Brukkk!
Arvind hampir terjatuh ke arah depan ketika punggungnya ditabrak seseorang dengan sangat keras sehingga menimbulkan rasa sakit yang membekas. Dia lantas berbalik, menemukan seorang cewek sudah terduduk di lantai. Tubuh cewek itu gemetar, tangan kanannya memegang siku kiri yang Arvind prediksi terbentur lantai akibat insiden barusan.
"Lo gak apa apa kan? " tanya Arvind yang sudah sangat khawatir. Dia mengubah posisinya menjadi jongkok, menyamakan posisi hingga wajah kami sejajar. Rasa terkejut langsung datang begitu Arvind melihat wajah cewek yang baru saja menabraknya. Bukannya dia cewe yang tadi ya? pikir Arvind.
"Lo Kyla kan?" kata cowok itu memastikan. "Mana yang sakit? Sini gue anter ke UKS dulu," Arvind memeriksa pergelangan kaki, lutut, dan siku ku dengan seksama. Mulus. Tak ada yang lecet sedikit pun.
"COWOK BODO! GILA! TOLOL! BANGSAT! MATI SANA!" aku tiba tiba menjerit di depan wajahnya.
Arvind terhenyak. Kaget dengan kalimat kasar yang keluar dari mulut ku. Sebesar itu kah kesalahan nya karena sudah membuat diriku terjatuh?
"G-Gua ada salah apa?" dengan hati hati cowok itu bertanya. Bukan menjawab, aku malah menangis. "Hiks.... Cowok gak tau diri! Sialan!"
Gue? Arvind menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal, semakin tak paham dengan situasi ini. Gadis itu menabraknya dari belakang, memakinya, lalu menangis histeris.
"Gua anterin pulang ya? Mau kan?" katanya seraya menyampirkan tas ku pada bahunya. Arvind bukan tipe cowok yang tega meninggalkan cewek sendirian, apalagi yang sedang menangis seperti sekarang."Ayo,"
"Gak!"
"Gua merasa bersalah, sebagai permintaan maaf gua harus anter lo pulang," ucap Arvind dengan nada lembut.
"Udah gue bilang gak mau ya gak mau! Ngerti gak sih?"
"Woy!" teriak seorang cowok dari arah koridor dekat taman. Lalu cowok itu berlari mendekati kami.
"Ehh?" ucap Arvind panik.
"Lo apain dia?" tanya cowok itu lalu menarik kerah baju Arvind.
"STOP!!! " bentak ku. Zacky terkejut akibat bentakan barusan.
"Gua gak apa apain dia tuh? Bisa lepas tangan lo?" tanya nya, lalu Zacky melepaskan genggamannya. Arvind menjelaskan insiden yang sebenarnya terjadi barusan agar tidak menimbulkan rasa salah paham.
"Oh," jawab Zacky singkat. Lalu Zacky mengajak ku untuk pulang. "Cepet Ila, gue anter lo ke rumah,"
Aku terdiam, merasa tenang bahwa yang di samping ku saat ini adalah Zacky. Aku sudah tidak sanggup lagi bersuara. Rasanya benar benar lelah. Tenaga ku sudah di pakai habis untuk berteriak dan menangis, melampiaskan kekesalan ku karena ulah Raka. Aku mengusap mata ku, menyeka air yang memang sejak tadi memenuhi mata hingga membuat pandangan ku memburam. Alasan mengapa aku sampai menabrak cowok di samping ku ini.
"Ayo, " kata Zacky sekali lagi.
Aku akhirnya mengangguk. Mendongak, terkejut saat menemukan sosok Arvind berada di depan ku. Yang tadi gue teriakin tadi tu...... Kak Arvind??!!!
Aku langsung menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Mampus!
Sangat sangat malu mendapati dirinya terjebak dalam situasi se-awkward sekarang. Arvind pasti akan marah dan kesal, aku sudah tak berani menatap wajah cowok itu. Benar benar kehabisan akal dan tak tahu bagaimana caranya keluar dari kondisi memalukan seperti ini. Tanpa pikir panjang, aku langsung berdiri dan berlari secepat yang ku bisa. Aku pikir, cepat cepat menghilang dari pandangan Arvind adalah jalan keluar yang sangat baik. Sialnya, aku lupa jika tas kesayangan ku masih berada di genggaman cowok itu.
"Tas gue," gumam ku lemas mengingat salah satu dari barang penting di hidupnya dia lupakan begitu saja.
***
Kriekkk
"Hai dek, " sapa Aldi.
"Hae pens kuh, " ucap ku sambil melambai pada Aldi.
"Sumpah gue nyesel banget nyapa orang gila yang mata nya sembab. Kenapa lu?"
"Enggak gapapa,"
"Cerita kenapa si?"
"Gamao"
"Dih yaudah sana pergi lo, jangan ganggu. Gue lagi belajar!"
"Gue gada peduli ya lu mau belajar atau kayang ampe jadi kuyang."
"Kurang asem ni anak, baku hantam yok,"
"Serah, "ucap ku yang meninggalkan Aldi.
Begini amat nasib gue punya adek kayak gitu, batin Aldi.
*****
Pagi ini, Arvind menghabiskan waktu istirahatnya di kantin bersama Aldi dan Aksa.
Mereka adalah idola di sekolah. Mereka bisa saling kenal karena dipersatukan dalam anggota basket. Padahal sejak awal mereka sudah satu kelas. Aneh! Mereka sering berpartisipasi setiap acara yang diadakan sekolah. Jangan di tanyakan lagi, Arvind adalah kapten tim basket dari sekolah ini, dan Aldi adalah wakilnya.
Pandangan Arvind mengedari suasana kantin yang ramai. Hingga tanpa sadar, dia beradu pandang dengan gadis yang duduk tiga meja di depannya. Hanya beberapa detik, namun cukup membuat seluruh pikiran Arvind tertuju pada gadis itu. Kontak mata mereka terputus, gadis itu kini tertunduk menatap lembaran buku yang berisi rumus rumus fisika miliknya.
"Lo tertarik sama dia? " tanya Aksa.
Arvind berbicara dengan wajah berseri seri, "Iya, baru tertarik sih. "
"Yang mana? Siapa tau gue juga tertarik sama dia," tanya Aldi yang menyeruput mie rebus miliknya.
"Itu, poni tipis yang rambutnya di urai, kalau senyum ada dua lesung pipi," ucap Arvind sambil menunjuk ke arah gadis yang dia maksud.
Uhukkk uhukkk
"Keselek gue bgsttt! Ambilin minum gue!" bentak Aldi, lalu Aksa mengambil segelas air putih dan memberikannya kepada Aldi.
Suka sama siapa? Kok Aldi sampai gitu reaksinya 😂😂
Tunggu kelanjutannya......

KAMU SEDANG MEMBACA
Zackyla
TeenfikcePersahabatan bukan tentang siapa yang kau kenal paling lama. Tapi tentang dia yang datang ke kehidupanmu dan berkata, "Aku di sini untukmu." lalu membuktikannya, bukan hanya omong kosong saja. Kalau kau ingin tahu siapa sahabatmu, libatkan dirimu...