*30*

168 66 18
                                    

31-01-23

Megan duduk bersila dengan badan terbalut selimut, lebih tepatnya kain panjang bermotif batik yang biasa dipakai oleh perempuan jaman dulu untuk penutupi tubuh bagian bawah. Ia menggigil kedinginan dengan bibir sedikit membiru. Megan baru saja selesai mandi saat hari telah gelap karena kesorean sepulangnya dari pantai.

Jupiter menggesek korek api untuk menghidupkan lampu, lalu mendekatkannya ke Megan. Ia kembali melakukan hal yang sama hingga mendapat lima lampu yang menyala.

"Meg, mau nyobain gak?" Menyodorkan korek api ke depan Megan.

"Enggak," Sembari merapatkan selimutnya.

"Ya udah, berarti cuma lampu itu yang gue nyalain."

"Kok gitu, percuma beli banyak kalau gak di pakai."

"Makanya bantuin," Jupiter mengumpan.

"Ish! ya udah sini," Megan menyibakkan selimutnya lalu menyambar korek api di tangan Jupiter.

Ternyata tak semudah yang dilihat, Megan mencoba menggesekkan stik kayu berkepala coklat itu hingga beberapa kali gagal juga patah, namun akhirnya bisa menyala. Megan tersenyum tampak bangga dengan keberhasilannya saat itu yang hanya sekedar menghidupkan korek api, karena memang ia belum pernah menggunakannya sama sekali.

Langkah selanjutnya menyulut sumbu, Megan membuka kaca lampunya terlebih dulu sembari memegang korek yang menyala.

"Aow-aow, aduh panaas!" Megan spontan melempar stik korek itu saat api telah melalap kayunya hingga ujung dan mengenai jari.

"Yang bener itu, sebelum nyalain korek, dibuka dulu kaca lampunya, Meg."

"Kenapa gak bilang dari tadi sih. Lu sengaja ya, biar jari gue melepuh!"

"Kan tadi udah dikasi contoh."

"Tetep aja gak tau kalau lu gak bilang. Gue gak terlalu merhatiin."

"Cewek emang gak bisa salah," gumam Jupiter.

"Apa lu bilang!"

"Gak ada. Sini biar gue lihat jari lu."

Jupiter meraih tangan Megan lalu memeriksa ujung jari telunjuknya yang terlihat sedikit memerah. Ia menunduk mendekatkan mulutnya ke jari lentik itu kemudian mulai meniup-niup pelan. Megan terpaku sejenak memperhatikan perlakuan Jupiter, hingga saat tiba-tiba mata besar itu mengarah padanya. Megan salah tingkah dan langsung mengalihkan pandangan.

"Masih berasa panas?" tanya Jupiter lembut.

"Udah enggak," Menjawab dengan nada lirih, Megan menarik tangannya pelan.

Setelah kejadian kecil barusan, Jupiter pun mengakhiri, setidaknya Megan sudah mau mencoba. Namun saat ia hendak mengambil lagi korek apinya, Megan menghalangi. Rupanya gadis itu belum mau menyerah hingga berhasil menyalakan beberapa lampu yang tersisa.

Kini semua lampu yang ada telah menyala menerangi ruangan. Megan masih terlihat belum puas karena tetap saja cahaya berwarna oren itu tak bisa membuat ruangan menjadi terang seperti yang diinginkan.

Pagi itu, jam telah menunjukkan pukul lima lewat tiga puluh menit. Jupiter beranjak bangun untuk jongging di pinggir pantai setelah mengantongi ijin dari Megan tadi malam.

Hingga saat Megan terbangun dan ingin segera pergi ke kamar mandi, Jupiter belum juga muncul. Beruntung Megan melihat Miranti yang saat itu hendak menuju sungai.

"Mir, mau mandi?" sapa Megan yang sedari tadi nongkrong di depan rumah menunggu Jupiter.

"Iya nih, kamu mau ikut?" Miranti menghentikan langkahnya.

REVENGE  ( End ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang