"Pak, mohon maaf. Apa masih bisa anggota kelompoknya diubah?" protes ku.
"Maaf, tapi ini sudah menjadi keputusan bapak, tidak bisa diubah lagi,"
Shittt! Cobaan macam apa ini ya tuhan, keluh ku.
"Mau mulai kapan?" tanya Zacky.
"Sekarang. Pulang sekolah langsung mulai,"
"Gk capek?"
"Gak, biar sekalian capeknya. Daripada nanti malah ditunda terus,"
"Bener juga,"
"Hey Annabelle, nugasnya mau kapan?" kata Raka secara tiba tiba.
"Sekarang, nanti balik sekolah langsung ke rumah Zacky,"
"Kenapa gak di rumah lu aja?" tanya Raka.
"Kalau gue pengennya di rumah Zacky gimana?" jawab ku sambil menatap malas.
"Yaudah, lu ke rumah Zacky, gue ke rumah lu,"
"Haha lucu. Gue gk mau buang tenaga buat orang yg gak guna kayak lu," cibir ku.
"Oh ya? Gak guna? Iya deh iya, emang ya orang gak guna kayak gue tu gak dibutuhin di dunia ini, tapi nanti gimana nasib fans gue?"
"Fans? Najis amat, "
"Gak liat apa gue udah keren gini,"
"Serah lu serah, umur gak ada yg tau,"
Bangsat, batin Raka.
*****
Bel sekolah pun berbunyi yang menandakan berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Kami bertiga berencana memulai berdiskusi dan merancang apa yang akan dituangkan dalam karya tulis novel tersebut.
"Ke perpus dulu, sambil nyari referensi buat bikin novel," usul zacky.
"Ayokkk,"
"Boleh juga tuh," ujar Raka.
Sesampainya di perpustakaan....
"Ky, lu cari di pojok kanan. Rak, lu cari di pojok kiri. Gue di tengah," perintah ku. Lalu keduanya pun mengangguk, bertanda mengerti apa yg diperintahkan oleh ku.
Sudah sejam kami berada di ruangan yang dipenuhi buku. Mungkin sudah ada dua puluh lima kali ia bolak-balik memperhatikan rak buku yang sama, tapi tetap tak menemukan apa yang kami cari. Bukannya perpustakaan sekolah yang tak lengkap, hanya saja aku terlalu pilih pilih. Zacky dan Raka sudah bersusah payah untuk mengumpulkan referensi yang menurut mereka bagus, tetapi selalu ditolak oleh ku.
Zacky sudah terbiasa dengan sikap ku yang terlalu plin plan ini, jadi dia bisa memaklumi kelakuan sahabatnya ini, sedangkan Raka sudah kehabisan batasan kesabaranya. Akhirnya emosinya meledak seketika.
"Bodo lah! Gue capek! Lo maunya apa sih? Udah sejam kita di sini, tapi belum dapet novel yang pas. Pokoknya ini aja!" Raka menghampiri ku sambil menunjuk sebual novel di genggaman tangannya.
"Ya ampun. Itu novel dewasa! Nggak mau! Lagi pula berharap dapet nilai berapa lo dari pak Yatno dengan novel kayak gtu?"
"Kalau yang lain gue nggak mau baca. Nggak tertarik! Gak ada faedahnya! Gak berjiwa seni tinggi sih lo. " balas Raka tak mau kalah. Kalaupun aku tak setuju, dia akan tetap meminjam buku ini. Lumayan buat pengalaman nanti, pikirnya.
"Nah ini!" aku menarik salah satu novel dari rak buku, lalu melambaikan ke arah Zacky. Zacky melirik, matanya langsung mengarah pada sampul buku itu.
"Itu kan novel yang udah gue tunjukin tadi," Zacky menyentil dahi ku.
![](https://img.wattpad.com/cover/179452771-288-k320486.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Zackyla
Teen FictionPersahabatan bukan tentang siapa yang kau kenal paling lama. Tapi tentang dia yang datang ke kehidupanmu dan berkata, "Aku di sini untukmu." lalu membuktikannya, bukan hanya omong kosong saja. Kalau kau ingin tahu siapa sahabatmu, libatkan dirimu...