24-02-23
Megan segera melepas pelukannya dan langsung mundur beberapa langkah menjauh. Tatapan Wiro begitu dalam membuat Megan tak bisa lagi menahan rasa malu yang telah menggunung. Salah tingkah, Megan berbalik menghampiri jupiter lalu mendekap lengannya dengan tarikan.
"Ayo pulang," ucap Megan lirih.
Jupiter menuruti tanpa mengucap sepatah kata untuk mengakhiri suasana canggung yang ada. Namun ia sempat memberi isyarat kepada Wiro dan Miranti untuk pergi mendahului.
Wiro diam terpaku menatap Megan yang berjalan kian menjauh. Masih terngiang-ngiang bagaimana pelukan hangat itu memanjakan tubuhnya. Wiro menghirup napas dalam dengan mata terpejam. Aroma Megan sangat wangi, dia memang selalu wangi dengan parfum chanelnya yang masih saja tercium jelas, meski gadis itu telah berada jauh di sana.
"Bang Wiro, ngapain sih?" Miranti menepuk pundak Wiro, menatapnya aneh. "Ayo pulang," sambungnya sambil berlalu.
Sadar dari lamunan indahnya, sekilas tampak senyuman tipis tersungging di bibir Wiro.
"Meg, dari tadi cemberut terus," ledek Jupiter memecah kesunyian saat di perjalanan pulang.
"Biarin, ini semua gara-gara elu yang gak mau nolongin gue."
"Soal yang barusan? ya gimana mau nolongin kalau lu larinya ke Wiro. Makanya lihat-lihat, jangan asal peluk," Jupiter tak suka melihat kejadian tadi namun juga merasa lucu secara bersamaan, ia menahan tawa.
"Ish, malah ketawa lagi. Nyebelin!"
"Gimana rasanya meluk Wiro?" celetuk Jupiter, iseng.
Sebuah pertanyaan yang memancing emosi. Megan menghentikan langkah dengan mata mendelik kesal. Ia yakin Jupiter memang sengaja ingin membuatnya bertambah malu. Megan menghela napas panjang menahan diri.
"Lu bayangin sendiri deh, meluk orang yang habis nyari kayu bakar, manjat pohon kelapa dan nyabutin singkong," tandas Megan.
"Bau, ya?" Jupiter meringis, sengaja memasang muka jijik.
"Pake nanya lagi! udah gak usah dibahas," Megan ingin melupakan kejadian barusan.
"Yakin, masih wangian juga ketek gue, Meg. kalau nggak percaya, coba lu cium," Mengangkat tangannya tinggi, Jupiter semakin gencar menggoda Megan agar pikirannya teralihkan.
"Iiu! apaan sih lu! gue timpuk pake batu nih, biar tau rasa" menjauh, Megan celingukan mencari-cari batu namun tak menemukannya karena memang berada pada jalanan berumput. Megan akhirnya mengambil sendalnya sebagai ganti.
"Yaelah, ditimpuk pake sendal mana berasa," Jupiter berjalan mendekat.
"Piter! jangan jorok ya, gue serius nih. Menjauh gak lu!" Megan tampak waspada menatap Jupiter yang slengekan.
Tak menghiraukan ancaman Megan, Jupiter tergelak melihat tingkahnya yang lucu, ia terus mendekat hendak menyergap.
"Iiiihh!"
Megan spontan berlari menghindar saat Jupiter datang menyerbu. Keduanya tampak seperti anak kecil yang sedang bermain kejar-kejaran.
"Aduh! Aow-aow! Piter, sakit kaki gue," Megan berhenti sambil melompat-lompat kecil dengan satu kaki terangkat, ia tampak meringis menahan sakit lalu duduk sembarangan di tanah berumput sambil memegangi kakinya yang tersandung keras pada akar pohon yang menyembul.
"Jempol kaki lu berdarah, Meg," Jupiter memeriksa, tampak sudut kuku atas Megan robek juga kulitnya terkelupas.
"Iya gue tau, perih bangeet," Megan meniup-niup kakinya berusaha mereda rasa perih.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE ( End ) ✔️
Short StoryJupiter terbelenggu oleh dendam sejak kejadian naas yang menghantamnya beberapa tahun silam. Saat berusia sepuluh tahun, ia harus merelakan kedua orang tua juga calon adiknya direnggut paksa oleh keganasan peluru logam yang meluncur menembus dada. p...