Bab 1

1.2K 83 4
                                    

Helooo
Aku balik lagi dengan cerita dari side couple kesayangan pembacaa
Tapi aku peringatkan untuk cerita yang kali ini satu universe sama sebelah jadi ada baiknya baca BUB dulu
Dan... Yang ini gak seindah BUB

Semoga kalian sukaa


"Ambil itu!!! Gak usah nangis!!!"

Pandu kecil berlari meraih sandal yang awalnya dilempar dengan keras oleh sang ayah ke pipinya.

Ia menahan tangis, walau pipinya terasa sakit dan perih. Pandu kecil sudah biasa hidup di lingkungan yang keras seperti ini.

Ayahnya memukul karena Pandu tidak langsung pulang ke rumah setelah sekolah selesai, bocah itu malah bermain hingga senja tiba. Didikan keluarganya sangat keras, menyebabkan Pandu kecil mencontoh semua kelakukan mereka. Berbicara dengan nada keras, ringan tangan dan tak bisa menahan marah.

Karena kelakuan kerasnya, Pandu kecil gak punya teman bermain.

Pandu kecil terbiasa dijauhi karena teman-temannya takut padanya. Mereka kira Pandu bakal sembarang memukul dan berkata kasar padahal sejujurnya Pandu gak akan melakukan itu semua selama kemarahannya gak dipancing.

Sebenarnya dia baik-baik aja kalaupun harus bermain sendiri setiap hari, dia gak peduli sama hidup manusia kayak mereka. Pandu gak perlu teman-teman yang begitu, sudah berprasangka buruk soal dirinya bahkan sebelum kenal.

Tapi ada satu anak yang sama sekali keliatan gak takut sama dia. Anak itu punya badan yang lebih gembul juga pendek darinya dan berwajah manis.

Pandu gak suka anak itu karena selalu ganggu ketenangannya. Waktu itu dia belum tau kalo anak itu bakal jadi bagian terpenting dalam hidupnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pandu menatap tangan kecil yang bertautan dengannya, terlihat santai bergenggaman sambil berjalan beriringan dalam kegiatan jalan santai yang rutin dilakukan sekolahnya. Ini kali pertama Pandu punya pasangan dan berjalan dengan tangan yang bertautan bersama orang lain saat kegiatan itu.

Biasanya Pandu bakal jalan di barisan paling akhir didampingi gurunya yang mengawas bagian belakang. Semua temannya siap memilih pasangan jalan karena takut tersisa dan harus bersama Pandu.

Dia yang biasa dengan keadaan begitu pasti ngerasa asing sama kelakuan bocah manis di sampingnya ini. "Kamu gak takut?" Tanya Pandu tanpa menatap lawan bicaranya.

Bocah manis disebelahnya mengernyitkan alis keheranan. "Sama?" Bingungnya.

"Aku."

Bukannya menjawab, bocah manis itu malah menarik Pandu keluar dari barisan untuk mencabut dua tangkai ilalang. Bahkan bocah itu menariknya tanpa rasa takut dan ragu.

"Kamu pegang yang ini!" Pinta si manis sambil menyodorkan setangkai ilalang pada Pandu lalu sibuk memetik yang lainnya.

Pandu menerima dengan wajah datar, dia masih gak ngerti alasan anak ini gak takut sama sekali ke dirinya.

"Pandu... Geraldi... Tolong kembali ke barisan!" Tegur guru yang menjaga barisan paling belakang saat melihat dua bocah itu asyik memisahkan diri dari barisan, bermain di rerumputan ilalang.

Geraldi, nama si bocah manis itu. Ia menarik Pandu kembali masuk ke dalam barisan dengan menyerobot.

"Aku ikut disini, boleh?" Tanya Geraldi pada dua teman sekelasnya yang berjalan tepat di belakang mereka. Samar-samar Pandu mendengar ada suara yang menjawab "iya" dengan nada riang.

Amicizia Complicata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang