11-10-22
Saling berpandangan dengan tatapan penuh makna namun mulut hanya diam membisu. Pengunjung yang tadi menyapa Megan bergegas mengeluarkan ponselnya lalu mencari nomor seseorang untuk dihubungi, namun sebelum hal itu terjadi, ia dibuat terperangah oleh tindakan Jupiter.
"Aakhh!
Megan merasa seperti dicekik dari belakang saat Jupiter bergerak cepat mengalungkan lengan tangan ke lehernya dengan kasar, Megan sempat terhuyung oleh satu kali tarikan yang menghentak hingga punggungnya beradu rapat ke dada Jupiter.
Merasakan pitingan di leher yang semakin ketat, tangan Megan bergerak menarik-narik lengan Jupiter berusaha untuk melonggarkannya, sementara tangan satu lagi masih bertahan menenteng paper bag berisi barang belanjaan yang tak boleh lepas.
"Diam di tempat, taruh ponselnya dan jangan ada yang berani menghubungi siapapun kalau tak mau kehilangan nyawa," ancam Jupiter sambil menodongkan pistol kearah semua orang secara bergantian.
Jupiter menarik Mundur tubuh Megan membawanya menuju ke arah pintu keluar sambil terus menodongkan pistol. Saat itu di dalam ruangan hanya ada karyawan dan pengunjung yang semuanya adalah perempuan, mereka diam tak berkutik karena rasa takut juga bingung harus berbuat apa, disitulah Jupiter dengan mudahnya membawa Megan pergi tanpa ada perlawanan.
Tekad Jupiter untuk mempertahankan Megan begitu kuat hingga tak peduli lagi dengan tindakannya yang terbilang berlebihan dalam menghadapi situasi yang sebenarnya masih bisa dikendalikan tanpa harus mengeluarkan senjata.
Keluar dari toko, Jupiter melepas pitingan di leher Megan berganti menggandeng tangannya dengan sikap biasa seolah tak terjadi apa-apa namun dengan langkah tergesa menuju mobil. Hal itu sempat mencuri perhatian security yang berjaga, tetapi ia tak menaruh curiga meski melihat muka Megan yang tampak kaku.
Dari dalam mobil, Megan memandang keluar jendela, matanya terus mengarah ke toko yang barusan ia kunjungi, dimana orang-orang yang tadi ketakutan di dalam ruangan bersamanya kini berhamburan keluar seakan ingin menolong, namun semua sudah terlambat karena Jupiter bergerak cepat menjalankan mobilnya. Mereka hanya bisa menatap dalam kecemasan.
Megan tampak berkaca-kaca, tenggorokannya tercekat. Masalah seperti ini telah datang berulang kali memberinya harapan palsu yang menyesakkan dada. Mau sampai kapan hal ini akan terus terjadi?
Dalam diamnya, Megan menghibur diri. Bukankah selama masih ada kesempatan maka kegagalan yang datang berulang kali suatu saat akan mengantarkan pada keberhasilan. Sama halnya dengan masalah yang kini tengah ia hadapi. Megan yakin jika sang ayah tercinta tak akan pernah menyerah untuk tetap berusaha menemukan dirinya meski di jalan yang sulit. Ia hanya perlu bersabar, menunggu hingga waktunya tiba.
Tiga puluh menit berlalu setelah Megan dan Jupiter meninggalkan toko. William ditemani Bram sampai juga di tempat tersebut setelah mendapat laporan dari seorang pengunjung yang masih terikat saudara dengan salah satu anak buah John Krasinski.
Bak petugas kepolisian yang tengah melakukan penyelidikan. William terlihat begitu serius memberondong pertanyaan kepada saksi mata yang melakukan kontak langsung dengan Megan, hingga akhirnya William berhasil mendapatkan rekaman cctv yang terpasang di beberapa sudut ruangan.
John Krasinski terdiam menahan amarah, mata tajamnya tak berkedip saat mengamati video yang memperlihatkan perlakuan Jupiter terhadap Megan. Tindakan yang dinilai kasar itu membuat hatinya teriris, John Krasinski semakin gelisah.
"Bagaimana kalau kita lapor polisi saja tuan?"
"Untuk apa, mereka tak berguna! Kepercayaanku telah lama hilang semenjak kasus Claudya terabaikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE ( End ) ✔️
Short StoryJupiter terbelenggu oleh dendam sejak kejadian naas yang menghantamnya beberapa tahun silam. Saat berusia sepuluh tahun, ia harus merelakan kedua orang tua juga calon adiknya direnggut paksa oleh keganasan peluru logam yang meluncur menembus dada. p...