Bab 4

360 54 7
                                    

Happy reading💙
Sebagai peringatan ayang ulang tahun kemaren lusa. Xixixi

Setelah awal pertemanannya dengan dua anak manusia itu, Jefan merasa dirinya sedikit lebih 'hidup' dari biasanya. Bahkan kembarannya sangat cerewet meminta dipertemukan dengan dua temannya untuk berterima kasih.

Dua manusia itu membawa banyak perubahan besar pada Jefan.

Sayangnya Jefan gak pernah ngizinin mereka buat ketemu, bahkan untuk tau kalo dia punya saudara kembar. Bukan karena malu atau apa, Jefan cuma gak mau kejadian dulu terulang kembali.

He has some reason about that. Karena kesalahannya, Defan yang gak tau apa-apa ikut terseret dan disalahkan.

.







.




.




.


"Lo homo, Ndu?" Tanya Andre saat mereka sedang beristirahat seusai futsal.

"Gak, anjir!" Jawab Pandu ngegas.

Teman-teman Pandu yang lain ketawa ngakak ngeliat Pandu ngamuk dan mukulin Andre pake sepatu futsalnya yang dia lepas.

Sementara Jefan cuma nyimak aja sambil ngehabisin isi botol minum di tangannya.

"Gue keliatan homo di mata kalian?!" Kali ini Pandu natap semua teman-temannya dengan wajah gak percaya. "Dari sisi mana, su!"

Jefan menahan Pandu, merangkul temannya supaya gak terlalu kebawa emosi. Geraldi lagi gak ada disini, jadi dia yang harus gantiin anak itu buat jagain Pandu yang kesabarannya setipis tisu dibagi dua.

Raka melirik ke area sekitar lapangan, "biasanya kan lo ditemenin sama cowok yang pendek itu. Pacar lo kan?"

"Bukan pacarnya. Cuma temen," Jefan yang menjawab sementara Pandu masih belum sepenuhnya mengerti.

"Oh... Kalo Pandu gak homo, berarti cowok pendek itu yang suka sama lo? Lucu anjir, ada cowok sependek sama sekurus itu? Melehoy anjing!" Celetuk Andre lagi. Beberapa teman mereka tertawa sementara sebagian lagi diam setelah menyadari ekspresi menyeramkan Pandu.

Pandu melotot waktu dengar omongan Andre itu. "Gila ya?! Geraldi maksud kalian?"

"Iya itu, terus dia manggil Lo kayak... 'Fares~, udah selesai latihannya?' Lembut banget kayak bencong." Tambah Raka sambil memperagakan cara Geraldi memanggil Pandu.

"Mampus," batin Jefan, dia ngunci leher Pandu buat nahan emosi temannya itu.

Dug!!! Tas peralatan futsal milik Pandu dilempar dengan keras ke arah Raka hingga cowok itu meringis kesakitan.

"Gue berhenti futsal." Ucap Pandu singkat, berhasil membuat suasana hening. "Disini mulutnya lemes banget, ngalahin ibu-ibu arisan." Singgung Pandu lalu beranjak pergi dari sana.

Jefan menatap kepergian Pandu sejenak lalu menoleh ke arah teman-teman futsalnya. "Pandu berhenti, gue juga berhenti. Sorry ya," pamitnya sebelum menyusul kepergian Pandu.



.







.





.







"Fares! Udah selesai latihannya? Kok cepat?"

Geraldi sudah berada di luar lapangan, menunggu dua temannya seperti biasa. Lokasinya dekat dengan perpus, makanya setiap kali Pandu dan Jefan latihan... Geraldi menunggu di perpustakaan.

Pandu sama sekali gak menghiraukan ucapan Geraldi dan berjalan lurus seakan-akan temannya itu gak ada.

Geraldi yang ngerasa kalo Pandu lagi marah, natap Jefan buat minta jawaban.

Amicizia Complicata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang