14.

303 30 1
                                    

Happy Reading!

Rumah sakit Medika.

"Besok pagi ibu boleh pulang, tapi ingat ibu tidak boleh melakukan kerja berat dulu dan minumlah obat tepat waktu dan terakhir istirahatlah dengan baik." Kata suster itu dengan senyum tipis di bibirnya.

Veronica dan Sky yang mendengar kabar gembira ini tersenyum senang.

"Baiklah sus, terimakasih." Ucap Maulina.

Sementara Sky membantu Veronica mengemaskan pakaian dan barang-barang yang perlu di bawa pulang.

"Veronica, mama ingin Maulina tinggal di rumah mama." Ucap Sky sembari mengepak beberapa pakaian ke dalam tas yang besar itu.

Veronica berpikir sebentar sebelum menjawab. "Em...aku pikir tidak perlu ma, lagipula aku akan tetap bersamanya."

Veronica enggan menjawab iya, karena menurutnya itu pasti akan merepotkan ayahnya yaitu Alaric dan Sky.

Sky memberhentikan kegiatannya lalu menatap wajah Veronica dengan serius. "Vero, lagian mama ingin menjaga Maulina hingga sembuh, kebetulan juga mama ingin memiliki teman di rumah, ayahmu juga kebiasaan diam di luar, bahkan ayahmu jarang sekali pulang ke rumah."

Veronica diam sebentar, kemudian mengangguk. "Jika itu yang mama mau, baiklah."

Veronica sebenarnya juga kangen dengan Alaric, karena selama Veronica hidup dirinya tidak pernah melihat wajah sang ayah.

"Jadi...bagaimana kabar ayah?" Spontan pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir Veronica.

Sky tersenyum tipis. "Baik Vero, kau tidak perlu sungkan untuk menanyakan keadaannya."

20 tahun kemudian...

Di kabarkan seorang putri lahir bernama Veronica Isya Williams, dan kabar itu sangat mengacaukan bagi perusahaan Alarickarena Alaric telah berani menghamili wanita bernama Maulina itu.

"Sudah berapa kali aku katakan hah? Jangan sebar anak ini!" Marah Alaric matanya menyorot tajam pada wajah Maulina yang tengah menangis di bawah ranjang dengan tersedu-sedu.

"Aku...aku memang sengaja melakukan ini, ini demi kau dan Sky, aku tidak ingin di akui buruk olehnya." Isak Maulina bibirnya bergetar akibat menangis sedari tadi.

"Kau bilang apa? Sky? Bahkan aku tidak peduli padanya!" Alaric mendekat dan berjongkok di hadapan Maulina dan mengangkat sedikit kepalanya agar Alaric bisa melihat wajah istrinya yang sekarang sembab dan matanya yang memerah.

"Aku peduli dengannya, dan ini semua ulahmu! Kenapa kau harus menghamiliku? Apa kau tidak kasihan dengan Sky? Aku lihat bagaimana wajahnya saat melihatmu denganku, dan terlebih lagi Sky menganggapku adalah kekasih gelapmu!" Teriak Sky mengeluarkan semua unek-uneknya yang dari tadi dirinya tahan.

"Kau bisa berhenti bicara tidak? Waktu itu aku khilaf denganmu, ku pikir kau adalah Sky yang datang saat malam itu di hotel!" Kata Alaric tak terima dengan pengakuannya.

Sedangkan di balik tembok, Sky melihat kejadian itu, dan tanpa sadar Sky mengeluarkan air matanya yang telah jatuh di pipinya. Ini semua bukanlah sepenuhnya kesalahan Maulina, Maulina hanyalah korban semata.

"Maafkan aku Maulina..." Batin Sky lalu pergi meninggalkan pertengkaran yang sedang terjadi itu.

*****

"Bagaimana ibumu, apakah Maulina di perbolehkan pulang?" Tanya Reybong yang kini di dalam mobil dan menyetir mobil hitam mewahnya.

"Ibuku sudah lebih baik, dan ya besok pagi ibuku boleh pulang." Beritahu Veronica.

Tibalah di Mansion. Sandrinna menatap dua manusia yang memasuki halaman rumah dengan sinis dan sengit ke arah mereka berdua, tatapan itu nyalang bagaikan api.

"Darimana kalian berdua?!" Tanya Sandrinna yang kini lebih menatap tajam pada Veronica yang membawa tas besar di kedua tangannya.

"Kami berdua dari rumah––"

Ucapan Veronica pun terpotong karena Reybong terlebih dahulu menyahutinya.

"Kami habis belanja." Sahut Reybong merangkul pinggang ramping istrinya mesra.

"Benar? Tidak bohong kan?" Bondong Sandrinna, Sandrinna tidak ingin mendengar kebohongan apapun dari suaminya itu.

"Benar sayang...ayo masuk dulu..." Kata Reybong dan mengajak Sandrinna ke dalam rumah dan masih merangkul pinggang istrinya, bahkan sekarang lebih erat.

"Bibi!!" Teriak Karin dan Nafira berhamburan memeluk Veronica, Veronica dengan sigap pun langsung menerima pelukan dadakan itu.

"Bibi darimana saja? Kami berdua menunggu bibi loh dari tadi." Sungut Nafira mengerucutkan bibirnya gemas.

Veronica yang tidak tahan dengan Nafira pun mencubit kedua pipinya gemas. "Bibi habis dari rumah sakit."

"Rumah sakit? Memangnya siapa yang sakit bibi?" Tanya Karin.

"Nenek kalian sakit."

Mereka berdua pun mengangguk-angguk mengerti.

"Ayo bi, main lagi!" Seru Karin dan Nafira berbarengan dan menarik tangannya, sementara tasnya di bawa oleh salah satu pelayan.

Di dapur. Sandrinna berusaha menghindari Reybong, tetapi tetap saja dengan keras kepala suaminya tetap pun mengikutinya kemana dirinya akan pergi.

"Jangan mengikutiku sayang...aku ingin masak." Kata Sandrinna sekian kalinya, Reybong pun masih setia berdiri di sampingnya dengan berpura-pura membantu memotong daging ayam.

"Aku tidak peduli, aku ingin tetap berada di sini hingga selesai." Ucap Reybong tak terima dan masih melaksanakan kegiatannya itu.

"Yasudah, kau sendiri saja yang masak, aku akan tidur kalau begitu!" Tutup Sandrinna melangkah pergi, tapi sebelum itu Reybong menarik tangannya.

"Kenapa kau tetap saja tidak peka? Bukannya sudah terlihat jelas bahwa aku ingin ciuman darimu?!" Sungut Reybong kesal.

Sandrinna pun memegang kepalanya yang pening, astaga! Jadi ini yang sedari tadi Reybong mengikuti Sandrinna??

Ya tentu saja Sandrinna tidak peka.

"Sayang bilang dari tadi, aku akan memberinya." Senyum Sandrinna mengembang saat melihat wajah suaminya menahan malu.

Cup.

Sandrinna pun mengecup sekilas bibirnya.

"Byeee~lanjutkan masakmu sayang..." Tawa Sandrinna dan lari ria menuju ke arah tangga.

*****

To be continued...

"Astaga San...lo peka napa, kasian tuh suami lo!"

"Gue emg gak peka! Jadi maaf hehe..." Nyengir Sandrinna.

Aku harap moga kalian suka part ini!

Jangan lupa vote!!

Thankyouu❤️

Perjodohan S2 (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang