Part 34

7 0 0
                                    

Ketika aku menyerahkan semua ranting kayu yang sudah diikat, Rangga sedikit terkejut saat melihat kondisi kaki ku yang merah lebam dan sedikit lecet. Aku mengapa Rangga tiba tiba pergi begitu saja dan meninggalkan kami berdua?

Selang beberapa menit dia kembali membawa kotak P3K yang disusul Arvind di belakangnya. Tanpa basa basi dan berkata sepatah kata apapun, Arvind langsung mengamati kondisi kaki ku.

"Kok bisa begini kaki mu?" tanya nya yang sangat khawatir.

"Tadi keseleo aja,"

"Keseleo masa sampai begini sihh, kamu ini ya."

Tanpa ku sadari, semua siswa dan siswi sudah mengerumuni kami. Aku merasa malu, sudah dipastikan setelah kejadian ini semua siswa dan siswi akan mengetahui bahwa aku adalah kekasih dari Arvind. Namun kini mereka sudah meninggalkan kami ketika mendapat perintah dari Rangga. Sungguh pengertian.

Arvind memegang pergelangan kaki ku dengan hati hati, membersihkan luka ku menggunakan alkohol yang sudah ia teteskan diatas kapas. Sedangkan aku hanya bisa diam memandangi wajahnya yang saat ini sedang mengaktifkan mode serius. Ketika Arvind meneteskan betadine, rasa perih dan sakit menjadi satu. Spontan kaki ku menolaknya. "A..akh pelan pelan kak, perih."

"E... Aduh maaf ya cantik, perih sebentar kok. Supaya kuman nya hilang." ucapnya yang melingkarkan perban pada pergelangan kaki ku. "Lain kali hati hati jalan nya ya?"

"Makasih ya kak," 

Arvind mengangguk sambil melemparkan senyuman manisnya lalu bangkit berdiri. Ia menurunkan pandangan nya dan menatap kearah ku yang masih berdiam diri dibawahnya. Tetapi saat Arvind akan menjulurkan tangan nya, Zacky sudah lebih cepat membantu diriku berdiri.

Lagi lagi begini. Batin Arvind.

"K-kalau gitu kk lanjut aja cari ranting kayu nya. Maaf udah ngerepotin..."

"... Kamu ini bisanya buat khawatir." katanya sambil menghela napas pelan. Padahal bukan ini yang ia harapkan, ia ingin menemani ku saat ini dan juga sangat ingin menyingkirkan sosok Zacky dari hadapan nya agar tak menjadi pengganggu. "Iyaa deh aku lanjut lagi ya...Jagain jangan lecet lagi."

Zacky mengangguk, mengiyakan perkataan Arvind.

"Jangan terlalu nempel," celoteh nya sebelum pergi meninggalkan kami berdua.






***





Kami  berhasil melaksanakan semua kegiatan lomba yang di adakan oleh Osis, terasa sangat melelahkan namun sangat menyenangkan, sudah tergantikan oleh suasana yang seru dan hangat. Banyak sekali kejadian kejadian tak terduga yang kami alami, mulai dari Raka yang tertampar ekor lele sampai Aksa yang terjungkal saat menaiki ATV.

Tak terasa malam pun tiba. Angin malam yang seharusnya terasa dingin menjadi hangat karna adanya kehadiran api unggun yang sangat besar di hadapan kami. Sangat cantik namun berbahaya.

Saat pengumuman tiba, tak ku sangka kelas kami menempati juara ke 2.  Juara 3 di raih oleh kelas XI dan tentu nya juara pertama kelas XII. Kami tak mempedulikan posisi kemenangan, yang ada di pikiran kami saat ini adalah memanfaatkan momen sebaik mungkin.

Aku tersenyum. Menikmati suasana yang sedang terjadi, ada yang sedang asik bercanda tawa dan ada juga yang bernyanyi mengelilingi api unggun. Tanpa ku sadari, aku sudah di hampiri seorang siswi. Aku tak tahu siapa dia, namun dia membawa sepuncuk surat kecil lalu memberi kan nya kepada ku.

ZackylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang