*24*

161 57 8
                                    

25-12-22



Gue gak mau tinggal sama mereka, gue maunya sama lu!

Jupiter tersenyum simpul saat mengingat kembali ucapan Megan. Ternyata tak hanya dirinya yang merasakan hampa ketika tak saling bersama. gadis yang sedang terlelap di hadapannya itu sepertinya juga telah mengalami ketergantungan. Disadari atau tidak, saat ini Megan tak bisa lepas dari peran seorang Jupiter.

Lantas, apa yang akan dilakukan Jupiter untuk menangani hal semacam ini agar ia tetap fokus pada misi dan tak terbelenggu dengan perasaannya yang aneh? Nampaknya Jupiter tengah menghadapi rintangan yang sulit. 

Tok-tok!

Terdengar seseorang mengetuk pintu di luar sana membuat Jupiter seketika menoleh ke sumber suara.

"Piter, siapa itu?" Megan terperanjat bangun dan langsung mendekap lengan Jupiter dengan muka bantal.

"Gue lihat dulu," Jupiter hendak beranjak dari tempatnya duduk.

"Ikut!" sahut Megan sambil masih mencengkram lengan Jupiter, ia takut jika ditinggal sendiri di ruangan itu.

Berjalan beriringan mendekati pintu, Jupiter memutar kunci lalu perlahan membukanya, sementara itu Megan beralih mundur ke belakang bersembunyi di balik punggung.

Menatap keluar, Jupiter melihat sosok gadis desa berkepang dua dengan rambut yang sengaja dibiarkan menjuntai di kiri dan kanan bahu. Ia terlihat cantik dengan senyum malu-malu menatap ke arahnya.

"Hei," sapa gadis itu tampak grogi.

"Miranti, ada perlu apa?" tanya Jupiter merasa penasaran dengan hadirnya gadis bernama Miranti yang merupakan anak kedua pak Danu, orang yang menolongnya tadi malam.

"Megan ada?"

"Ngapain lu nyariin gue?" sahut Megan yang tiba-tiba melongok dari belakang pundak Jupiter.

"Aku mau ngajak kamu mandi bareng di sungai, sekalian jalan-jalan biar kamu kenal dengan lingkungan sekitar," terang Miranti ramah tampak bersemangat.

"Apa! mandi bareng di sungai? ... ogah! lu aja sendiri."

"Meg!" Jupiter menatap tegas ke arah Megan sebagai peringatan.

Balik menatap Jupiter, Megan terdiam sesaat berusaha menangkap arti dari tatapan itu yang mengingatkannya pada sebuah ultimatum.

"Eh, m-maaf Mir. Maksudnya, gue nggak bisa ikut, lengan gue lagi sakit," Megan beralasan sambil pura-pura meringis kesakitan.

"Maka dari itu aku ajak kamu mandi bareng, biar ada yang bantuin buka baju dan pakai kain penutupnya. Udah yuk keburu siang," menjawab dengan entengnya, Miranti langsung menarik tangan Megan.

Ya ampun! maksa banget ni cewek, batin Megan. "Piter gue gak mau, tolongiiin," bisiknya menatap Jupiter dengan langkah sedikit tertahan namun tak bisa menolak. Megan pun akhirnya pasrah.

Bukannya tak menggubris ucapan Megan, Jupiter merasa tak enak hati mencegah niat baik Miranti, toh Megan memang perlu mandi setelah melewati keadaan sulit tadi malam. Kini Jupiter hanya bisa menahan tawa melihat reaksi Megan sambil melangkahkan kaki mengikutinya di belakang.

Suara gemeretak ranting juga daun-daun kering yang terinjak mengiringi langkah ketiganya di sepanjang jalan menuju sungai. Desa yang Miranti tinggali memanglah sebagian besar masih berupa kebun dan hutan bakau di pinggir pantai.

Plakkk!

Megan beberapa kali terlihat sibuk menepuk kakinya yang diserang oleh sekumpulan nyamuk nakal hingga membuatnya kesal dan beberapa kali mengacuhkan warga saat saling berpapasan. Megan terus-terusan menampakkan muka masamnya yang cukup mengganggu bahkan jadi bahan omongan.

REVENGE  ( End ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang