𝓐 𝓓𝓲𝓯𝓯𝓮𝓻𝓮𝓷𝓽 '𝓡'
Terhitung hampir menyentuh lima bulan dari kepindahan Retania ke Indonesia. Segala suka dan duka telah Ia lalui selama itu. Cyber bullying masih sering Ia dapatkan hingga kini. Di sekolahpun, sedikit dari siswi di sana terang-terangan menunjukkan ketidaksukaan akan dirinya.
Pesan dari seorang berisi code yang entah apa maksudnya, juga masih tidak berhenti sampai saat ini. Code-code yang dapat Ia artikan, hanya berisi kalimat-kalimat romansa, dengan berbagai pujian.
Lagi, masalah 'sesuatu yang membuatnya berada di Indonesia, masih belum juga mendapat jalan keluar. Selama hampir lima bulan, dirinya hanya mendapat sedikit kepuasan karena berhasil membuat kurva perusahaan V'Corp bergerak turun. Setidaknya itu cukup untuk sekarang.
Untuk saat ini.. untuk kali ini saja biarkan Retania fokus menjadi remaja bahagia.
Setelah dua Minggu berkutat dengan soal-soal memusingkan Ulangan Tengah Semester, akhirnya para murid Cakra Raya sedikit bebas dari kekangan tugas untuk tiga hari kedepan--Saat ini, mereka menginjak masa jeda.
Di hari pertama, diisi dengan kegiatan bakti sosial. Setiap kelas diberi titik lokasi untuk memberikan bantuan dan bingkisan, seperti halnya panti asuhan, pinggir jalan, atau di lokasi-lokasi kecil dengan penduduk padat.
Di hari kedua-- atau tepatnya hari ini, kegiatan jeda diisi dengan acara panggung seni. Setiap kelas wajib menampilkan satu penampilan terbaik untuk disuguhkan pada seluruh warga sekolah.
Kelas XI-CR Two, bersepakat bahwa Retania yang akan maju menjadi perwakilan. Dukungan dan kata-kata semangat tak hentinya ditujukan kepada Retania sedari semalam.
Maka, dengan hati yang dilingkupi rasa bahagia dan antusias, Retania hampir siap dengan dirinya.
"Cantik sekali."
30 menit sebelum acara dimulai, ruangan dengan diameter sedang ini hanya diisi sepasang kekasih yang tak lain Jeyen dan Retania.
Jeyen sibuk dengan aktivitasnya yang mengepang rambut pirang panjang kepunyaan gadisnya. Sedangkan Retania sendiri, tidak ada aktivitas lain selain memandangi Jeyen dari pantulan kaca.
Ketika manik mata mereka bertemu di pantulan kaca, dengan segera mereka sama-sama menyuguhkan senyum manis nan tulus. Jeyen tak henti-hentinya memuja kecantikan sang gadis dengan perasaan menggelora dihatinya ketika melihat bagaimana Retania yang terlihat cantik dan manis ketika tersenyum.
"Kayaknya sudah enam kali Kak Jeyen bilang aku cantik?"
"Oh ya? Aku kira tadi bilangnya dalam hati."
"Ung.. Coba bilang sama aku, yang maunya enggak dalam hati tapi memang mau muji aku."
"Engga mau."
"Why~ Come on!" Retania berucap dengan menarik-narik tangan Jeyen yang kini telah berpindah posisi melingkari tubuhnya dari belakang. Dagunya Ia letakkan pada pundak sang gadis, matanya senantiasa memandang bayangan mereka yang begitu dekat dalam posisi ini.
Terkadang... Jeyen masih tidak menyangka, dimana apa yang dia damba selama ini terjadi begitu saja. Saat ini belum ada yang Ia mau selain akan selalu bahagia bersama gadisnya.
"Retaku cantik sekali." Jeyen berucap dengan lirih dan lembut tepat di sisi telinga kepunyaan Retania. Tangannya ikut mendekap semakin erat, menyamankan posisi saat ini, menghirup dalam-dalam aroma dari tubuh sang gadis.
"You're handsome too, boy." Ucapnya.. dengan tangan menepuk lembut pipi Jeyen dari samping.
"Kepangan-nya cantik banget.... Look! sudah kayak Elsa belum?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Different 'R'
Teen FictionDari banyaknya waktu yang disinggahi, tidak hatinya yang bisa ditempati. Ini tentang mereka. Empat siswa sebuah sekolah di Jakarta. Menyumbang banyak penghargaan, ditambah anugerah wajah tampan pemberian Tuhan, membuat mereka dikenal dan digemari b...