22-12-22
Di pagi-pagi buta, William dan Bram baru sempat melintasi jalanan sepanjang rute yang dilewati Jaka setelah tadi malam membawanya ke rumah sakit, juga mengurus jenazah Hendrik.
Bram menghentikan mobilnya di bahu jalan yang berjarak sekitar lima puluh meter dari jembatan, tempat di mana Jaka melihat mobil MPV putih milik Jupiter dan menemukan Megan.
William keluar dari mobil, matanya berkeliling mengamati sekitar sambil terus berjalan hingga sampai di sebuah jembatan, yang mana di tempat itu ia bisa menatap dengan jelas ke area pelabuhan, sama seperti yang dilakukan Megan tadi malam.
Tak mendapat petunjuk apapun di tempat itu karena sama sekali tak ada orang yang bisa diajak berbincang. William dan Bram akhirnya memutuskan untuk meninggalkan jembatan beralih mendatangi mini market.
Sampai pada tempat yang dituju, William kembali dihadapkan pada rekaman cctv yang terpasang di luar, menyorot pada halaman depan mini market yang buka hingga dua puluh empat jam. Di situlah semua kejadiannya terekam dengan jelas.
William tampak serius mengamati, di mana dalam rekaman itu ia melihat mobil yang dikendarai Jaka terparkir. Beberapa saat kemudian, datang mobil lain yang juga berhenti dan tiba-tiba saja menyerang. William tak berkedip saat melihat aksi penembakan yang merenggut nyawa Hendrik, dan hal yang paling penting adalah rekaman yang memperlihatkan kemana arah Megan berlari pergi.
Dirasa cukup urusannya dengan cctv, kini William menyusuri jalanan yang diduga dilewati Megan malam itu. Hingga saat ia terhenti pada jalan yang bercabang, William sempat dibuat bingung, ia berpikir keras akan kemungkinan jalan mana yang diambil Megan, antara arah ke pelabuhan atau jalan setapak yang menuju pedesaan.
Jam yang tergantung di dinding kayu menunjukkan pukul empat pagi. Megan terbangun setengah sadar, perlahan ia membuka mata menatap langit-langit rumah yang tampak asing. Megan juga dibuat semakin bingung saat pendengarannya menangkap suara dengkuran yang saling bersahut-sahutan.
Berada dalam posisi yang tak nyaman, Megan menoleh ke samping. Ia terperanjat saat mendapati empat orang tak dikenal sedang tertidur lelap bersamanya dalam ruangan sempit dengan cahaya lampu minyak yang redup.
"Piter, piter lu dimana?" memanggil dengan nada lirih sambil menatap sekeliling. Megan tak melihat Jupiter berada di ruangan itu bersamanya.
Megan bingung dengan apa yang harus ia lakukan tanpa Jupiter di tengah sekumpulan orang-orang asing ini. Megan merasa takut dan ingin segera kabur sebelum mereka semua terbangun. Namun saat hendak berdiri, tiba-tiba ada tangan seseorang yang menahannya. Megan sangat kaget dan tak sempat berteriak karena telah lebih dulu dibekap.
Di tempat lain, di dalam sebuah rumah kosong yang sudah lama tak berpenghuni namun bangunannya masih terlihat kokoh dengan hiasan sarang laba-laba. Jupiter merebahkan diri beralaskan tikar.
Masih dalam keadaan terjaga, jika kemarin Jupiter sempat dibuat insomnia karena harus selalu waspada tanpa kenal waktu, juga berpindah-pindah tempat untuk mengamankan Megan dari perburuan orang-orang berkelompok di luar sana. Kini di saat yang terbilang aman, Jupiter malah tak bisa tidur tanpa gadis itu. Rasanya seperti candu, ada sesuatu yang hilang ketika Megan tak ada di sisinya.
Hingga saat hari menjelang pagi, Jupiter merubah posisi menjadi duduk termenung sambil melamun. Ia terhanyut dalam ingatan saat mencium Megan di atas kapal. Tak sadar, Jupiter reflek meraba bibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE ( End ) ✔️
Short StoryJupiter terbelenggu oleh dendam sejak kejadian naas yang menghantamnya beberapa tahun silam. Saat berusia sepuluh tahun, ia harus merelakan kedua orang tua juga calon adiknya direnggut paksa oleh keganasan peluru logam yang meluncur menembus dada. p...