30

1.1K 92 3
                                    

*Seminggu kemudian*

Terhitung sudah satu Minggu sejak saat Gulf datang kerumah sahabatnya itu.

Gulf masih berusaha keras untuk mendapatkan maaf dari ketiga sahabatnya, namun apapun usahanya tetap tidak membuahkan hasil bahkan Mew dan Tawan memblokir nomer Gulf, dan juga davika yang masih tidak bisa di hubungi hingga saat ini.

Gulf benar-benar frustasi dan rasanya ia seperti akan gila, ia sadar ini semua karna kesalahannya, namun ia tak menyangka jika ketiga sahabatnya itu benar-benar mengabulkan ucapannya kemarin, sungguh Gulf sangat menyesal.

Sore ini Gulf secara tidak segaja bertemu Davika dia sebuah pusat perbelanjaan dan itu membuat senyum Gulf merekah lebar.

Gulf kemudian berjalan mendekati Davika, namun Davika menyadari keberadaan Gulf yang mendekat ke arahnya. Davika pun mencoba pergi dari situ namun belum sempat wanita cantik itu pergi Gulf sudah menahan tangannya, dan itu membuat ia tak bisa kemana-mana.

"Davika bisa kita bicara sebentar?"

"Maaf Gulf aku sedang sibuk." Ucap davika datar

"Aku mohon lampir aku.."

'PLAAK' Belum sempat Gulf menyelesaikan ucapannya Davika sudah terlebih dulu menampar pipi kiri Gulf, dan itu cukup membuat Gulf terkejut. Hal yang sama seperti Tawan lakukan padanya kemarin.

"Da-davika..." Mata Gulf berkaca-kaca, serasa tidak percaya dengan apa yang terjadi. Harapan terakhirnya untuk memperbaiki hubungan persahabatannya ternyata juga membencinya.

"Hanya para sahabatku yang boleh memanggilku dengan sebutan 'lampir', sementara kau, kau bukan sahabatku!"

"Davika... Kau juga marah padaku? Kau juga membenciku?"

"Menurutmu?"

"Bukankah kau selalu bilang padaku bahwa kau tidak bisa marah padaku, bukankah kau paling menyayangiku."

"Bukan hanya aku Gulf, Mew dan Tawan juga. Tapi apa yang kau lakukan pada kami selama ini? Kau selalu beranggapan kalau kami berusaha menghacurkanmu, merusak hubunganmu, atau membuatmu menderita dengan mengacaukan hubunganmu dengan bajingan itu?"

Gulf menangis, ucapan davika benar. Ia selalu beranggapan demikian pada ketiga sahabatnya itu. Dari awal dia berpacaran dengan Kao, ketiga sahabatnya itu sudah mengatakan kalau Kao tidak baik untuk Gulf walaupun mereka juga yang membantu Kao agar Gulf mau berpacaran dengan Kao, namun belakangan mereka baru tau kalau Kao ternyata tak lebih dari seorang bajingan.

Maka saat mereka pertama kali mengatakan pada Gulf kalau Kao selingkuh Gulf tidak percaya dan beranggapan kalau Sabahatnya itu iri dengannya Karna diantara mereka berempat hanya Gulf yang memiliki kekasih saat itu.

Otak Gulf memutar semua kejadian dan ucapan-ucapan kasarnya pada ketiga sahabatnya itu. Gulf benar-benar sadar sekarang bahwa dia sangat jahat selama ini kepada para sahabatnya.

"Aku benar-benar minta maaf davika.. hiks hiks, aku mohon maafkan aku. Aku sadar selama ini aku sudah jahat pada kalian.. aku mohon maafkan aku.. aku bisa apa tanpa kalian.." Air mata Gulf benar-benar tidak bisa di tahan lagi, semua tumpah membanjiri wajah Gulf.

"Tidak ada gunanya meminta maaf Gulf. Itu tidak menyembuhkan luka yang sudah kau torehkan pada kami."

"Aku mohon..."

"Maaf Gulf aku harus pergi."

Davika ingin beranjak pergi, namun Gulf menahan tangannya lagi.

"Davikaa... Aku mohon maafkan aku, setidaknya untuk yang terakhir kali nya tolong beri aku kesempatan, aku janji tidak akan mengulanginya lagi." Gulf memohon dengan tangisannya yang kencang.

Melihat Gulf yang menangis kencang membuat davika sedikit tidak tega, bagaimanapun mereka sudah bersama sedari kecil dan davika paling tidak bisa marah pada Gulf.

Ingin sekali rasanya davika memeluk Gulf seperti biasanya, namun mengingat kembali saat Gulf lebih memilih pria brengsek itu dari pada persahabatan mereka maka davika mengurungkan niatnya, biarlah ini jadi pelajaran untuk Gulf.

"Kami sudah memberimu banyak kali  kesempatan Gulf, namun kau tetap seperti itu, jadi maaf. Kesempatanmu sudah habis" ucap davika kemudian berlalu pergi meninggalkan Gulf yang masih menangis di sana.

...

"Dari mana saja kau lampir jelek?" tanya Mew.

"Iya nih, darimana aja? Kok lama? Aku dan Mew sudah kelaparan menunggu mu."

"Tadi tak sengaja aku bertemu Gulf."

"HAH"

"Hah heh hah heh, bau tau"

"Serius kau bertemu dengan Gulf?"

" Coba aki Tawan lihat muka saya, apakah wajah saya terlihat seperti saya sedang berbohong."

Tawan lalu melihat wajah davika dengan serius,

"Serius banget aki-aki satu ini" ucap Mew.

"Ok aku sudah melihatnya" ucap Tawan.

"Melihat apa?" Tanya davika.

"A-aku..aku.. aku melihat ada banyak kerutan di ujung matamu  HAHAHAHA"

"Tawan anjing. Orang lagi serius dia malah bercanda"  davikaaa memukul lengan Tawan.

"Hahahaha"

"Puas kalian berdua ya ngetawain aku" kesal davika pada kedua pria di depannya itu.

"Lalu apa kau memperhatikan rupa Gulf?"

"Heum, dia terlihat seperti tidak terurus dan juga lingkar hitam di matanya sangat tebal. Aku rasa dia tidak tidur Beberapa hari ini." Ujar davika.

"Kesiaaann" ucap Mew.

"Emm Tawan? Apakah kita tidak terlalu kejam dengan Gulf?" Ucap davika.

"Tolong ya buk Yaa, kita begini juga Karna ulah dia, jadi tolong hilangkan rasa tidak tegamu itu. Ini sudah rencana kita dari awal." Ucap Mew sambil berkacak pinggang.

"Mew benar davika, biarkan Gulf seperti itu, bukankah semua ini keinginannya kemarin, kita hanya mengabulkan keinginannya untuk memutuskan persahabatan dan menganggap dia orang asing"

"Hilangkan rasa tidak tega mu, kita lakukan ini juga agar dia sadar." Ucap Tawan.

"Baiklah baiklah, aku ngikut kalian aja, ya udah makan yuk udah laper aku"

"Gas.." ucap Mew dan Tawan bersamaan.

...

"Dari ujung tempat Gulf menangis terlihat seorang wanita sedang memperhatikan Gulf, ia tersenyum melihat keadaan Gulf yang sangat kacau.

"Ini belum seberapa Gulf, nanti kau akan merasakan yang lebih sakit dari ini." Ucap wanita itu dengan senyumnya.




I Wuv U friendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang