Sorry bgt ges, telat ya
Minggu kemaren gweh sakitttt makanya gak bisa up
Ini draftnya masih banyak yang agak berantakan jadi up pelan-pelan ajaHappy reading 💙
Dimas baru saja akan mengikuti Arzan pergi setelah menyebutkan siapa dalang yang sesungguhnya pada teman-temannya. Namun, Kevin menghalangi langkahnya dengan cepat.
"Setidaknya lo harus jelasin situasinya supaya kita gak berasumsi sendiri." Pinta Kevin tegas. Ia tidak akan mengulangi kesalahan yang membuat teman-temannya terluka seperti insiden penangkapan Dimas kemarin.
Dimas bertatapan sejenak dengan Arzan lalu meminta waktu untuk berada disana lebih lama. Untung saja permintaan itu disetujui dengan mudah hingga ia menetap dulu di ruangan ini dengan teman-temannya.
"Jangan ada yang keluar dari tempat ini. Percayakan Geraldi pada tim saya." Perintah Arzan tanpa bisa diprotes oleh kumpulan remaja itu.
"Gue gak bisa diam aja! Geraldi diculik!" Teriak Pandu yang baru saja selesai dari rasa terkejutnya, ia segera melangkah ke arah pintu untuk pergi keluar.
Arzan sama sekali tak gentar saat menghadang Pandu di depan pintu. Tidak peduli walaupun tubuh remaja itu jauh lebih besar darinya. "Memangnya kamu tau lokasi terakhir kali Geraldi terlihat? Jangan membantah saya dan dinginkan kepalamu dulu."
Bagas segera menyeret Pandu untuk mundur sebelum temannya itu tersulut emosi lebih lanjut. "Setidaknya kita harus tau dulu semuanya dari Dimas. Mereka berdua teman terdekat lo kan?"
Pandu tidak punya pilihan selain mundur, ia segera menoleh ke arah Dimas. "Jadi maksud lo, selama ini lo bergerak sesuai perintah Jefan?"
Dimas mengangguk kecil, "gue ataupun lo cuma bidak catur buat Jefan. Semua ini berjalan kayak apa yang sudah direncanain Jefan, tapi gue beberapa kali membelok dari rencana dia. Kalian pikir siapa yang ngerencanain pembunuhan Galen?"
"Dimas, lo gila?!" Teriak Cakra tak percaya. Ternyata pelaku yang selama ini dicari adalah salah satu dari mereka?
Dimas tertawa sarkas. "Kalo menurut kalian gue gila, berarti Jefan apa? Dia psikopat yang bener-bener dingin dan gak berperasaan, gue gak bisa jamin Geraldi bakal ditemuin hidup-hidup."
"Anjing!" Pandu segera menelpon Geraldi, sesuai ucapan Dimas tadi... Anak itu sama sekali tidak bisa dihubungi.
"Sudah gue bilang, kalian semua termasuk gue... Udah ada di dalam rencananya. Di mata Jefan, kita semua cuma bidak yang bisa dibuang kapan aja dari papan catur ciptaan Jefan sendiri."
Defan bahkan tidak bisa berkata-kata mendengar pernyataan Dimas tentang saudaranya sendiri. Tangannya mulai dingin memikirkan bahwa Jefan yang selalu datar dan menutupi perasaannya itu ternyata menyembunyikan hal sebesar ini darinya.
"Defan, lo pikir kenapa Jefan mau bertukar tempat sama lo padahal sifat kalian berkebalikan? Karena lo pikir kalian saudara kandung dengan hubungan baik?" Dimas mulai menyerang Defan, semua orang yang ada di ruangan kini menoleh ke arah salah satu anak kembar itu.
Suasananya cukup berat, apalagi tatapan horor dari semua orang tertuju pada Defan. Kemiripan wajah mereka membuat rasa frustasi semua orang yang ada disini menekan Defan sepenuhnya.
"Jefan nyembunyikan lo sebagai saudaranya dan memilih sekolah biasa dibandingkan sekolah elit karena... Dia emang berencana buat bertukar tempat sama lo tiap kali lagi ngerencanain sesuatu."
Jika dipikirkan matang-matang. Perkataan Dimas benar, Jefan hanya mau menyetujui permintaan untuk bertukar dalam beberapa kondisi tertentu saja. Ia telah dimanfaatkan kembarannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amicizia Complicata
Novela Juvenil[Book 2] Sequel Bukan Ulin Biasa (BUB) BxB Pandu yang selalu mendapat pendidikan keras sejak kecil bertemu dengan anak manja kesayangan bernama Geraldi. Siapa sangka si emosian yang kasar bisa akrab dengan si manis penyabar. Mereka berteman hingga m...