24 "AYO SALING MEMILIKI"

569 105 103
                                    

𝓐 𝓓𝓲𝓯𝓯𝓮𝓻𝓮𝓷𝓽 '𝓡'

Gonna be my favorite part
-
-

Secara tergesa, Jeyen mencoba melangkah secepat mungkin melalui sepanjang jalan berubin yang Ia pijaki. Keadaannya tak lagi rapi seperti beberapa jam yang lalu. Dengan Jantung yang berdetak tak normal, Jeyen terus melangkah cepat ke tempat tujuan yang entah rasanya tak kunjung sampai, seakan jalan yang Ia lewati sangat panjang.

Jeyen mencoba mensugesti dirinya sendiri, bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bahwa pikiran buruk yang dengan berani sempat terpikir olehnya tidak akan pernah terjadi.

Langkahnya semakin cepat ketika melihat figur lelaki yang terduduk lunglai dengan pandangan kosong. Semakin mendekat, Jeyen dapat melihat lelaki yang Ia kenal baik itu mengepalkan tangan dengan mata berkaca-kaca. Hal itu dapat mengirimkan pikiran-pikiran negatif yang kini memenuhi pikiran.

"Pak Doni.."

Melawan pikirannya sendiri, Jeyen mencoba memfokuskan pendengaran yang berdengung dengan pusing yang mulai mendera kepalanya.

Dengan sabar, Jeyen menunggu sang pengawal pribadi opa untuk mengatakan satu kalimat saja yang dapat sedikit menenangkan dirinya.

Namun lain, perkataan Pak Doni justru mengirimkan serangan mendadak sehingga tubuh yang sedari tadi Ia coba topang kini perlahan merosot jatuh ke lantai.

"Den Jeyen.. saya mohon maaf sudah lalai menjaga Bapak."

Pak Doni yang telah bekerja selama tujuh tahun sebagai pengawal opanya kini mulai menceritakan kejadian beberapa jam silam sehingga menghantarkan sang opa dapat berbaring di brankar rumah sakit.

Mulai dimana opa yang mengajak minum teh bersama di pagi hari, dan berkata tentang plan-plan yang menjadi pertimbangan jauh-jauh hari-- lebih banyak mengenai masa depan Jeyen.

Beberapa jam setelahnya, Pak Doni dipersilahkan pergi membiarkan opa yang katanya ingin sendiri.

Hari ini, tepat dimana sang opa kehilangan istri tercintanya. Berdiam diri di tepi kolam teratai, memutar kembali kenangan lama.

Hingga akhirnya, Pak Doni mendengar seorang maid berteriak dan tersimpuh di dekat tubuh opa yang jatuh tertidur, sehingga segera sebagian bodyguard pergi membawanya ke rumah sakit.

"Saat saya mengecek CCTV, ternyata Bapak jatuh terpeleset dengan posisi tengkurap. Dadanya terbentur batu pinggiran kolam. Sebelum pingsan Bapak sempat kesakitan juga Den." Pak Doni menjelaskan dengan pelan menyesuaikan keadaan Jeyen saat ini.

"Dan dokter bilang, karena benturan itu yang cukup keras Bapak sesak nafas. A-apalagi Bapak mempunyai riwayat Emfisema, sehingga kerusakan pada alveolus semakin parah, dan.." Pak Doni tak sampai kuat untuk melanjutkan ucapannya, yang bisa Ia lakukan hanya ikut menangis diam di samping Jeyen. Keduanya benar-benar sangat kacau.

"Jeyen, Opa semalam mimpi Oma kamu. Istri Opa itu cantik sekali dengan gaun putih polos. Saat melihat wajahnya, rasa-rasanya Opa kembali melihat wajah remaja Oma. Tapi saat Opa mau panggil dia, tidak ada suara keluar sama sekali. Lalu Opa kejar Oma-mu itu, tapi dia terus jalan sembari melambaikan tangan. Dia jalan santai dan Opa lari, tapi Opa gak bisa gapai Oma. Sampai saat Opa sudah lelah, Oma bicara dengan suara yang sudah lama tidak Opa dengar, dia bilang kalau capek istirahat opa."

Ucapan panjang opa pagi tadi tidak ditangkap baik oleh Jeyen. Menyesal, Ia sangat menyesal hanya memberi pelukan untuk opanya dan berkata akan menemani untuk ke makam oma setelah pulang sekolah. 'Mengapa tidak saat itu juga Jeyen' Dirinya terus menjeritkan penyesalan.

A Different 'R'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang