*9*

275 80 8
                                    

24-08-22


Jupiter menurunkan Megan di kursi depan dalam mobil. Rencana menginap di rumah tua itu ia urungkan demi keamanan posisinya yang telah tercium oleh anak buah John Krasinski.

Megan menatap dirinya pada kaca spion tengah. Terdiam sesaat, ia mengamati keadaannya yang terlihat kacau, dekil dan tak jauh beda dengan penampakan Jupiter yang sering ia caci.

Menghela napas penuh keputus asaan, Megan mengambil gelang karet lalu menguncir rambutnya ke belakang. Ia juga mengambil beberapa tisu basah untuk membersihkan wajah dari kotoran debu yang telah mengcover sempurna seperti foundation.

Jupiter mengatur napasnya yang terengah di belakang setir sambil memandangi Megan. Gadis itu terlihat cantik dengan makeup namun tanpanya, ia tampak sangat manis dengan kharisma yang begitu kuat.

Setelah mengangkat beban puluhan kilo dengan jarak lebih dari seratus meter membuat Jupiter merasa kehausan. Ia mengalihkan pandangan untuk mencari botol air mineral yang dibelinya tadi di warung.

"Jangan diminum, air itu punya gue," Secepat angin, Megan merebut botol air mineralnya dari tangan Jupiter.

"Gue haus banget, nanti gue beliin lagi," Jupiter mengulurkan tangan meminta botol yang dipegang Megan.

"Gue juga haus, gak cukup kalau dibagi dua," pungkas Megan sambil tangannya bergerak membuka segel dan tutup botol lalu sengaja meminum airnya di depan Jupiter.

Menghempaskan badan ke sandaran kursi, Jupiter memejamkan mata sambil menyibakkan rambut dengan kedua tangan tertahan di belakang kepala. Ia menghela napas berat, berusaha sabar menghadapi Megan.

Jupiter bingung, entah mengapa ia mau bersikap baik dengan gadis manja itu yang notabene adalah anak dari pihak musuh. Bukankah yang benar seharusnya ia membuat gadis itu sengsara dan menderita sebagai bentuk pembalasan kepada ayahnya.

Sepertinya Jupiter terlalu patuh dengan perintah dari sang klien untuk menjaga gadis itu dengan baik. Selama bergabung menjadi agen rahasia, ini adalah kali pertama baginya menghadapi masalah yang begitu pelik, ia bingung tak tau harus bagaimana memperlakukan gadis itu dengan benar dalam pandangan dua sisi yang berbeda.

"Dari pagi kita belum makan. nih," Mengabaikan rasa haus, beralih ke makanan. Jupiter menaruh nasi bungkus yang ada di dalam kantong plastik ke samping Megan setelah ia mengambilnya satu untuk disantap sendiri.

Megan menatap sekilas ke bungkusan berwarna coklat berlapis daun pisang di dalamnya yang terlihat sedikit menyembul dan tertahan oleh jepitan karet melingkar, ia sama sekali tak berniat untuk menyentuh apa lagi memasukkan isinya ke dalam mulut.

Melihat Jupiter di sebelahnya yang begitu lahap menyantap nasi bungkus dengan sendok plastik berwarna putih tulang. Megan menelan ludah, tak bisa menyangkal jika sebenarnya ia sangatlah lapar.

"Uhhuk ... Uhhukk!"

Tiba-tiba saja Jupiter tersedak akibat terlalu cepat memasukkan makanan ke dalam mulut, sontak wajahnya memerah dan matanya berair. Megan yang memang sedari tadi memperhatikan Jupiter, ia ikutan panik dan tak tega hingga spontan memberikan botol air mineralnya yang tinggal setengah.

"Nih, cepetan diminum!" Menyodorkan dengan tergesa.

Jupiter tak segera mengambil botol air mineral yang terpampang di depan mata, ia malah melongo menatap Megan dengan heran.

"Gak usah ngeliatin kayak gitu, risih tau! suara batuk lu mengganggu telinga gue, cepetan ambil!" beralasan, Megan menggerakkan botol airnya ke depan Jupiter.

"Makasih," Jupiter segera menerima air itu lalu meneguknya hingga habis, ia kembali menatap Megan seolah masih tak percaya dengan sikap baiknya.

"Kenapa jadi ngeliatin terus sih? nyesel gue ngasi air itu ke elu!" Megan membuang muka, ia tak mau beradu pandangan terlalu lama dengan Jupiter, rasa kesal yang masih menggunung membuatnya malas menatap cowok itu.

REVENGE  ( End ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang