*20*

196 71 8
                                    

16-11-22

"Non, pakai ini biar gak masuk angin."

Hendrik melepas jaket kemudian menangkupkan ke tubuh Megan sambil menatapnya lekat dengan hati yang berbunga-bunga.

Hendrik melepas jaket kemudian menangkupkan ke tubuh Megan sambil menatapnya lekat dengan hati yang berbunga-bunga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kesempatan langka dan mungkin tak akan datang untuk yang kedua kali. Hendrik yang biasanya hanya berjaga di pos dengan tugas membuka dan menutup pagar juga mengawasi tamu, kini ia bisa menyentuh Megan secara langsung dan mencium aroma wangi tubuhnya serta menatap dalam jarak yang begitu dekat. Baginya, ini merupakan sebuah mimpi yang menjadi nyata.

Megan tak fokus, matanya menatap ke segala arah mencari keberadaan Jupiter. Rasa bimbang yang menggelayuti membuat langkahnya terasa berat saat Hendrik menuntunnya menuju mobil.

Jaka menyusul dengan pandangan menyorot tajam ke sekeliling tampak waspada. Ia ingin memastikan jika keadaan aman dari jangkauan si penculik.

Tak lama, kini mobil yang membawa Megan bergerak pergi meninggalkan jembatan. Jupiter keluar dari tempat persembunyian, ia lari dengan tergesa lalu masuk ke mobil dan langsung tancap gas untuk mengejar Megan. Namun entah kenapa mobil yang dikendarainya tak bisa melaju kencang dan terasa sulit dikendalikan.

Jupiter terpaksa menepi untuk memeriksa, ia dibuat kesal saat mendapati kedua ban mobil depan mendadak kempis padahal tadinya baik-baik saja.

"Sialan! brengsek!"

Jupiter mendengus marah sambil berulang kali menendang ban mobilnya yang tak bisa diajak kompromi. Semangat juangnya menciut karena tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain hanya diam menatap ke jalan, arah ke mana mobil Megan berlalu pergi, meninggalkan rasa sesak di dada.

"Pak Jaka, bagaimana keadaan papi, apa dia baik-baik saja, apa masalahnya sudah bisa diatasi?" tanya Megan menyelidik menatap Jaka dari kaca spion tengah.

"Tuan dalam keadaan baik, non. Tidak ada masalah yang berarti, kecuali saat seminggu lebih berpisah dengan non Megan, beliau sangat sedih," terang jaka sambil fokus menyetir.

"Saya tau, tapi bukan hal itu yang saya tanyakan, pak."

"Lalu yang mana, non?" Jaka terlihat bingung.

Megan tak menjawab, ia tampak ragu di sepanjang jalan saat mengingat kembali ucapan Jupiter. Jaka hanyalah sopir pribadi yang mungkin tak paham dengan urusan penting masalah bisnis juga korelasi antara ayahnya dan sang partner. Berbeda dengan Sean yang memang menjadi orang kepercayaan, sedikit banyak dia ikut mengurusi hal-hal mengenai perusahaan. Jika saat ini ada Sean, pastinya dia tau dengan masalah yang dimaksud Megan.

Tak puas dengan jawaban Jaka. Megan masih mengkhawatirkan ayahnya, ia takut jika kembali pulang di waktu yang tak tepat malah akan menimbulkan masalah baru atau mungkin akan membahayakan semua orang.

"Pak Jaka, saya haus."

Megan mencoba mengulur waktu sambil berpikir keras mencari jalan keluar untuk memecah keraguannya.

REVENGE  ( End ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang