29

1K 83 6
                                    

"pergi Gulf! Gue gak mau liat muka Loe lagi! Bukannya Loe juga yang udah mutusin persahabatan kita, kenapa Loe Dateng ke rumah gue?" Bentak Mew dengan penuh emosi.

"Mew, aku mohon maafkan aku Mew hiks hiks, jangan gunain kata loe-gue lagi... Maaf udah jahat sama kalian bertiga, maaf Karna kemaren aku di butakan oleh Kao. Mew... Aku mohon maafkan aku" tangis Gulf, wajahnya memelas memohon maaf dari sahabatnya itu. Siapa saja yang melihatnya mungkin akan menjadi iba dengan Gulf, namun Mew masih tetap pada pendiriannya.

"Tidak Gulf, kali ini aku benar-benar tidak bisa memaafkanmu. Aku lelah Gulf lelah dengan sifatmu yang dari sedari kecil selalu ingin menang sendiri, selalu ingin di mengerti dan selalu ingin di rajakan, aku capek Gulf, seperti permintaanmu kemarin. Kita bukan sahabat lagi Gulf, dan seperti yang kau bilang kemarin, anggap saja kita orang asing yang tidak pernah mengenal."

"Mew..."

"Pergi Gulf! Atau aku akan menyuruh security untuk menyeretmu!"

Dengan berat hati Gulf pun pergi dari sana.

Tadi pagi, bahkan bisa di bilang sangat pagi Gulf sudah datang ke rumah Mew, berharap sahabatnya itu mau berbaikan dengannya. Setelah apa yang para sahabatnya itu lakukan untuk dirinya, Gulf pikir mereka tidak akan marah dengannya, secara, para sahabatnya itu sangat mati-matian untuk dirinya saat membongkar kebusukan Kao.

Namun siapa sangka ternyata Gulf salah, Mew bahkan sangat membencinya.

Apakah perkataannya kemarin sangat menyakitkan untuk mereka?.

Gulf benar-benar menyesali perbuatannya yang bodoh itu.

Lalu Gulf menuju rumah Tawan, Karna diantara ketiga sahabatnya itu Tawanlah yang paling tak tega dan banyak mengalah dengan Gulf.

Gulf berharap Tawan tidak sekeras Mew, dan Tawan mau memaafkan kannya.

Gulf sampai di rumah Tawan, namun bukan sambutan hangat seperti biasa yang Gulf terima, melainkan sebuah tamparan keras yang Gulf terima di pipinya.

Tamparan Tawan itu mampu membuat Gulf sempoyongan.

"Tawan... Kau menamparku? Hal yang tidak pernah kau lakukan padaku dari kita kecil? Dan kau melakukan itu padaku Tawan?" Gulf benar-benar tidak habis fikir apakah sejahat itu dia, sehingga Tawan menampar dirinya.

"Itu bahkan belum cukup Gulf! Jika aku menuruti diriku mungkin kau sudah mati dari kemarin-kemarin"

Gulf lalu berdiri dengan kedua lututnya, lalu memegang kaki Tawan bersujud di kaki Tawan, berharap rasa tak tega Tawan muncul saat ia melakukan itu.

"Aku mohon maafkan aku... Maafkan aku" tangis Gulf pecah, air mata membanjiri wajahnya, namun tangisan itu tidak membuat hati Tawan tersentuh.

"Lepaskan kakiku bajingan! Kemana sifat angkuhmu kemarin? Hahaha apa Karna Kao tidak disini? Atau karna kao menghianatimu lagi hahaha, dan setelah Kao tiada. Kau baru mendatangi kami"

"Ma-maafkan akuu..maa-maaf aku mohon."

Gulf terduduk saat kau menarik kakinya dari tangan Gulf.

"Bukankah kau menyayangiku? Bukankah kau mencintaiku Tawan? Lalu dimana rasa itu"

Tawan lalu berjongkok ia mensejajarkan wajahnya dengan wajah Gulf, kemudian ia menangkup wajah Gulf.

"Kau salah paham Gulf, Kau hanya mendengar apa yang Kao bilang dan kau tidak mendengar apa yang aku katakan padanya setelah kau pergi. Mari aku jelaskan, aku memang menyayangimu, tapi sebagai adik dan sahabatku, Kao bilang begitu Karna dia percaya dengan ucapan temannya. Karna apa? Karna temannya tau kalau kita sangat dekat dan aku yang banyak mengalah denganmu. Jadi jangan beranggapan kalau aku menganggapmu lebih dari itu dan kau tau itu, jadi jangan berharap aku mau memaafkanmu dengan mengandalkan itu Gulf." Tawan lalu menepuk pelan wajah Gulf.

"Setidaknya maafkan aku tawan, kita ini sahabat dari kecil, dan kau yang paling paham aku" Gulf masih berusaha memohon ampun dengan sahabatnya itu.

"Aku sudah cukup mengalah Gulf, rasa sayangku denganmu hanya kau anggap angin lalu, dan kau lebih percaya dengan bajingan itu! Lalu? Apa yang kau dapatkan sekarang. Penyesalan? Penderitaan? Atau kesedihan?. Gulf... Gulf.. tidak usah bawa embel-embel sahabat denganku jika kemarin saja kau tak menganggap aku dan yang lainnya adalah sahabatmu."  rasa belas kasihan Tawan benar-benar hilang, ia rasa ini adalah pelajaran yang setimpal untuk Gulf setelah apa yang Gulf lakukan pada mereka selama ini.

"Tawan..."

"Tidak usah tunjukkan wajah ibamu itu Gulf, Karna itu tidak akan mempan."

Tawan lalu masuk kedalam rumahnya,  dan membanting pintu dengan keras.

Gulf yang mendengar itu tersentak kaget, ia lalu pergi dari rumah Tawan dengan lesu, sungguh sangat iba jika melihat expresi wajah Gulf saat itu.
Namun ini adalah hal yang harus ia peroleh dari hasil tidak mempercayai sahabatnya itu kan.

Gulf terakhir menuju rumah davika, berharap sahabatnya itu mau memaafkan dirinya.

"Hanya davika satu-satunya harapan untuk memaafkan ku, bukankah dia tidak bisa marah denganku? Ya... Aku yakin dia mau memaafkanku" ucap Gulf yakin, ia lalu menghapus air matanya dan segera menuju rumah davika.

Namun... Saat sampai di sana ternyata Davika sedang tidak ada di rumah, ia tau itu dari security penjaga rumah davika, maka pupus lah sudah harapan Gulf, bahkan Davika yang tidak tahan marah dengannya saja segaja pergi agar tidak menemuinya.

"Bukannya tadi malam masih di sini ya pak?"

"Iya den, cuma tadi pagi-pagi banget non berangkat den. Katanya sih ada kerjaan penting"

"Berapa lama dia di sana pak? Dan di negara mana dia pergi?

"Waaah kalau itu saya kurang tau den... CMA tadi pagi katanya keluar negeri Karna ada kerjaan" Gulf hanya mengangguk.

"Kalau gitu saya pulang dulu ya pak, sampaikan pada davika kalau saya mencarinya."

"Siip den, nanti bapak sampaikan dengan non" ucap si security sambil mengangkat tangannya kekepala tanda hormat.

Gulf pun kembali kemobilnya dengan wajah lesunya kembali, ia memutuskan untuk kembali kerumahnya.

"Gimana pak?"

"Aman non, den Gulf udan pergi."

"Bagus, pokoknya kalau dia kesini lagi bilang aja saya lagi keluar negeri ya pak"

"Beres non.."

" Bagus" ucap davika, ternyata dia bukan tidak ada di rumah. Dia bersembunyi di dalam rumah dan menyuruh security untuk mengatakan kalau dia pagi-pagi sekali sudah berangkat ke luar negeri.

"Maaf Gulf, tapi kali ini kau harus menikmati penyesalanmu."

I Wuv U friendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang