Tanpa berkata sepatah apapun, Arvind langsung berlari meninggalkan Anisa sendirian.
Sebegitu pentingnya dia buat lo ya Vind? Keluh Anisa.
***
Zacky meminta kepada Risha dan Vian agar tak ikut mencari, jika bertambah orang dikhawatirkan keadaan akan menjadi semakin runyam ketika gerak gerik kami diketahui oleh orang banyak.
Saat ini Aldi, Aksa dan Zacky masih sibuk mencari keberadaanku yang kini belum mereka ketahui. Arvind sengaja tak memberi tahu kemana dia akan pergi, ia tak ingin jika mereka bertiga mengetahui siapa dalangnya.
Kini Arvind menelusuri hutan tanpa tahu arah. Dia mengacak acak rambutnya dengan kasar. Merasa panik, frustasi, khawatir dan juga merutuki dirinya sendiri. Seharusnya ia selalu berada di sisi ku.
Tanpa lelah Arvind terus berlari dengan meneriakki nama ku, namun langkahnya terhenti saat mendengar suara tangisan dari arah Gazebo. Tanpa pikir panjang, dia langsung beranjak darisana. Arvind merasa sangat bersyukur dan lega saat melihat diriku yang menangis tak karuan. Dengan cepat dia mengusap usap kedua telapak tangan nya lalu menempelkan nya pada telapak tangan ku yang terasa amat dingin. Arvind berpikir bahwa hal itu tak cukup membuat tubuhku menjadi hangat dan akhirnya dia meraih kedua tangan ku lalu menarik tubuh ku kedalam pelukannya yang hangat.
Aku menangis sekencang kencang nya ketika di dalam pelukan nya, terdengar suara degupan jantung Arvind yang sangat kencang. Rasanya nyaman dan aman. Saat ini aku tenang karena Arvind telah menemukan keberadaan ku, namun di satu sisi aku merasa sangat kesal dan jengkel.
"Kamu kenapa ada disini????" tanya Arvind yang memeluk ku semakin erat.
"Hiks.. A.. Aku kesini karna surat dari kk..."
"Surat? Kenapa kamu nurut isi surat itu?! Kamu gak tau segimana khawatir nya aku?! Tolong jangan buat aku khawatir kayak gini."
"A- Aku... Gak tau kalau itu bukan dari kk,... M..Maaf bikin khawatir...."
Arvind sadar, saat ini bukan lah waktunya untuk marah. Sebagai rasa permintaan maafnya, ia mengusap pelan kepala ku lalu mengecupnya dengan pelan."Maaf aku gak bermaksud marah sama kamu..."
Aku sedikit terkejut ketika mendapatkan tetesan air yang jatuh tepat di atas kepala ku, awalnya aku mengira bahwa tetesan itu berasal dari atap Gazebo yang berlubang namun ternyata salah. Tetesan air itu berasal dari kedua mata Arvind, tentu saja terlihat jelas saat aku menatap wajah nya, dia tak pandai menyembunyikan ekspresi. Bahkan saat ini dia tak berani menatap wajahku sedetik pun. Tetapi aku malah merasa sakit hati ketika melihat kondisi nya seperti sekarang.
"Maaf aku lalai... Apa boleh aku peluk kamu terus kayak gini?"
"Sstt... Udah kak, jangan ngerasa bersalah lagi ya? Yang penting sekarang kk udah ada di samping aku. Itu udah lebih dari cukup." Aku tersenyum, tanpa sadar tangan ku mengusap air mata yang mengalir ke kedua pipinya. Kini prasangka buruk ku pada Arvind seketika sirna.
Fakta nya kami tertidur di dalam Gazebo. Aku baru menyadari bahwa posisi kami tak berubah sama sekali, yang dimana tubuhku masih dipeluk erat oleh Arvind. Aku mencoba mengguncang tubuhnya secara perlahan, memberi tahu bahwa fajar hampir tiba.
Saat dia membuka perlahan kedua kelopak matanya, aku menjadi khawatir. Nampak sembab. Namun dia tetap tersenyum manis kepada ku sambil berkata."Good morning tuan putri."
Blush! Kedua pipi ku terasa amat panas. Rasa senang, malu dan bahagia menjadi satu. Apakah saat ini kami terlihat seperti pasangan suami istri? Hush!

KAMU SEDANG MEMBACA
Zackyla
Teen FictionPersahabatan bukan tentang siapa yang kau kenal paling lama. Tapi tentang dia yang datang ke kehidupanmu dan berkata, "Aku di sini untukmu." lalu membuktikannya, bukan hanya omong kosong saja. Kalau kau ingin tahu siapa sahabatmu, libatkan dirimu...