*50*

139 44 6
                                    

19-05-23



Plakkk! ... Bughh!

"Arghh!"

Jupiter mengerang kesakitan, ia tak berdaya saat berulang kali diserbu oleh tinju yang mengarah ke perut, wajahnya dihujani dengan tamparan keras serta kedua kaki yang tadinya berdiri kokoh kini tumbang digilir dengan tendangan.

Di sebuah gudang kosong yang berdebu, Jupiter pasrah dihajar habis-habisan oleh sekelompok orang hingga terkapar dalam keadaan babak belur. Kedua tangannya masih terborgol dengan mata tertutup kain.

Di penghujung aksi brutal yang bisa membuat Jupiter meregang nyawa. Mendadak tindakan anarki itu terpaksa dihentikan saat sayu-sayu terdengar suara salah satu dari mereka berbincang dengan seseorang lewat sambungan telepon. Entah apa yang sedang dibahas, yang jelas di saat itu Jupiter bisa sedikit bernapas lega dan tak lagi merasakan sakit luar biasa yang datang bertubi-tubi, membuatnya serasa ingin mati.

Klekk

Tiba-tiba borgol di tangan Jupiter dilepas, begitu juga kain penutup mata. Pandangannya kabur, badannya lemas tak bertenaga saat ia merasakan dua orang tengah menggotong tubuhnya untuk dipindahkan ke suatu tempat.

Jupiter terbaring di atas ranjang dalam sebuah kamar yang cukup besar dengan keadaan ruangan yang bersih dan rapi. Kondisi Jupiter sudah lebih baik dari pada sebelumnya yang sekarat.

Tok-Tokk!

Bunyi ketukan pintu memaksa Jupiter untuk bangkit diiringi rasa nyeri sekujur tubuh, ia duduk di tepi ranjang dengan pandangan mengarah ke sumber suara. Tak lama daun pintu berwarna coklat tua itu pun terbuka, menampakkan sosok yang menghajarnya kemarin mengawal seorang lelaki paruh baya bertubuh tambun tak terlalu tinggi dengan penampilan rapi, rambut klimis tersisir ke belakang. Raut wajahnya dingin saat ia berjalan mendekat ke arah Jupiter.

"Permisi. Kenalkan, nama saya dokter Nelson. Saya ditugaskan untuk merawat dan memantau kondisi kesehatan anda atas perintah seseorang yang tidak bisa saya sebut namanya. Hanya itu tugas saya di sini, tolong kerjasamanya. Silahkan jika ada yang perlu ditanyakan, namun saya tidak akan menjawab pertanyaan di luar konteks karena bukan wewenang saya. Apa anda mengerti?"

Tak mengucap sepatah kata dengan serentetan penjelasan dari si dokter. Jupiter menjawab pertanyaan tegasnya hanya dengan sebuah anggukan paham, meski sebenarnya ia sangat penasaran kenapa orang-orang ini berubah pikiran menjadi begitu baik.

Hari demi hari terlewati, rasa bosan kian menggunung. Jupiter bagai berada dalam sel tahanan yang membuat hidupnya jadi monoton. Sebulan lebih dalam masa penyembuhan tanpa pernah angkat kaki dari ruangan itu. Jupiter sama sekali tak tau apa yang sebenarnya mereka inginkan darinya.

Pagi itu setelah dua hari dokter Nelson tak lagi menampakkan diri. Jupiter yang telah pulih dari luka-lukanya digiring pergi dengan cara yang sama seperti kemarin. Tangan Jupiter kembali diborgol dengan penutup mata, namun bedanya ia diperlakukan lebih baik.

Sampai di tempat tujuan, Jupiter diarahkan untuk masuk ke sebuah kamar yang berukuran lebih besar dari bilik rumah sewanya. Kamar bergaya klasik dengan interior yang di dominasi warna gold tampak begitu mewah.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
REVENGE  ( End ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang