𝓐 𝓓𝓲𝓯𝓯𝓮𝓻𝓮𝓷𝓽 '𝓡'
Wanita paruh baya yang kini berada di apartemen Retania itu sedari tadi tidak bisa diam. Pergi ke dapur lalu ke kamar Nonanya, kembali ke dapur lantas naik kembali ke kamar Nonanya. Selalu seperti itu.Sedangkan sebab dirinya melakukan hal itu karena Retania yang sedari pagi tadi mengeluh sakit di bagian perutnya--Retania sedang kedatangan tamu bulanan.
Bibi sudah memasak berbagai jenis makanan yang bisa menarik nafsu makan Retania karena Nonanya itu tidak makan dari pagi sampai kini pukul 11.38.
"Bibi ini sakit banget.."
Saat ini Retania sedang meringkuk di atas kasur dengan bantalan air hangat di atas perutnya. Di atas nakas-pun terdapat tujuh botol sachet Kiranti yang disediakan Bibi.
Karena berbagai effort yang dikeluarkan masih belum berbuah hasil, maka wanita paruh baya itu menjatuhkan pilihan yang menurutnya sangat tepat. Yaitu melapor kepada bodyguard yang setia berjaga di luar sana, yang segera saja laporan itu kini telah tiba kepada masing-masing tuan muda mereka.
Alhasil di sinilah mereka berada, di depan pintu apartemen Retania dan menunggu pintu untuk dibukakan.
Jeyen, Ednan, Heron dan Reygen rela keluar kelas hari ini demi Retania-- Karena gadis itu rasanya seperti segalanya.
"Hey Re.. sakit sekali ya?"
"Kenapa bisa di sini? Ini masih jam sekolah-
"Bibi, tolong airnya diganti. Ini sudah dingin."
"Baik den.."
Heron duduk di sisi samping kasur yang ditiduri Retania. Tangannya terjulur untuk mengecek suhu tubuh gadis itu melalui kening, yang kini ia rasa suhunya normal-normal saja.
Di lain sisi Ednan turun untuk meminta sebuah kaos kaki kepada Bibi, yang langsung saja ia diberinya. Kembali ke kamar Retania, lantas dengan lembut memasangkan kaos kaki itu di kaki Retania yang sebelumnya sempat terkejut.
Sedangkan Reygen masih bergeming di tempat semula, tidak mencoba melakukan apa-apa.
"Listen to me please.."
"Aku cuma nyeri haid, gak perlu sampai bolos karena cuma mau kesini. I'm okay, and you're back to school right now."
"Lo fokus supaya perutnya gak sakit lagi aja ya? Gak usah mikirin kita, bolos sekali-kali gapapa kok."
"What?! Bolos sekali-kali? Itu enggak berlaku buat Reygen yang sering bolos."
"Hey Reygen! Mau jadi apa kamu?! Kalau sekolah aja bolos terus hah?!" Dengan tatapan memicing tajam, Retania melihat ke arah Reygen yang bersidekap. Alis kirinya terangkat-- merasa heran.
"Kamu juga, Heron kan Ketua OSIS, masa iya kasih contoh yang nggak baik?"
"Ini lagi Kak Jeyen anak olimpiade masa bolos? Mau dikata apa sama guru hm.."
"Kak Ednan juga, bolos itu bukan kamu banget. Pasti jam istirahat ada kumpul rutin Basket Club kan? Nah kalau kayak gitu nanti urusannya gimana?!"
"Kita juga manusia Re."
"Ya siapa yang bilang kalian robot? Gak ada!"
Masing-masing dari mereka menghela nafas, berpikir apakah semua perempuan akan berubah seperti singa saat tamu bulanannya datang. Bahkan, Heron sempat mengusap telinganya yang berdengung, karena posisinya yang paling dekat dengan Retania, sehingga suara bervolume keras yang keluar dari mulut Retania sedikit mengusik gendang telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Different 'R'
Teen FictionDari banyaknya waktu yang disinggahi, tidak hatinya yang bisa ditempati. Ini tentang mereka. Empat siswa sebuah sekolah di Jakarta. Menyumbang banyak penghargaan, ditambah anugerah wajah tampan pemberian Tuhan, membuat mereka dikenal dan digemari b...