05-09-22
Seperti tanpa rasa jijik, dengan sabar Jupiter masih terus memegangi kantong plastik tempat di mana Megan menguras isi perut dengan memuntahkannya berulang kali hingga selesai.
"Semua ini gara-gara elu!" bentak Megan sambil menggeser tubuhnya yang lemas lalu menyandarkan diri ke dinding. Megan menyeka matanya yang berair juga memegangi perut yang masih terasa sakit.
"Lu gak bisa ya ngebedain rasa makanan basi sama yang masih enak?" Jupiter menatap heran.
"Gue tu gak pernah makan nasi bungkus, kirain emang selera orang-orang macam lu kayak gitu. Pantesan aja rasanya aneh seperti makanan alien, untung cuma sesuap yang masuk ke perut, kalau lebih, bisa kejang-kejang gue. Aduuh ... Ssshh!" Megan kembali meringis kesakitan.
"Nih, minum dulu," Jupiter menyodorkan gelas berisi air putih yang telah disediakan oleh pemilik kos di setiap kamar.
"Taruh aja di situ, entar gue ambil sendiri," Mengabaikan Jupiter, Megan tengah sibuk menuang isi ranselnya hingga semua barang-barang yang ada di dalam jatuh berhamburan.
"Kok gak ada sih!" Megan tampak kebingungan sambil mengobrak-abrik barang bawaannya.
"Nyari apa?"
"Ponsel gue, pasti elu yang nyolong!" Megan menatap tajam ke arah Jupiter.
"Lu gak perlu barang itu," tegas Jupiter seraya beranjak ke kamar mandi untuk cuci tangan.
"Gak perlu gimana, gue tu lagi sakit perut dan butuh dokter untuk menyembuhkannya. Buruan sini balikin," Ketus Megan dengan muka tak sabar menatap ke arah kamar mandi meski Jupiter tak terlihat.
"Udah gue buang!" dengan santainya Jupiter menjawab.
"Apa! Iss ... dasar bego! Itu ponsel mahal tau, bisa buat beli harga diri lu, kenapa main buang sembarangan, argh!" Megan menggerutu seraya mengetatkan tangan menekan perutnya yang terasa semakin melilit.
"Akan tambah bego kalau tetap gue simpan atau gue kasi ke elu," Jupiter bersandar ke kusen pintu kamar mandi sambil menyilangkan tangan di depan dada, menatap Megan dengan senyum smirk.
"Terus! lu mau ngebiarin gue kesakitan kayak gini sampe mati!" senggak Megan yang merasa sangat kesal setelah kehilangan ponselnya.
Seharian tersiksa dalam belenggu di bawah pengawasan Jupiter, Megan baru menyadari jika ponsel yang ia miliki merupakan satu-satunya barang paling penting yang bisa membawanya kembali pulang, namun sayang semua sudah terlambat.
"Gue beliin obat aja di apotek," ucap Jupiter singkat sambil memakai jaketnya bersiap untuk pergi.
"Udah gak usah! gue gak yakin dengan obat murahan yang mau lu beli, bukannya sembuh yang ada entar malah hancur lambung gue."
Megan meraih pouch berwarna putih di depannya lalu mengambil salah satu obat dari beberapa yang ada. Rupanya tak hanya cemilan, makeup dan obat-obatan pribadi adalah barang wajib yang harus selalu ia bawa.
Jupiter menghela napas, ia berusaha sabar menghadapi cewek ribet yang ada di hadapannya. Namun rasa iba membuat Jupiter kembali mengambil segelas air lalu menyodorkannya ke Megan tanpa sepatah kata.
Menatap Jupiter sesaat, Megan yang memang lagi mager terpaksa menerima segelas air pemberian Jupiter dengan rasa heran karena cowok menyebalkan itu masih saja bisa bersikap tenang dan tak menyerah menghadapi sikap buruknya.
"Elu tu cowok yang gak punya pendirian ya, jahat tapi kenapa sok baik sama gue, sebenarnya mau lu apa sih?"
"Gue hanya menjalankan tugas," jawab Jupiter singkat sambil menaruh gelas di atas meja setelah Megan selesai meminum obatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE ( End ) ✔️
Short StoryJupiter terbelenggu oleh dendam sejak kejadian naas yang menghantamnya beberapa tahun silam. Saat berusia sepuluh tahun, ia harus merelakan kedua orang tua juga calon adiknya direnggut paksa oleh keganasan peluru logam yang meluncur menembus dada. p...