32

12.7K 327 18
                                    

Hi guys, sorry upnya lama🙏🙏

Ada yang nungguin gak nih?

***

Setelah heera kembali tidur, Luna melanjutkan kegiatannya menata barang-barang yang ia bawa tadi, ia meninggalkan heera yang tertidur dekat raja. Raja tidur menyamping di samping kiri heera sedangkan heera tidur terlentang dengan bantal guling di sisi kanannya

Luna meraih ponselnya berniat mengabadikan moment ini.

Ia mulai mengambil gambar di ponselnya. Ia tersenyum penuh haru saat melihat gambar di ponselnya

Mata Luna berkaca-kaca saat melihat perlakuan raja yang sekarang jauh lebih baik dari pada dahulu.

Ia mengusap pipi putri dan suaminya yang nyenyak dengan raja yang memeluk heera, laki-laki itu nampak tulus jadi tidak ada salahnya kan Luna memberi raja kesempatan kedua? Luna tidak ingin membuat heera kehilangan sosok figur ayah. Ia tidak ingin anaknya merasakan apa yang ia rasakan.

"Sayang, kamu nangis? Kenapa ada yang nyakitin kamu?" Raja buru-buru bangun saat melihat mata istrinya berkaca-kaca hendak menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sayang, kamu nangis? Kenapa ada yang nyakitin kamu?" Raja buru-buru bangun saat melihat mata istrinya berkaca-kaca hendak menangis.

"Kak raja, nanti heera bangun," tegur Luna saat melihat raja yang membuat pergerakan yang bisa membuat heera bangun.

"Maaf, yang, tadi aku panik soalnya kamu kayak mau nangis, kenapa emangnya? Ada masalah? Sini cerita sama aku." Ujar raja Luna menggeleng.

"Enggak, kak, enggak ada apa-apa," Luna berusaha menutupi. Ia tidak ingin membuat raja sedih dengan mengingat kelakuannya dulu pasti kalau ia mengatakan yang sebenarnya raja akan merasa bersalah lagi dan bersedih dan berakhir menyakiti dirinya sendiri.

Sedangkan raja sendiri ia tidak gampang percaya, tidak mungkin Luna bersedih kalau tidak ada sesuatu. "Yaudah kalau gak mau ngasih tau, aku bakal nyari tau sendiri."

"Astaga kak raja, aku ga papa,"

"Masa sih? Yaudah cium aku dong sebagai buktinya." Raja menunjuk-nunjuk bibirnya di depan Luna.

Luna mengernyit ia bingung kenapa malah nyasar kesana?

"Apa hubungannya kak raja?" Tanya Luna polos. Benar-benar polos membuat raja gemas sendiri.

Ia menampilkan wajah sendunya. "Yang, jangan polos-polos gitu dong, entar aku gak tahan."

"Gak tahan apa?"

Raja mengusak tengkuknya, ia bingung sendiri bagaimana harus menjelaskan. "Ituloh, yang, buat adik buat heera." Ujar raja lalu ia menyengir setelah mengatakan itu.

"IHH KAK RAJA MESUM!!" Luna menimpuk raja dengan bantal yang ada di dekatnya.

"Jangan teriak-teriak yang, entar heera bangun." Kini gantian raja yang menegur.

"Salah kakak,"

"Kok salah aku?" Tanya raja heran.

"Iyalah salah kak raja, pokoknya salah kak raja."

"Iya-iya, salah aku," raja berpasrah daripada nanti Luna Berakhir marajuk.

***

"Tolong kamu urus semuanya, saya ingin raja dan Ray mendapatkan bagian mereka. Apapun itu, satu lagi, siapakan bagian untuk menantu dan cucuku." Allesandro yang sedang duduk manis di kursi kebesarannya nampak lugas saat memerintah sekertarisnya.

Dario mengangguk, pria berusia 29 tahun itu lalu berlalu setelah Allesandro memintanya untuk pergi.

***

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, raja dan Luna baru saja menyelesaikan makan malam mereka, mereka memutuskan untuk bersantai di ruang tengah.

Raja sedari tadi terus saja menunjukkan sisi kekanak-kanakannya, ayah muda itu menjadikan paha istrinya sebagai bantalnya, meminta istrinya untuk mengelus kepalanya. Ia akan memprotes jika Luna berhenti.

"Yang, elus terus," rengek raja Luna terkekeh. Tetapi tetap mengelus rambut raja yang mulai panjang. Bahkan kumisnya juga

"Rambut kakak udah mulai panjang, gak mau di cukur?" Tanya Luna ia menyentuh titik dimana kumis raja berada. Raja menarik tangan halus itu lalu mendekatkannya ke bibirnya, mencium pucuk tangan Luna. Luna tentu saja terkejut dengan perlakuan raja.

Luna refleks menarik tangannya. "E-eh,"

"Kenapa di tarik tangannya? Gak suka ya?" Tanya raja. Luna terdiam membuat raja kebingungan sekaligus merasa tidak enak.

"L-un,"

Luna menoleh, " maaf kak, aku belum terbiasa," kata Luna menunduk. Ia merasa tidak enak pada suaminya.

Raja menghela nafas panjang, ia harus mengerti keadaan Luna, mengingat perlakuannya dulu.

"It's okay, aku ngerti." Kata raja dengan mengelus pucuk kepala istrinya. Luna tersenyum mendapati perlakuan tersebut.

"Makasih, kak, raja. Udah mau ngertiin aku,"

"Iya, sayang, tapi, panggilannya gimana kalau kita ubah aja, kamu gak usah manggil aku kak gitu,"

"Kenapa, memangnya?" Tanya Luna heran.

"Nanti aku di kira saudara kamu, bukan suami kamu, bisa-bisa kamu nanti di kira masih gadis," Cemberut raja.

Luna terkekeh, "gadis apasih, orang udah punya anak satu,"

"Pokoknya aku gak mau di panggil kak raja," ujar raja.

"Trus mau di panggil apa?"

"Apa aja, selain itu,"

"Papa?"

"Ishh yang ada aku malah di kira bapak mu,"

"Yaudah apa?" Tanya Luna sekali lagi.

"Sayang, honey, bunny, my husband, or baby!!" Kata raja semangat. Ia menampilkan wajah berseri pada istrinya yang justru menatapnya bingung.

Kening Luna mengernyit mendengar request an raja.

"Babi?"

Raja melotot, "sembarangan, ganteng-ganteng gini di samain babi,"

***

Vote+koment

Maaf ya baru bisa up soalnya susah mau nyuri waktu buat nulis.

Belum lagi 17 Agustusan bentar lagi jadi lagi sibuk-sibuknya latihan buat nanti.

LUNA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang