Bab 11

271 39 13
                                    

GALON CERAI JAYA JAYA JAYA
XIXIXIXIXI

HAPPY READING GES💙

"Lo habis nyimeng ya? Masuk sana!"

Arion mengerucutkan bibir kesal, padahal ia berharap Galen berhenti memakinya setelah ditembak. "Ngeselin lo!" Ucapnya sebelum masuk ke dalam rumah sambil membanting pagar pertanda kesal.

Tanpa sadar Galen menyunggingkan senyum melihat tingkah kekanakan Arion. Ia tau anak itu sedang mengintip dirinya di balik jendela kamarnya, maka Galen menatap ke arah jendela dengan tirai tersingkap itu sambil menunjukkan jari tengah.

Arion segera menutup tirai karena merasa ketahuan. Saat mengintip untuk yang kedua kalinya, Galen sudah tidak ada di luar sana. "Ck, ngapain sih gue malah ngomong hal gak jelas begitu?!" Gumamnya seraya mengacak-acak rambut kesal.

Bodoh sekali ia bertanya seperti itu pada Galen, semoga saja cowok itu tidak mengejeknya di keesokan hari.

.

.

.

.


Galen merebahkan diri setelah mengerjakan pr-nya. Ia tidak menyangka dirinya bisa rajin mengerjakan tugas sekolah, mungkin pengaruh kehadiran Arion dalam hidupnya. Biasanya anak itu akan mengomelinya hingga Galen terpaksa mengerjakan pr, ia tidak suka Arion mengoceh seperti itu.

"Abang akhir-akhir ini selalu di rumah ya?" Tanya Esa, adik Galen. Anak kelas empat SD itu menghampiri abangnya yang sedang rebahan.

"Malas keluar, Sa." Jawab Galen masih sambil merebahkan diri sambil merenung ke arah langit-langit.

"Bagus lah bang, aku jadi gak sendirian. Abang juga udah gak pernah lagi pulang dalam keadaan bonyok atau luka-luka. Esa khawatir, bang."

Galen merasa bersalah mendengar ucapan adiknya. "Maaf, Sa."

"Gak papa bang, toh emang keluarga kita begini kan sejak awal? Esa udah biasa." Anak SD itu duduk di sebelah Galen, "Esa boleh tidur sini gak?"

Walau terlihat heran, Galen tetap saja mengangguk memperbolehkan. Adiknya pun segera merebahkan diri di samping Galen dan ikut merenung. "Mama baru berangkat kerja malam ini, kakak gak pulang hampir tiga hari. Menurut Esa, yang paling dekat sama Esa tuh Bang Galen aja."

Galen mengusap rambut pendek adiknya, kasihan anak sekecil ini sudah harus memaklumi keadaan rumah yang berantakan. "Tidur, besok kita sekolah."

Esa menuruti itu dan segera memejamkan mata. Galen memang tergolong paling dekat dengan adiknya, anak kecil itu selalu membantu mengobati si Abang setiap kali pulang dalam keadaan babak belur. Galen juga selalu membagi uang jajan miliknya pada Esa, ia tidak mau adiknya kelaparan.

Galen jadi teringat masa lalu...

Sejak dulu Galen tinggal dengan ibu, kakak dan adiknya saja. Ia selalu diabaikan oleh sang ibu karena posisinya sebagai anak tengah. Kakaknya yang memasuki masa SMA dan si adik yang masih di taman kanak-kanak mendapat perhatian penuh dari ibunya, tapi Galen tidak pernah protes.

Ia yang masih kecil bisa merasakan bahwa hal yang ditanggung ibunya cukup berat. Tanpa sepengetahuan sang ibu, Galen selalu mendengarkan ibunya menangis semalaman sambil mengutuk ayahnya yang pergi meninggalkan mereka begitu saja dengan wanita lain.

Ibunya tidak tau bahwa sang anak bersumpah untuk menjadi kuat agar bisa menghajar siapapun yang menyakiti keluarganya.

Galen kuat bukan karena keturunan seperti Pandu, tapi karena kerja keras dan bakat. Uang jajan yang sedikit tidak pernah ia pakai, hanya sesekali ketika dirinya merasa sangat lapar. Dulu dia tidak sengaja bertemu kakak SMA yang terlihat kuat dan memiliki teknik boxing saat membantu korban pembullyan, maka dengan berani Galen berkata akan memberikan uang jajannya asal kakak tersebut mau membantunya.

Amicizia Complicata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang