Bab 17

269 40 3
                                    

Ada kabar baik dan buruk buat kalian
Kabar baiknya, Minggu depan bakal DOUBLE UPDATE
Kabar buruknya, TAPI ISINYA ANGST DIKIT

Sekian
Terima kasih

.

.

.

.

.

Geraldi berusaha terlihat biasa saja walaupun sadar sejak tadi pagi Jefan menatapnya intens. Kebetulan teman-temannya yang lain pergi ke kantin sementara ia beralasan sudah kenyang, Jefan menetap karena bermaksud menemaninya. Pandu? Jangan ditanya, anak itu semakin sering menghilang.

"Kenapa sih?"

"Lo makin kurus," jawab Jefan seraya meraih lengan mungil Geraldi. "Makan teratur kan?"

Pertanyaan itu diiringi tatapan yang berhasil membuat Geraldi meleyot dalam hati. "Kan lo makan sama gue terus." Jawabnya sambil berusaha menghindari bersitatap dengan Jefan.

"Ada apa? Mau cerita?" Tanya Jefan lagi, cowok itu selalu menanyainya seperti itu setiap kali sedang menginap di rumah untuk menjaganya menggantikan ketidakhadiran Pandu. Biasanya Geraldi akan menjawab dengan gelengan, tapi pertanyaan kali ini meruntuhkan semua pertahanan Geraldi untuk tidak mengeluh.

"Mau puk puk sama peluk aja," pintanya dengan mata berkaca-kaca. Jefan menuruti kemauan Geraldi dan memeluknya sambil puk puk kepala, ia memang slow dan santai. Tidak seperti Pandu yang menghindari skinship di tempat umum, Jefan selalu menuruti semua keinginan Geraldi.

Ia tidak peduli beberapa tatapan aneh dari teman sekelasnya yang masih stay disana.

Anak itu hanya diam di pelukannya, tapi Jefan tau pasti bahwa si manis sedang gundah. "Kenapa?" Ia bertanya lagi.

"Sebenarnya malam itu, Pandu cium gue secara paksa. Gue bisa pura-pura gak tau soal kejadian itu, tapi dia malah ngehindarin gue sampe berminggu minggu. Gue kecewa... Gue ngerasa Pandu mungkin jijik sama gue karena terlalu lemah."

"Geraldi, yang najis itu Pandu." Ucap Jefan dengan nada geram menahan marah. "Punya pacar tapi nyium lo secara paksa."

Geraldi terkejut, ia pikir Jefan akan lempeng dan santai saja saat mendengar itu. "Jangan ribut sama Pandu ya? Gue gak mau kalian berdua tengkar gara-gara masalah gue. Sebenarnya gue gak apa-apa kok." Mohonnya seraya melepaskan diri dari pelukan Jefan.

Jefan hanya menatap datar si manis, setidaknya tatapan itu sudah tidak setajam dan sedingin tadi. "Gak janji." Balasnya.

"Oh iya, maaf gue minta lo peluk kayak tadi. Bisa-bisa habis ini lo dikira homo sama anak kelas," Geraldi tampak nervous, ia agak takut pada tatapan-tatapan aneh tadi.

"Emang cowok gak butuh pelukan?" Tanya Jefan tidak santai.

Entah kenapa, ia terlihat lebih sensitif hari ini. Cemburu karena ceritanya tadi kah? Geraldi segera memukul kepalanya sendiri, bisa-bisanya ia berpikir aneh seperti itu.

Tangan Jefan segera menahan tangan anak itu. "Nanti sakit," cegahnya.

"Bayi gak boleh gitu, kepala bayi kan masih lembek." Ledek Dimas yang telah masuk ke dalam kelas sambil menyeret paksa Pandu, ia meronta-ronta minta agar Dimas melepaskan cekikannya. Geraldi dan Jefan menatap heran kepada keduanya"Nih Abang bawakan hadiah spesial," ia mendorong Pandu hingga ke hadapan meja Geraldi.

Cowok tinggi itu sudah berhadapan dengan Geraldi yang hampir berminggu-minggu ia hindari."Far..."

"Ck! Gue mau boker! Dasar Dimas kontol!" Marah Pandu lalu pergi keluar dari kelas tanpa menghiraukan Geraldi.

Amicizia Complicata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang