Bab 8

395 47 2
                                        

Anggap aja ada tokoh baru atau another pair di cerita ini, semoga aja kalian gak terganggu sama slight couple ini yaaa
Karena mereka juga berpengaruh sama cerita ke depannya

Happy Reading 💙
.

.

.

.

"Ada anak yang namanya Arion disini?" Tanya Geraldi, berdiri di pintu kelas yang berada di paling ujung bangunan sekolah. Suasana kelas yang awalnya ribut tiba-tiba hening, matanya menangkap pemandangan aneh yaitu dua cowok berbadan besar dengan satu cowok berbadan kurus sedang berdiri berjajar di belakang kelas.

"Ngapain manggil budak gue?" Tanya salah satu cowok berbadan besar.

Setelah ucapan itu seisi kelas tertawa sementara lelaki kurus yang berdiri diantara teman-teman besarnya malah terlihat ketakutan. "Budak? Gue nyari Arion, bukan nyari budak! Lo pikir ini tahun 3500 sebelum masehi?"

Ucapan Geraldi membuat suasana berubah berat, dua cowok itu terlihat marah mendengarnya. "Ada perlu apa sama Arion? Biar gue yang wakilin." Salah satu diantara mereka maju mendekati Geraldi yang menatap mereka tanpa rasa takut.

"Kepo lu, babi."

Saat cowok di hadapannya hendak melayangkan pukulan karena emosi, dua buah tangan terulur menghadangnya. Itu Pandu dan Jefan yang sebenarnya mengamati dari belakang tadinya, mereka segera maju setelah melihat apa yang terjadi pada Geraldi.

"Kita nyari baik-baik dan mau ketemu Arionnya langsung," Pandu menepis tangan cowok gempal itu.

Melihat aura Jefan dan Pandu yang terlihat kuat, cowok itu mundur lalu menghampiri cowok kurus yang tadi berdiri di sebelahnya. Ia membisikkan sesuatu yang membuat cowok kurus itu terlihat takut, setelah akhirnya si cowok kurus menghampiri Geraldi di pintu kelas. "Gue Arion! Ada apa ya?" Tanya Arion sambil tersenyum ramah.

Berarti benar dugaannya, Arion adalah cowok terbully yang Jefan bilang. "Kita omongin di luar yuk!"

"E... Iya..." Arion mengiyakan dengan ragu-ragu lalu mengikuti langkah Geraldi.

.

.

.

.

"Kenalin, gue Geraldi. Lo Arion kan?"

Arion menyambut uluran tangan Geraldi, hanya dengan bersalaman sudah membuatnya paham bahwa cowok ramah di hadapannya adalah orang baik. Benar-benar baik.

"Iya, ada perlu apa ya?"

Geraldi menepuk jidat. "Oh! Buku lo kan?" Ia bertanya sambil menyodorkan buku jurnal yang sejak tadi berada di tangannya.

"Ah, iya. Thanks, buku ini lumayan penting buat gue." Ucap Arion sambil memeluk buku kesayangannya, Geraldi ikut merasa senang saat melihat senyum lebar Arion.

"Gue gak sengaja liat isinya buat nyari nama pemilik bukunya... gue minta maaf!" Geraldi menyatukan kedua telapak tangan.

"Gak masalah! Sekali lagi makasih sudah repot-repot kembalikan buku ini!"

"Lo suka nulis novel ya? Semangat, lo boleh kasih liat ke gue novel-novel buatan lo!"

Wajah Arion sangat terkejut saat mendengar ucapan Geraldi, belum sempat mengucapkan sesuatu lagi... Geraldi pamit pergi meninggalkannya bersama dua teman yang tadi karena bel masuk kelas telah berbunyi.

Ia menatap buku jurnal kesayangan di tangannya, ini satu-satunya buku yang tidak ketahuan oleh pembully dari kelasnya dan selamat dari robekan. Tadinya ia melempar buku itu sembarangan ke area dekat toilet belakang karena tidak mau buku tersebut diketahui para pembully, rencananya akan ia cari sepulang sekolah tapi Geraldi sudah menemukannya duluan.

Amicizia Complicata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang