29 TERBONGKAR

539 99 8
                                    

𝓐 𝓓𝓲𝓯𝓯𝓮𝓻𝓮𝓷𝓽 '𝓡'

Saat ini jam menunjukkan pukul 06.20. Banyak murid yang telah datang dan kini sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Membaca buku, sekedar bicara dengan temannya, sarapan di kantin, bahkan lapangan futsal-pun sudah dihuni oleh beberapa siswa.

Dari sekian murid tersebut.. Retania, Suci dan Nora ikut mengambil bagian. Mereka berjalan beriringan menuju kelas masing-masing, tentunya dengan sedikit perbincangan.

"Apa enggak papa kalau pergi sendiri?"

Pertanyaan dari Suci tersebut, adalah perihal Retania yang ingin pergi ke Gramedia untuk mencari buku terbitan lama yang sedari kemarin-kemarin ingin Ia beli, namun Retania masih belum mendapat waktu yang pas.

"Gak papa kok. Lagian aku ke Gramedia punya Mama Nita."

"Mamanya Kak Heron?"

"Iya."

"Kenapa gak minta Kak Jeyen temenin? Aku khawatir Re, kata kamu... kamu ngerasa diikutin dan diawasi terus kan?"

Benar... Retania pernah bercerita, bahwa dirinya merasa terus diawasi dan diperhatikan. Pesan-pesan anonim yang selama ini Ia terima juga menunjukkan sosok tersebut selalu berada disekitarnya-- terlihat bagaimana dia tau kondisi apapun yang sedang Retania alami. Jeyen juga merasakannya, saat itu.. dia langsung mengutarakan secara gamblang.

"Punggung aku panas. I think, ada yang perhati'in kita dari belakang... cukup jauh."

"Makasih ya, tapi aku beneran gak papa. Lagi pula, aku memang mau meet up sama Mama karena kemarin belum puas, jadi gak ajak Kak Jeyen deh."

"Gitu.. tapi kamu harus aktif terus ya?"

"Iya."

Perbincangan singkat tersebut tidak melibatkan Nora sama sekali. Gadis itu sedari tadi hanya diam menyimak.. tidak seperti biasanya.

"Kelas aku belum ada yang dateng? Pintunya masih ditutup."

Retania memandang heran pintu kelasnya. Dia tau bagaimana disiplinnya murid-murid yang berada di kelasnya. Lagipula.. dari sekian banyak murid yang Ia lihat sepanjang jalan, mungkinkah tidak ada murid kelasnya sama sekali.

"Masuk aja Re... mungkin memang lo yang pertama dateng?"

Mendengar perkataan Nora, Retania maju selangkah. Sudah siap memegang handle pintu, namun terhenti, lantas mengernyit heran. Melihat... jika tangannya baru saja terkena tetesan cairan putih pekat dari atas.

"Kenapa? Pintunya susah dibuka?"

"Kalau iya, biar gue coba yang buka." Nora ikut mendekat, dengan pasti menggerakkan handle pintu... sehingga kini pintu terbuka dengan celah sangat kecil. Nora tak berbaik hati untuk membukakan lebih lebar pintu untuk Retania.

Pandangan Retania beralih dari Nora ke sosok cowok yang kini berlari tergesa ke arah mereka.

"Ayo lo mas.. AAAA!"

Kejadiannya sangat cepat, suara pekikan Nora bersamaan dengan suara berisik ember yang jatuh dari atas. Cairan berwarna putih pekat yang sepertinya adalah cat membasahi lantai juga Nora yang kini kondisinya memprihatinkan. Tubuh dan seragamnya benar-benar tersiram cat tersebut.

Retania masih terkejut, dirinya mengacuhkan presensi Ednan yang saat ini terlihat khawatir akan dirinya.

Seperkian detik setelahnya Retania memandang Ednan. Mencoba memahami kejadian baru saja, bagaimana Ednan berlari tergesa, lantas mendorong tubuhnya menjauh sedikit kasar. Ia juga melihat dengan jelas, saat Ednan sengaja menyenggol Nora sehingga Ia terdorong kesamping, alhasil pintu terbuka dan cat berwarna putih tumpah begitu saja-- mengguyur Nora.

A Different 'R'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang