"Gak ngerepotin kok kak," ucap Risha dengan polosnya.
"Huh? Ngerepotin banget tau kak. Dia ni orangnya suka buat onar. Tarik aja kupingnya kak tarik!" bantah ku.
"Enak aja, gua anak terbaik dan ter anteng di kelas." kata Raka yg membenarkan nya, lalu dia secara spontan menyiku tangan Gibran. Memberi isyarat agar dia setuju dengan perkataan nya.
"Gak kak, dia goblok banget. Suka muter muter celana dalem kalau lagi gabut," balas Gibran yang sedikit melebih lebih kan.
Kirana sedikit terkejut mendengarkan, membayangkan nya saja sudah aneh apalagi saat melihat kejadian aslinya. Sangat konyol!
"Nah bener, kadang dia bawa anak ayam juga ke kelas. Katanya buat dijadiin ternak ayam di sekolah," ucap Vian yang menambahkan.
"Bandar ayam kecil," susul Zacky.
"Wah lu semua fitnah aja bisanya. Becanda mereka kak, suer deh Raka gak boong." ucapnya yang memohon pada Kirana.
Kirana hanya tertawa kecil saat mendengar perkataan kami. Dia tidak menyangka bahwa adik kecilnya akan mendapatkan teman yang satu frekuensi dengan nya. Yang Kirana takutkan adalah saat Raka tidak bisa mengontrol emosinya. Hanya itu saja.
"Tolong jagain dia di kelas yaa?? Hahahaha, kalian ini bikin mood ku naik aja deh. Kalau gitu ku buatin minum dulu ya? Tunggu nya sambil duduk duduk aja, anggap rumah sendiri yaa... " kata Kirana yang beranjak dari ruang tamu. Tetapi Raka mencegah, memaksa Kirana agar tetap beristirahat di kamar nya.
"Biar Raka yang siapin, kakak balik ke kamar."
Kirana pun mengangguk sambil tersenyum lalu berpamitan kepada kami karena dia sedang tidak enak badan. Kami sangat tak menyangka Raka akan bersikap lembut seperti ini, berbeda 360°. Aneh tapi nyata, kini kami mengetahui sifat aslinya. Dia menutupi kelemahan dirinya dengan sifat garang nya.
"Gausa gua tawarin, ambil sendiri." perintah Raka.
"Nyeh tadi aja ada kk lu lemah lembut kayak banciw, sekarang garang lagi ew!" maki ku.
"Au nih ya aneh," timpal Vian.
"Lu bedua mau gua lakban?"
"Gue lakban ketek lu mau? Waxing mayan," goda ku.
"Ga anj,"
Tiba tiba Zacky mendapatkan gulungan lakban. Ntah darimana dia mendapatkan nya bahkan aku pun tidak tahu, seperti sulap!
"Ayo sini sayang," celetuk Gibran.
"Pegangin kaki ama tangan nya woy!!!" suruh Vian.
Raka pun terkepung, tak bisa bergerak sama sekali. Yang bisa dia lakukan hanyalah pasrah dengan keadaan, mempersiapkan diri untuk berteriak. Berharap agar semua bulu nya tidak dicabut sampai bersih karena itu sangat perih
.
*****
Cuaca pagi ini kurang bersahabat. Gerimis menyapa hingga rasa dingin terasa nyata. Aku duduk manis di samping Arvind yang masih fokus mengemudi, sesekali aku melirik lengan yang terlihat kokoh saat memegang kemudi. Arvind selalu terlihat keren ketika memakai seragam, tidak. Lebih tepatnya dia selalu terlihat menawan saat mengenakan pakaian apapun.
Aku sempat bertanya tanya. Apa mungkin dia diam diam sering pergi ke gym? Ntah lah.
"Udah sarapan kh cantik?" tanya Arvind tiba tiba.
"Em.. Belum sih kak, soalnya tadi aku belum sempet sarapan. Takutnya nanti kita ke jebak macet,"
"Kamu ini lain kali sarapan dulu, masalah kita kesiangan atau enggak nya itu gampang. Jangan diulangi lagimya? Aku gak suka." ucap Arvind yang tangan kirinya mengusap puncak kepala ku tanpa menoleh.
Walaupun Zacky sering mengusap kepala ku. Tapi kali ini rasanya sedikit berbeda. Mungkin mulai saat ini gerakan barusan akan membuat diriku merasa semakin sayang pada Arvind. Tangan nya yang lebar sangat pas saat mengusap kepala ku. Bagaimana bisa aku jauh dari Arvind kalau rasa sayang ku bertambah setiap hari nya?
Aku mengangguk pelan, tersipu malu dan hanya bisa menahan teriak kebahagiaan di dalam hati.
"Kok diem aja? Lemes ya karna belum sarapan?"
"Um enggak kok, Kak. Aku kuatt,"
"Kalau gitu kamu ambil kotak bekal yang ada di kursi belakang, kita makan berdua sambil dijalan."
"Enggak! Itu punya kk, aku sarapan di kantin aja nanti. Pasti sempet kok,"
"Ayok makan aja cantik, kamu makan sambil suapin aku ya? Aku sengaja bikin banyak karna udah prediksi kalau kita ke jebak macet."
"Tapi kak.. "
"Hmm? Kenapa sayang?" Arvind pun menoleh, memastikan apa yang sedang terjadi pada diriku.
"A.. Aku malu-"
"Pppftt kamu ini yaampun. Yaudah deh gini aja, kamu suapin aku tapi akunya tetep liat ke depan. Gimana?"
"Setuju!" Aku mengangguk dengan mantap yang disusul dengan tawaan kecil dari Arvind.
Sungguh sungguh diluar dugaan. Pikir Arvind
Saat sampai di sekolah...
Arvind membuka kan pintu ku secara perlahan. Aku tak menyangka dia akan memperlakukan ku layaknya seorang putri. Seperti mimpi saja!
"Nah gak kesiangan kan?" kata Arvind yang memastikan.
''Huhh untung aja masih sempet, hujan ni nyebelin banget ah."
"Hush gak boleh ngomong gitu cantik, itu bukan salah hujan tapi salah nya sampah sampah yang berserakan." Arvind sedaritadi merasa gemas akhirnya mencubit pelan pipi kiri ku.
"Aaa iyaa iyaa maaf, iyaa sampah ni nyebelin."
"Gitu dong. Kesiangan enggak tapi perut kenyang, enak kan?"
"Makasih ya kak,"
"Sama sama sayang. Kalau gitu ayok kita ke kelas, takutnya udah ada guru yang nyubuh."
"Dahh kak, sampai ketemu lagi nanti!" aku pun berlambai pada nya dan akhirnya berlari menuju arah kelas.
Tak disangka ternyata Raka sudah berada di belakang kami dari tadi. Tetapi kami tidak menyadari kehadiran nya. Hmm apa dia juga hampir kesiangan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Zackyla
Teen FictionPersahabatan bukan tentang siapa yang kau kenal paling lama. Tapi tentang dia yang datang ke kehidupanmu dan berkata, "Aku di sini untukmu." lalu membuktikannya, bukan hanya omong kosong saja. Kalau kau ingin tahu siapa sahabatmu, libatkan dirimu...