30 SINCERE KISS

613 95 8
                                    

𝓐 𝓓𝓲𝓯𝓯𝓮𝓻𝓮𝓷𝓽 '𝓡'

-Empat hari yang lalu-

Jeyen tanpa bosan mencoba mengajak bicara Retania. Saat ini, mereka berada dalam mobil milik Jeyen entah menuju kemana.. karena Retania betah bungkam untuk tidak berkata kemana maunya.

"Kalau diajak bicara kasih respon dong."

"Coba hadap sini sayang, pemandangan sisi kanan lebih bagus."

Jeyen dengan sabar terus memulai obrolan, tangan kirinya senantiasa mengusap tangan kepunyaan gadisnya dengan lembut.. sedangkan tangan satunya lagi Ia gunakan untuk mengemudi-- terlihat menawan, sungguh.. apalagi Jeyen yang kali ini mengenakan kemeja hitam yang dilipat sebatas siku, menambah kadar ketampanannya. Retania yang menyia-nyiakan pemandangan ini, rasanya sedikit disayangkan.

"Retania.."

-Masih belum mendapat sahutan.

"Baby.."

"Ck.. Apa?!" Kali ini mendapat sahutan, namun Retania masih belum mengalihkan pandangannya dari jendela samping.

"Kok galak?"

"Ya biarin!"

"Kan sudah dibilang, cuacanya lagi dingin sayang.. Aku gak mau kamu kedinginan kalau pakai motor."

Jadi, akar permasalahannya adalah Retania yang ingin sekali kencan dengan menggunakan motor. Permintaan pertama, Retania ingin mengendarai motor sendiri-- bahkan dia ingin mereka balapan di jalanan sepi, hal itu sudah pasti ditolak oleh Jeyen.

Permintaan kedua, jika mengendarai motor sendiri tidak boleh, maka Ia mau mereka jalan-jalan malam dengan satu motor. Dan hal inilah yang membuat Retania kesal dan mendiami Jeyen sedari tadi.

Retania sangat tidak suka mendengar alasan-alasan yang diucapkan Jeyen. Apalagi ketika Ia ke basemen parkir, Ia justru mendapati Jeyen dengan mobilnya, bukan motor sesuai permintaannya.

"Aku sudah pakai jaket."

"Aku takut kamu jatuh kalau ketiduran."

Kali ini Retania mengalihkan pandangan dari jendela. Melihat lelaki itu sedang tersenyum kearahnya, sehingga lesung pipitnya terlihat. Namun Ia tak goyah sama sekali, dia masih dikuasai rasa kesal.

"Kan biasanya kalau aku tidur di motor, kamu selalu pegangin aku erat-erat supaya enggak jatuh."

"Nih seperti ini..." Retania menunjukkan tangan keduanya yang saling menggenggam erat. Mengingatkan, jika tak jarang saat Retania tertidur di motor, Jeyen akan dengan senang hati memegang tangannya erat-erat. Bahkan Jeyen rela mencari jalan yang cukup sepi, dan berkendara dengan hati-hati menggunakan satu tangan.

Jeyen mengecup tangan Retania.. lantas Ia bawa di atas pangkuannya. Berpikir singkat, tidak masalah jika harus menuruti permintaan Retania satu ini. Walaupun alasan sejujurnya, Jeyen merasa khawatir akan keadaan akhir-akhir ini. Mungkinkah seseorang tersebut mengancam nyawa gadisnya.. atau tidak.

"Saya sempat berpikir orang yang selalu mengawasi Re adalah suruhan Daddy."

"Begitupun dengan saya, mengingat dia tau keturunan Agraham masih ada yang hidup... tidak tak mungkin akan dilenyapkan karena dia seorang saksi."

"Pak Doni... Apa menurutmu Re sudah tau tentang ini? Saya takut faktanya.. kalau Re ingin berhubungan dengan saya karena balas dendam."

"Saya tidak tau pasti. Tapi saya selalu melihat ketulusan dalam diri Nona Re saat bersama Anda Tuan."

Jeyen tersenyum mendengarnya.

A Different 'R'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang