*28*

162 57 4
                                    

22-01-23


Pagi nan cerah ditemani pancaran sinar matahari yang terasa hangat menembus kulit. John Krasinski tengah berada di halaman belakang sedang duduk di sunlounger berwarna coklat tua yang terbuat dari bahan kayu jati.

Tampak di sampingnya sebuah meja bulat yang berdiri kokoh menopang sekeranjang buah-buahan segar, segelas susu rendah lemak, beberapa vitamin C juga menu sarapan berupa waffle dengan topping madu.

Sayang, makanan yang sudah tersaji sejak tiga puluh menit yang lalu itu belum ada yang terjamah. Sang pemilik masih enggan untuk menyuapkannya ke dalam mulut dikarenakan sedang tak nafsu makan.

Dalam keheningan, John Krasinski menenangkan diri. Matanya yang berkantung tampak lelah kini perlahan terpejam untuk beberapa saat, kemudian kembali terbuka menatap kosong lurus ke dasar kolam dengan air jernih kebiruan yang ada di hadapannya.

Tercenung, John Krasinski sedang memikirkan banyak hal. Berada di tempat itu mengingatkannya akan kenangan manis yang pernah ia lalui, baik saat masih bersama Claudya maupun saat hanya berdua saja dengan putri semata wayangnya, Megan Krasinski.

Terlarut semakin dalam, John Krasinski tertampar oleh kenyataan jika saat ini kenangan manis itu telah terkubur menyisakan rasa pahit. Berhari-hari di rundung kegelisahan yang semakin dalam dan menyiksa membuat kesehatan mentalnya mulai terganggu.

Bagaimana tidak, selama seminggu bertahan dengan secerca harapan, kini harapan itu perlahan pupus setelah kejadian yang menimpa Hendrik dan jaka. Tak kunjung mendapat kabar baik dari hasil pencariannya, John Krasinski merasa hancur dibayangi oleh kemungkinan terburuk tentang bagaimana nasib Megan malam itu.

Di ruangan lain, William dan beberapa bawahan yang sempat melihat turut merasakan kesedihannya. Bagi mereka, meski John Krasinski dikenal sebagai sosok yang dingin dan tegas, ia juga memiliki sisi baik serta royal. Tak seharusnya hal ini terjadi padanya, siapapun yang sengaja terlibat dalam kasus penculikan Megan. Para bedebah itu telah herhasil membuat John Krasinski hidup bagai di neraka.





Malam semakin larut, Megan duduk termenung menatap ke lampu minyak yang menerangi sepetak kecil ruang kamar sambil memutar-mutar memainkan set sumbunya berulang kali hingga akhirnya padam.

"Piter! Piteer!" teriak Megan ketakutan saat ruangan menjadi gelap.

"Ssttt ... dari tadi gue ada di samping lu, Meg. Gak usah teriak-teriak."

"Masa sih, kok gue gak tau? Cepet nyalain lagi lampunya!" perintah Megan sambil tangannya meraba-raba mencari keberadaan Jupiter.

"Makanya jangan suka ngelamun."

Jupiter menggesek menyalakan korek api kayu di depan wajah yang sekilas membuatnya terlihat seram, namun Megan menjadi lega.

"Kayaknya perlu seribu lampu deh untuk menerangi tiap sudut ruangan. Berat banget hidup tanpa listrik. Hawanya serem juga sangat membosankan," Cerocos Megan seraya menyangga dagu.

"Setidaknya di sini masih alami, bebas dari polusi dan kebisingan kota. Nikmati aja."

"Nikmati aja? gak bisa!" Megan melengos. "Elu sih enak udah biasa hidup miskin, kalau gue? tersiksa tau!"

"Ayolah, Meg. Cuma dua minggu, ini gak akan berlangsung lama kalau lu gak terus-terusan negative thinking mengeluhkan segala hal dan membandingkannya dengan kemewahan yang lu punya. Rubah pola pikir biar gampang menyesuaikan diri di manapun berada.

"Masalahnya gak cuma itu, entah kenapa tiba-tiba gue kangen banget sama papi, gak bisa ditahan. Semoga dia baik-baik saja. Kalau udah kayak gini, rasanya pengen pulang sekarang juga!" rengek Megan dengan Muka memelas.

REVENGE  ( End ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang