BAGIAN LIMA

764 76 1
                                    

Saat kau mengatakan kau akan meninggalkannya, aku justru takut, takut kau akan menyesal telah memilihku dan meninggalkannya.

***

"Sampai kapan kau akan mendiamkanku seperti ini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sampai kapan kau akan mendiamkanku seperti ini?"

Kayura yang tengah memainkan ponselnya itu segera meletakkan ponselnya disamping badannya. Malam ini, Jevano tengah berada di ruang tengah keluarga Kayura.

"Kay, aku sudah mengatakannya pada Alinea. Kita sudah selesai. Aku pikir setelahnya kau akan benar-benar menerimaku, tapi kenapa kau justru mendiamkan ku? Kau menjauhi ku." Lanjutnya.

"Lalu apa yang kau harapkan dariku?"

Jevano tertawa miris. Ia tidak mau menyesali pilihannya, hanya karena respon Kayura yang tampak tak tertarik padanya.

"Kau akan terus seperti ini? Jangan membuatku menyesal telah memilihmu dan meninggalkan Alinea."

"Kalau begitu," Kayura berdiri dari duduknya, "silahkan kembali pada Alinea." Lanjutnya, kemudian beranjak pergi dari hadapan Jevano.

"Kau ingin mempermainkan ku?" Tukasnya sembari menarik lengan Kayura hingga gadis itu berbalik menghadapnya. "Jangan membuat usahaku untuk kita menjadi sia-sia Kayura." Tekannya.

Kayura masih tampak tenang, meski ia merasa nyeri di lengan tangannya karena cengkeraman Jevano yang semakin mengerat.

Beruntung, tak ada Deva maupun Keynara dirumah. Keduanya tengah berada di Amerika untuk perjalanan bisnis.

"Kau kasar ternyata."

Jevano bergeming, perlahan cengkeraman di lengan Kayura melemah, namun belum ia lepaskan.

Kayura melepaskan cengkeraman Jevano perlahan. Ia kembali duduk, tak mau terbawa emosi.

"Sorry." Ucapnya sembari menunduk, menyesal. "Aku tidak bermaksud."

"Aku sudah mengatakan kalau kau tidak perlu melakukan apapun untukku."

"Dari awal kita hanya dijodohkan. Mungkin saja kau terpaksa bertunangan dengan ku. Bukan begitu?"

"Aku tidak pernah merasa terpaksa."

"Oh ya?"

"Ya."

"Kalau begitu kenapa kau tidak memutuskan Alinea saat kau menerima perjodohan ini? Kau masih mempertahankan dia bahkan saat kita sudah bertunangan." Tandasnya.

Jevano terdiam.

"Kau tahu? Ini yang aku takutkan saat kau mengatakan akan meninggalkan Alinea. Aku tak mau kau menyesalinya. Aku tidak sebaik Alinea dalam hal mengerti dirimu. Aku mendiamkan mu karena aku melihat kalian. Aku melihat kau memutuskan Alinea. Dan aku merasa bersalah untuk itu."

"Banyak yang menganggap ku merebut mu dari Alinea. Bahkan mungkin satu sekolah berpikir seperti itu." Lanjutnya.

"Jujur saja memang aku ingin kau berpaling padaku dari Alinea. Karena aku ingin seutuhnya kau menjadi tunangan ku, aku pernah berpikir seperti itu. Hanya saja aku merasa kalau aku jahat. Bagaimana bisa aku menyakiti perempuan lain disaat aku sendiri juga tidak ingin merasakan hal yang sama."

TRONARVINGE || KARINA - JENO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang