17

13.3K 376 10
                                    

Hai

Jangan lupa di tekan bintangnya, di komen, dan difollow akunnya.

***

Luna hanya bisa diam dengan tangan bertautan saat Celina terus-menerus berceloteh di depannya. Perempuan blasteran itu terus menerus memarahi Raja saat perempuan itu tidak sengaja melihat raja membentak Luna.

"Iya cel, aku denger." Jengah raja mendengar Celina berceloteh tentang luna yang menurutnya tidak penting.

"Kamu, gak boleh galak-galak sama Luna. Dia ini lagi hamil loh, yang ada nanti anaknya Mirip kamu." Canda Celina di akhir kalimatnya. Celina menganggap candaannya lucu, tapi tidak dengan raja maupun Luna.

Uhuk

Uhuk

Uhuk

Luna dan raja serempak terbatuk mendengar candaan Celina. Celina mengernyit. "Kenapa, ada yang salah sama candaan aku?"

Raja meraih minuman yang sudah ia pesan, begitupun dengan Luna.

"Luna nggak pa pa kan?" Tanya Celina pada Luna. Luna hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari kekasih suaminya.

Luna merasakan sakit yang tidak bisa di utarakan saat batinnya mengucap ' kekasih suaminya'

Raja menatap Celina jengah lalu beralih menatap Luna tajam.

"Celina, kalau kamu ngomong sama dia terus, gimana kita mau kencan." Gerutu raja.

Celina yang sedang berbicara dengan Luna memukul pundak raja.

"Kencan apa sih ja, gak enak lah kalau di liat Luna." Ujar Celina malu-malu pada raja, dan tak enak pada Luna. Hal itu membuat Luna menunduk, merasa jika dirinya adalah pengganggu di sini.

"Ya, siapa suruh kamu ngajak dia, yang ada jadi beban doang." Cetus raja tanpa menatap keduanya.

Celina menatap raja garang. . "Luna, maaf ya? Raja emang gitu orangnya."kata Celina tidak enak hati. Luna hanya mengangguk memahami.

***

Luna termenung di kamarnya. Memikirkan perkataan Celina siang tadi di restoran.

Perkataan yang begitu menusuk baginya. Meskipun perkataan perempuan itu tidak tertuju padanya. Tapi, perkataannya menjelaskannya posisi Luna. "bener kata Celina," gumam Luna menatap depannya kosong.

***

Entah ada keajaiban dari mana Sisil pagi ini tidak mengomentari hasil pekerjaan Luna membuat Luna senang sekaligus heran.

"Tumben ya, mama gak marah kayak biasa."heran Freya, Asha yang sedang memotong bawang mengangguk membenarkan ucapan Freya. Ia juga heran.

"Kerasukan hantu baik kali,"celetuk Alicia yang kebetulan ada di kediaman Wijaya.

Asha menatap adik iparnya itu dengan tatapan sulit di baca. Ia seperti tidak terima dengan perkataan Alicia.

"Gak boleh gitu cia," tegur Asha, membuat Alicia menatap perempuan itu tidak terima.

"Apaan sih kak Asha, belain Tante Sisil." Sebal gadis enam belas tahun itu menatap Asha kesal.

"Udah-udah, ci, mending kamu bantuin Luna." Ujar Freya, ia menghentikan karna takut Asha marah. Terlihat dari raut wajah perempuan hamil itu.

LUNA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang