*33*

134 56 32
                                    

18-02-23



"Piter!" Megan kembali menyikut dada Jupiter lebih kencang.

"Ssshht ... sakit, Meg," Jupiter meringis sambil mengusap-usap dadanya.

"Sukurin, ditanya bengong aja sih."

"Emang lu nanya apa?"

"Gak jadi, males!"

Mengabaikan Megan, Jupiter kembali menatap Miranti. Saat ini, gadis itu tengah mencuri perhatiannya. Miranti terlihat sempurna, tak hanya cantik, ia juga masih polos dan sederhana, mandiri serta pintar memasak. Nampaknya, semua kriteria gadis idaman yang ia cari ada pada Miranti.

"Meg, novel Alvi yang kamu pinjam kemarin, mana?"

"Itu ada di dekat lu," Megan menunjuk dengan mata ke arah novel yang tergeletak di atas tikar tak jauh dari tempat Miranti duduk. "Emang kenapa, Mir?"

"Kamu sudah selesai kan bacanya? mau aku balikin ke Alvi sekarang," Miranti mengambil novelnya dengan cepat lalu beranjak dari tempatnya duduk.

"Mir, beneran lu mau ke sana sekarang? kan jam segini di aula banyak orang," Megan menatap Miranti yang telah berdiri di depan pintu.

"Gak pa-pa, lagian cuma anak-anak. Aku pergi ya, Meg. Makasih," Miranti berlalu dengan antusias.

"Ya ampun, nekat bener dah tu anak mau tebar pesona, gara-gara cinta sampai segitunya," Megan menertawakan Miranti sambil menatap Jupiter yang sedari tadi hanya diam menyimak dengan muka datar.

Alvian, lagi-lagi Alvian. Apa sebenarnya keistimewaan yang dimiliki cowok itu hingga semua gadis tergila-gila padanya seperti terkena pelet. Sikap Miranti barusan seketika meruntuhkan kekaguman Jupiter terhadapnya.


Siang menjelang sore, matahari mulai condong ke barat. Semilir angin bertiup sepoi-sepoi menemani langkah Miranti yang kembali mendatangi Megan. Kali ini ia tak sendiri melainkan bersama Wiro.

Tok-tok!

"Meg ... Megan!" panggil Miranti dari luar.

Tak lama, terdengar suara derit pintu terbuka menampakkan Megan dengan rambut sedikit berantakan setelah menikmati rasa bosan menghabiskan waktunya untuk rebahan. Megan yang saat itu tampak malas, seketika ia melebarkan mata melihat Wiro di hadapannya dengan parang ditangan.

"Ada apa, Mir?" Megan bertanya sambil perlahan membenamkan sebagian tubuhnya ke belakang pintu.

"Nih untukmu, tadi aku pinjam lagi ke Alvi," Miranti mendekat lalu menyodorkan novel yang baru, namun tetap genre horor yang ia pilih.

"Emang gak ada yang lain ya?" menatap sekilas ke cover novel.

"Bukannya kamu suka cerita yang seram? buktinya yang kemarin cepet bacanya."

"Maunya sih yang beda, biar gak bosan. Tapi ya udah deh gak pa-pa. Makasih ya," tak mau masalah novel menjadi panjang, Megan menerima dengan terpaksa lalu bersiap menutup pintu.

"Meg. Tunggu!" Miranti menahan pintunya.

"Ada apa lagi, Mir?"

"Sebenarnya tadi aku ke sini bukan cuma mau ngasi novel aja, tapi mau ngajak kamu pergi ke kebun."

"Hah! mau ngapaiiin?" Megan mengerutkan dahi.

"Mau metik mangga, jambu, pisang. Apa aja deh yang ada di sana, yuk!" ajak Miranti tak sabar.

"Tapiii... " Megan tampak ragu untuk mengiyakan saat matanya kembali tertuju menatap Wiro dengan parangnya yang bagai paket lengkap mirip psikopat sadis di dalam sebuah film.

REVENGE  ( End ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang