*7*

316 81 38
                                    

14-08-22

Sebuah mobil MPV putih dengan kaca berwarna hitam pekat, tengah melaju kencang melewati perbatasan kota menuju area pedesaan. Pemandangan hijau tanaman padi, menghiasi hamparan sawah yang membentang luas di kiri dan kanan jalan.

"Gue haus," ucap Megan dalam keheningan, berulang kali ia menjilat bibirnya yang gersang juga tenggorokan yang terasa kering kerontang.

"Tahan dulu," Menatap lurus ke depan tanpa mengalihkan pandangan, Jupiter sedang fokus menyetir.

"Gak bisa! hausnya udah akut," Sanggah Megan dengan muka masam.

"Ya udah, nih," Jupiter menyodorkan botol air mineral dengan tangan kirinya yang terborgol bersama tangan kanan Megan.

"Bekas mulut lu? ogah gue, jijik!" Megan melengos, ia tak mau menerima botol pemberian Jupiter yang isinya memang tinggal setengah.

"Udah gue duga. Tahan aja kalau gitu, bentar lagi sampe." jupiter menaruh kembali botol airnya.

"Apa lu bilang, bentar lagi sampe? gak usah bohong deh ya, gue tau perjalanan masih jauh. Lu sengaja kan, lu pasti seneng liat gue tersiksa karena kehausan terus dehidrasi lalu mati kering kayak mumi!" Cerocos Megan bak titisan Eminem, si rapper tercepat di dunia.

Jupiter mendengus, kesabarannya akan terus diuji selama dalam misi. Cewek bawel yang duduk di sampingnya itu tak akan berhenti mengoceh di sepanjang jalan sebelum keinginannya terpenuhi. Beruntung mata Jupiter jeli, ia melihat sebuah warung makan yang pastinya juga menjual minuman.

"Kenapa malah berhenti sih, jadi makin lama sampenya!"

"Tadi katanya mau minum, Itu ada warung," Jupiter menunjuk dengan dagu ke arah sepetak bangunan ringkih yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu dan berdiri tepat di pinggir sawah.

"Terus nunggu apa lagi, udah sana cepetan beli!" Bernada tinggi, bak ratu kegelapan yang menguasai jagat raya, Megan memerintah seenak jidat.

"Ayo keluar."

"Males, elu aja!" Mengalihkan pandangan, Megan merubah posisi duduknya membelakangi Jupiter.

"Gue gak akan ninggalin lu di sini," Jupiter memberi kode dengan mengayunkan tangan kirinya yang terborgol membuat tangan kanan Megan ikut bergerak.

"Kan bisa dibuka dulu, gue gak akan kemana-mana, janji."

"Sayangnya gue gak percaya dengan janji palsu, lu."

"Iss, beneraan!" Megan berusaha meyakinkan.

"Gue cuma punya dua pilihan buat lu, keluar atau lanjut?" menarik tangan Megan dan mendekati wajahnya, Jupiter bertanya dengan serius.

"Iya, gue keluar!"

"Ingat, jangan macem-macem kalau lu masih mau hidup!" ancamnya lagi sambil mengantongi pistol.

Megan mengangguk seraya memutar bola mata. Ia sudah muak melihat Jupiter bertindak seperti pawang yang membuat luluh dengan ancaman senjata api sebagai andalannya.

Keluar dari mobil, Jupiter hendak meraih tangan Megan untuk digenggam, namun hal itu tidaklah mudah. Bukan Megan namanya jika tanpa perlawanan, tepisan keras telah lebih dulu menyapa.

"Mau ngapain sih lu, gak usah megang-megang tangan gue!" bentaknya dengan sangat galak.

"Jangan berpikir yang aneh-aneh. Gue ngelakuin hal ini cuma biar borgolnya gak kelihatan," Tak mau ambil pusing, Jupiter kembali meraih tangan Megan lalu menggenggamnya erat tanpa mempedulikan wajah jutek yang terus menatap kearahnya.

Benar kata Jupiter. Jaket yang ia kenakan juga kemeja lengan panjang yang dipakai Megan memang berhasil menutupi sebagian besar borgolnya. Ia hanya perlu menjaga posisi untuk terus saling berdekatan.

REVENGE  ( End ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang