*45*

141 51 16
                                    

24-04-23


Suasana romantis yang menghanyutkan menghalangi indra Jupiter hingga tak menyadari kehadiran sekelompok orang menaiki speedboat, memaksanya berada dalam situasi sulit yang tak memberinya peluang untuk bisa menghindar.

Jupiter sudah pernah memikirkan resiko yang ada sebelumnya. Namun tinggal di pulau itu bagai berada di jalan buntu. Ia tak punya rencana apapun untuk hal tak terduga seperti ini.

Kemunculan William beserta pasukan harusnya membuat Megan merasa senang, yang mana itu berarti bahwa mereka akan membebaskannya dari tempat terpencil yang ia tinggali saat ini, mempertemukan dengan sang ayah tersayang juga kembali ke kehidupan serba mewahnya yang sudah cukup lama ia tinggalkan.

Namun ternyata sebaliknya, semua hal menyenangkan yang selama ini Megan rindu kini seolah menjadi buram, terhalang oleh cinta saat ia telah menambatkan hatinya pada Jupiter.

Pergulatan sengit yang tampak jelas di depan mata masih terus berlangsung. Jupiter lihai melawan dua, tiga orang secara bersamaan. Namun ketika diserbu enam orang sekaligus termasuk Bram, tentu saja ia kewalahan.

Megan tak tega melihat Jupiter meringis menahan sakit saat berulang kali terkena pukulan. Tak ada yang mengindahkan teriakannya untuk berhenti, membuat Megan menjadi geram.

"Arkh! pekik William saat Megan tiba-tiba nekat menggigit tangan yang menahannya.

"Hentikan!" Megan berlari menuju kerumunan, disusul William dari belakang.

"Bram, hentikan!" seru William tegas saat melihat Megan membaur dalam aksi anarki yang bisa membahayakan dirinya.

"Apa yang kalian lakukan, kenapa tiba-tiba datang menghajarnya!" Megan berdiri di depan Jupiter memposisikan diri sebagai tameng, melindunginya dari pengeroyokan.

"Non Megan, anda harus tau kalau orang ini adalah sumber masalah. Dia yang telah menyebabkan semua hal buruk terjadi kepada anda dan tuan," jelas Bram dengan napas terengah.

"Jangan sembarangan kalau ngomong, justru dia yang ditugasi papi buat jagain gue."

"Itu hoax, Non. Akal-akalannya dia saja supaya non Megan patuh."

"Hoax gimana sih, kalian aja yang gak tau!" senggak Megan kukuh membela Jupiter.

"Nanti akan kita buktikan kebenarannya setelah sampai rumah, Non."

Menyudahi perdebatannya dengan Bram. Megan membalikkan badan menatap Jupiter miris dengan keadaannya yang babak belur.

"Piter, tahan ya," Megan menyentuh pipi Jupiter lalu mengusap lembut sudut bibirnya yang berdarah dengan ibu jari. "Akan gue obati setelah sampai rumah nanti, tolong jangan melawan, gue gak mau melihat lu terluka lagi. Gue juga akan menjelaskan semua ke papi tentang masalah ini. Biar mereka semua mendapatkan balasan yang setimpal."

"Jangan cemas dan gak usah ngelakuin apapun buat gue," Jupiter meraih tangan Megan yang masih menempel di pipinya. "Gue cuma minta agar lu percaya dengan perasaan ini, bahwa gue benar-benar sangat mencintai lu," Jupiter mengecup lembut punggung tangan Megan. "Gue khawatir sama lu, Meg."

"Khawatir kenapa? gue baik-baik aja seperti yang lu lihat," Megan menatap heran juga penuh tanya.

"Gue khawatir kalau lu akan ninggalin gue," ucap Jupiter tertunduk.

"Ngomong apa sih, baru juga jadian. Gue gak bakal kemana-mana, gue masih mau nagih janji lu untuk ngebahagiain gue," Megan tersenyum menggoda.

Jupiter menatap lekat wajah cantik yang ada di hadapannya dengan perasaan tak karuan. Megan tak mengerti kegelisahan yang saat ini tengah ia rasakan. Tak tau apakah setelah ini ia masih bisa melihat kekasihnya itu, karena sebentar lagi semua kebohongan akan terungkap.

REVENGE  ( End ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang