"Iyaa deh, sekali lagi makasih banyak ya kak." aku melihat sekitar, setelah merasa aman. Tanpa pikir panjang aku langsung mencium pipi nya dan lari secepat kilat meninggalkan Arvind sendirian.
Arvind membeku, terdiam. Dia tak bisa berkata kata saat ini. Pipinya sangat panas dan berubah menjadi merah tomat. Debaran jantungnya berpacu dengan cepat. Rasanya sangat berbeda dari biasanya."Bisa gila gua lama lama."
***
Disaat semua tenda sudah terpasang dengan tegap dan barang barang sudah tertata rapih, tiba tiba datang seorang pria dan dua wanita mengenakan jas Osis menghampiri kami. Memang sudah menjadi tradisi jika anak Osis akan mengambil alih kegiatan Persami, sementara itu guru hanya mengamati dan menikmati acara yang di selenggarakan oleh mereka.
"Baris baris! Sesuai kelas!" ucap pria itu." Ini Persami terakhir kelas XII, kita bakal adain lomba."
Seketika suasana disana menjadi ramai dan berisik, kami sangat berantusias untuk mengikuti perlombaan tersebut.
"Aduh aduh seneng ya? Tapi simpen dulu deh rasa senengnya ya. Kelompoknya sesuai angkatan kelas. Gak boleh protes!" kata Anisa tegas.
Shit! Itu si centil yang ga sengaja gue tabrak. Gumam ku.
"Di lomba ini bakal di bagi jadi 3 kelompok, setiap kelompok bakal di bimbing sama 1 panitia." ujar Dipsy sambil membuka lembaran kertas yang dia genggam.
"Kak izin bertanya, juri nya tetep guru?" tanya Gibran tiba tiba.
"Menurut lo siapa?" jawab Anisa yang bertaya kembali pada Gibran.
"Buset kak galak bener." cibir Gibran.
"Sorry, Sa. Maksud dia gagah," Aksa menyiku Gibran. Memberi isyarat agar diam dan tak berbicara senonoh kepada Anisa. "Kalau mau mati jangan disini."
Gibran bergidik ngeri saat Aksa melontarkan kata kata peringatan untuk nya. Tak biasanya dia berbicara seserius barusan.
Aku merasa sedikit sedih dan kecewa karena tidak satu kelompok dengan Arvind, tetapi itu bukan lah hal yang dapat menjadi penghalangku, aku akan tetap bersemangat dalam mengikuti lomba ini.
"Yah kita gak sekelompok ya cantik?" keluh Arvind yang menghampiri ku.
"Mau gimana lagi kak,"
"Ututu gabisa bucin sama ayang." goda Raka sambil memeluk Satria dengan mesra, namun Satria langsung menepis tangan Raka dengan kasar.
"Geli setan." maki Satria.
"WKWK SORRY," ucap Raka yang menepuk nepuk pundak Satria." Kecian ya kamuh gabisa uwu uwu manjaah." ledek nya lagi.
"Brisik lo!" ucap ku sedikit meninggi kan nada.
Ralat. Suara ku bukan sedikit tinggi tetapi memang sangat tinggi, sampai sampai Anisa memasang wajah jengkel saat menghampiri kami. "Caper banget sih lo? Kecilin kek suaranya." tatap nya sinis. "Oh lo anak yang waktu itu sengaja nabrak gue?"
Aku menghela napas, mencoba untuk mengedalikan emosi ku."Gue ga sengaja waktu itu kak, maaf.."
"Serah lo deh." kata Anisa yang mengamati penampilan ku dari atas sampai bawah. "Lo ngapain masih disini Vind? Ayo balik ke kelompok lo." cibir nya sambil menarik lengan Arvind dengan paksa.
"Lepas, gua bisa jalan sendiri." kata Arvind yang melepaskan tarikan tangan Anisa lalu meninggalkan nya.
"Ih Arvind! Tungguin!" teriak Anisa dengan nada manja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zackyla
Novela JuvenilPersahabatan bukan tentang siapa yang kau kenal paling lama. Tapi tentang dia yang datang ke kehidupanmu dan berkata, "Aku di sini untukmu." lalu membuktikannya, bukan hanya omong kosong saja. Kalau kau ingin tahu siapa sahabatmu, libatkan dirimu...