Bab 15

309 39 3
                                    

Happy Reading 💙

Suasana dojang kali ini sangat ramai karena banyak anak baru yang masuk hari ini. Di pojok ruangan terlihat beberapa orang duduk membentuk lingkaran untuk menyimak kisah serius Farel.

"Asal lo tau, ada dua jenis orang jahat di dunia ini. Pertama, orang yang jahat karena masa lalu kelam dan menyedihkan sampe dia terpaksa ngelakuin itu semua karena didorong keadaan. Kedua, orang yang memang dilahirkan sebagai penjahat yang keji atau bahasa kerennya... Psikopat." Cerita Farel pada Dimas, Cakra, dan Jefan yang masih asyik menyimak. "Jadi..."

"Ini kenapa tiba-tiba bahas soal villain sih?" Tanya Cakra tak paham.

Jefan hanya menggeleng tak mengerti sementara Dimas terlihat bersemangat. "Karena gue mau tau lah! Kalian kenapa ikut nyimak sih?!"

Farel menyentil dahi teman-temannya satu persatu dengan adil. "Anak-anak! Jangan ribut ya, tolong dengarkan petuah Baginda raja ini." Serunya sok berkuasa.

"Tolong lanjutkan wahai Baginda Raja!" Dimas mengipasi Farel dengan robekan kardus yang tadinya dipakai Cakra untuk alas duduk.

"Jadi..."

"Cok! Udah jam segini belum juga dipulangkan kita! Capek anjing, mau tidur." Gerutu Bagas. Ia dan Pandu baru saja muncul setelah berbincang dengan beberapa anggota baru taekwondo.

"Gue juga ngantuk, tapi lebih kasian Geraldi pasti nungguin di luar."

"Dah lah, males bahas lagi." Farel membalikkan badan, merajuk karena lagi-lagi bahasannya terganggu oleh orang lain. Dimas menghampirinya dan mengguncang pundak Farel agar berhenti merajuk.

Pandu memerhatikan mereka berdua sebelum kemudian menyadari sesuatu, "Lo ngapain disini? Bukannya lo anak boxing ya?" Herannya.

Dimas memang hanya memakai kaos biasa yang dilapisi jaket boxing dan celana pendek, "gue mau ketemu Farel! Kita kan bestie," ia merangkul kawannya dengan erat hingga Farel tercekik.

"Serius," tatapan Pandu berubah datar.

"HAHAHA!!!" Dimas tertawa keras karena berhasil membuat Pandu kesal. "Gue kesini buat cek keadaan, soalnya tadi gue sama Angga ketemu Geraldi yang lagi nungguin lo sendirian di depan sana. Dia takut buat masuk kesini, jadi gue deh yang nerobos. Dia udah ditemenin Angga tuh di luar."

Pandu lupa bahwa hari ini Kevin tidak menemani Geraldi di luar seperti biasanya karena Keno sedang tidak masuk. Ia juga sepertinya paham alasan Geraldi selalu bersikeras menunggu di luar dojang, itu pasti karena kejadian di tempat latihan futsal dulu. "Gue ganti baju bentar," ucapnya.

"Lanjut ceritanya, Rel!" Bujuk Dimas sebelum kemudian dihadiahi tabokan keras oleh Farel. Kayaknya cowok itu sudah terlanjur badmood ceritanya dipotong berkali-kali, ia menarik-narik ujung baju Bagas untuk mengisyaratkan permintaan pembelaan.

"Jangan ganggu Farel dulu, Dim." Pinta Bagas, menuruti kemauan Farel.

Cakra dan Jefan saling bertukar tatap, nasibnya sama-sama terjebak dalam perbucinan kawan sirkel mereka. "Lo udah sering jadi nyamuk kayak gue gak?" Tanya Cakra.

Jefan menjawab dengan jempol dan wajah datar, bisa dilihat dari kesigapan Pandu berganti baju hingga lupa mengajaknya pulang demi Geraldi yang sudah lama menunggu di luar. Kali ini Bagas sedang berdebat dengan Dimas yang masih ngotot ingin mendengar kelanjutan cerita Farel, padahal inti pembicaraan mereka sangat tidak penting.

"Demi dah, capek gue jadi nyamuk." Keluh Cakra tak kuat. Jefan menghibur dengan tepukan pelan di bahu Cakra sebelum pergi menyusul Pandu.






.

.

.

.

Amicizia Complicata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang