*29*

171 58 6
                                    

27-01-23


Megan menyadari jika saat itu banyak tatapan tak suka mengarah kepadanya. Miranti pun sebenarnya merasakan hal yang sama seperti gadis lain, namun ia berusaha menutupi dengan senyum palsu.

"Mereka semua aneh deh, emang salah ya membalas sapaan? kenapa pada terlihat marah. Emang gue ngapain sama Alvi? Pegangan tangan, pelukan, enggak kan," sarkas Megan melirik Miranti yang saat itu tertunduk menyimak.

Mudah bagi Megan mengatakan hal demikian karena ia belum pernah merasakan namanya jatuh cinta. Di mana Rasa itu dapat menimbulkan cemburu yang bisa hadir sewaktu-waktu meski tanpa adanya komitmen ataupun kontak fisik.

"Iya, Meg. Kamu gak salah kok. Alvi bukan milik siapa-siapa, gak seharusnya mereka bersikap begitu," Miranti membenarkan dengan berpikir secara logis.

"Udah gak usah dibahas. Mending kita ke sana aja beli lampu, itu lebih penting," sahut Jupiter dengan penekanan sambil menarik tangan Megan. Ia sudah muak mendengar nama Alvian berulang kali disebut.

Tak terasa hampir dua jam berkeliling pasar. Miranti, Megan dan Jupiter akhirnya beranjak pulang dengan banyak barang belanjaan di tangan, seperti sayur, buah, kue basah dan beberapa pasang baju murah, juga yang paling penting adalah lampu.

"Meg, aku heran deh. Kamu borong lampu buat apa?" Miranti menatap ke lampu-lampu teplok yang dibawa Jupiter.

"Ya buat nerangin rumah serem itu lah, Mir. Ini aja cuma dapat sepuluh, masih jauh dari target."

"Emang targetnya berapa?" Miranti sangat penasaran.

"Seribu," jawab Megan singkat.

"Ya ampun! banyak banget, Meg. Gak salah tuh," Miranti menganggap serius membuat Megan dan Jupiter menahan tawa.

Jam menunjukkan pukul empat belas tiga puluh. Megan sedang bermalas-malasan merebahkan diri di atas tikar. Ia tampak kebosanan karena tak banyak hal yang bisa dilakukannya di tempat itu. Sementara Jupiter, ia tengah sibuk menuang minyak tanah ke dalam lampu-lampu yang dibelinya tadi pagi untuk persiapan di malam hari.

Tak lama, terdengar suara seseorang mengetuk pintu. Jupiter memeriksa, rupanya Miranti yang datang dan ingin bertemu dengan Megan. Jupiter mempersilahkannya masuk membiarkan keduanya berbincang.

"Meg, kamu lagi ngapain?" Miranti datang menghampiri.

"Lu gak lihat apa, gue lagi rebahan. Bosan banget di sini, Mir."

"Kebetulan kalau gitu, aku mau ajak kamu main-main di pantai. Nih aku udah bawa bekal," Miranti mengayunkan keranjang makanan juga tikar yang ia bawa, menunjukkannya ke Megan.

"Ide bagus, gue bilang ke Piter dulu," Megan beranjak bangun dengan muka tampak bersemangat.

"Cepetan ya, Meg. Biar gak kesorean," Miranti menunggu Megan di luar.

"Piter, ayo temenin gue ke pantai," Megan menghampiri Jupiter.

"Belum selesai, Meg. Duluan aja, entar gue nyusul."

"Bener ya, jangan lama-lama," seru Megan sambil berlalu.

Megan berjalan cepat menghampiri Miranti. Namun tiba-tiba saja langkahnya terhenti di depan pintu saat matanya menangkap kehadiran Wiro yang berdiri di samping Miranti lengkap membawa peralatan memancing. Kedua kakak beradik itu secara bersamaan menatap ke arahnya.

"Udah, Meg? ayo berangkat."

"Tt-tunggu bentar, Mir," Megan kembali membenamkan diri masuk ke dalam rumah.

"Piter!" berlari kecil mendatangi Jupiter.

"Ada apa lagi sih, Meg? gak jadi ke pantai?"

"Ada abangnya Miranti."

REVENGE  ( End ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang