15-04-23
Berada dalam satu ruangan namun tak saling berinteraksi. Megan kukuh diam membisu mengabaikan Jupiter yang sedari tadi berusaha mencairkan suasana juga melontarkan segala bujuk rayu agar Megan mau minum obatnya.
Usaha yang tak membuahkan hasil. Megan dalam mode diam membuat Jupiter tak bisa berkutik hingga akhirnya menyerah, tak tahan dengan situasi yang seperti ini.
Jupiter tak suka dengan sikap Megan yang pasif membuatnya jadi bingung merasa serba salah. Ia lebih memilih Megan yang cerewet dan manja seperti biasanya meski kadang membuatnya hilang kesabaran.
Tok-tok!
Terdengar suara ketukan di pintu memaksa Jupiter beranjak untuk memeriksa. Saat daun pintu itu telah terbuka, tampaklah Miranti yang berdiri di hadapannya menyambut dengan senyuman. Miranti datang untuk membawakan makan siang.
"Maaf, aku terlambat ngantar makanannya," ucap Miranti sambil melangkah masuk.
Miranti menghampiri Megan lalu menaruh keranjang makanan di sampingnya dan mulai mengeluarkan satu per satu.
"Meg, ayo dimakan, jangan diam aja," Miranti menyodorkan piring ke depan Megan yang disambutnya dengan mulut masih terbungkam.
"Dan kamu, Piter. Aku ambilin ya?" aju Miranti manis.
"Gak usah, Mir. Gue bisa sendiri," tolak Jupiter halus.
"Gak pa-pa kok, biar gampang kamunya tinggal makan, apa sekalian mau disuapin?" celetuk Miranti bercanda.
Klotak!
Megan menaruh piring kosong yang ada di tangannya dengan kasar. Telinga Megan mendadak panas mendengar cuitan Miranti. Gadis centil itu akhir-akhir ini sering membuat kesal dengan tingkahnya yang terlihat sangat menyebalkan di mata Megan.
"Kenapa, Meg?" tanya Miranti sambil memperhatikan gelagat Megan yang aneh, begitu juga dengan Jupiter.
"Gak pa-pa, kalian berdua aja yang makan, gue lagi gak nafsu," menatap tajam dengan mata mengkilat, Megan beranjak keluar mengabaikan Jupiter yang terus memanggil namanya.
Megan berjalan menyusuri pantai seorang diri. Suasana tenang mampu melonggarkan ruang di dada yang tadinya terasa begitu sesak. Megan bingung, entah mengapa sekarang jika berada di antara Jupiter dan Miranti ia menjadi dongkol dan gusar, padahal biasanya tak ada masalah.
Langkah Megan terhenti, ia kembali meringis menahan sakit yang terasa semakin dahsyat. Megan berjongkok lesu dengan kedua tangan menekan bagian perut.
"Minum dulu obatnya, biar gak jadi tambah parah," seru Jupiter yang tiba-tiba muncul di samping Megan.
Megan hanya menatap sekilas kemudian membuang muka. Ia masih tak mau bicara dan memilih mengabaikan Jupiter.
"Meg, lu boleh benci sama gue sampai kapanpun. Tapi jangan menyiksa diri seperti ini. Gue gak mau terjadi apa-apa sama lu," Jupiter mendekati Megan.
"Gak usah sok peduli sama gue," Megan bangkit lalu berjalan menjauh.
"Gue emang peduli sama lu, Meg," Jupiter mengikuti langkah Megan di belakang.
"Nyatanya lu lebih mentingin Miranti dari pada gue!"
"Hanya dalam keadaan mendesak."
"O... ya!" Megan tersenyum sinis. "Lu juga udah gak bisa lagi gue andalin, malahan Wiro yang selalu ada saat gue butuh."
"Tapi sekarang yang ada di sini gue, bukan Wiro."
"Itu hanya karena lu merasa bersalah."
"Meg, gue janji. Mulai sekarang gue akan selalu ada di samping lu," Jupiter meraih tangan Megan, menghentikan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE ( End ) ✔️
Short StoryJupiter terbelenggu oleh dendam sejak kejadian naas yang menghantamnya beberapa tahun silam. Saat berusia sepuluh tahun, ia harus merelakan kedua orang tua juga calon adiknya direnggut paksa oleh keganasan peluru logam yang meluncur menembus dada. p...