sebelumnya, disana Heron dan Ednan tidak menjumpai keberadaan Retania. Segera mencari keberadaannya dan menghubungi gadis itu, namun tidak membuahkan hasil sedikitpun.
Langkah terakhir, mereka memilih mengecek keberadaan Retania di kamar hotelnya.
Sampai pada kamar yang dituju, segera Heron mengetuk pintu. Samar terlihat raut khawatir pada wajah mereka. Lain dengan raut wajahnya, sebenarnya mereka benar-benar merasa khawatir dan takut.
Pikiran buruk tiba-tiba menyeruak padanya, seperti bagaimana jika Retania diberi alkohol sehingga mudah orang melakukan hal yang tidak diinginkan.
Masih dengan tangan yang mengetuk pintu dengan keras, hingga rasa lega menyerbu mereka seketika. Bagaikan hawa panas yang tadi mengelilingi mereka hilang tergantikan dengan embusan angin yang menerpa wajah, setelah matanya melihat Retania dihadapan mereka.
Disana, Retania berdiri dengan keadaan telah memakai piyama satin berwarna baby pink dengan rambut tercepol.
Heron dan Ednan lantas melangkah maju bersama ingin mendekap tubuh Retania. Namun tertahan dengan tangan gadis itu yang menghalangi niat mereka.
Meletakkan masing-masing tangannya pada dada Heron dan Ednan, ia dapat melihat raut khawatir pada mereka, disertai tangannya yang dapat merasakan debaran jantung mereka yang begitu cepat. Lantas langsung saja Retania mendekat dan memeluk singkat Heron disana. Beralih pada Ednan, Retania tak segan memeluknya juga.
"I'm okey. Maaf karena tadi pergi begitu aja tanpa ngasih tau."
Walau rasa gugup masih mendominasi, mereka tetap membalas dengan anggukan dari pernyataan Retania barusan.
"Karena apa?"
Mencoba mencari jawaban dengan cepat, Retania berpikir jika ia mengatakan sejujurnya bukan hal yang tepat, kalau menjawab sakit akan menimbulkan kekhawatiran mereka. Tidak mau mereka menunggu dan curiga, Retania lantas menjawab-
"Ngantuk."
"Ng?"
"Tadi aku ngantuk, karena beneran sudah ngantuk jadi gak mau ambil pusing buat pamit sama kalian, yang enggak tau dimana. Jadi aku langsung ke kamar, and ya sampai kamar jadi nggak ngantuk lagi, jadi bisa buka pintunya buat kalian."
Ednan sedikit terkekeh, entah.. ia merasa lucu mendengar bahasa dari ucapan yang gadis itu lontarkan.
"Kenapa diem? aku sekarang sudah ngantuk lagi nih, mau tidur." Ucap Retania pura-pura lesu.
"Oke-oke, Sleep well Re. Night ya." Mengucapkan kata penutup untuk hari ini, tak lupa Ednan mengusap kepala Retania pelan, yang mengakibatkan Ia benar-benar merasa ngantuk sekarang.
Setelah kepergian Ednan, kini tinggallah Heron yang masih setia memusatkan penglihatan pada objek didepannya.
"You're lying."
Hingga sebuah pernyataan keluar dari lelaki itu. Satu hal yang Heron tau, jika Retania berbohong jari telunjuknya akan spontan bergerak mengetuk paha sebagai pelampiasan rasa gugup. Dan ia dapat melihatnya tadi.
Dari kecil jika gadis itu berbohong, ia akan menunduk dengan telunjuknya yang mengetuk-ngetuk paha. Namun sekarang sedikit berbeda ketika Retania telah remaja, ia lebih pandai menyembunyikan kejujuran. Rautnya tetap tenang dan meyakinkan, namun jarinya berkata lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Different 'R'
Teen FictionDari banyaknya waktu yang disinggahi, tidak hatinya yang bisa ditempati. Ini tentang mereka. Empat siswa sebuah sekolah di Jakarta. Menyumbang banyak penghargaan, ditambah anugerah wajah tampan pemberian Tuhan, membuat mereka dikenal dan digemari b...