Bab 12

245 42 6
                                    


Kayaknya mulai dari sini panjang cerita per babnya bakal 2.5k word atau lebih
Kalo gak gitu bisa sampe 50 bab ntar😭👌


Happy Reading 💙


"Tolong hapus vidio Galen," pinta Arion dengan wajah sembab karena menangis semalaman.

Jefan, Pandu dan Geraldi bertukar tatap. Ini pasti karena Galen sudah bicara jujur tentang taruhan yang mereka lakukan selama sebulan, lagipula sejak awal hal ini memang bertujuan untuk menghentikan sistem ranking di kelas bontot agar Arion selamat dari pembullyan.

Geraldi segera merangkul Arion yang duduk di sebelahnya, mereka berempat sedang makan bersama di kantin atas permintaan Arion. "Maaf karena kita ngelakuin ini, seharusnya kita ngomong sejujurnya kalo tau lo bakal kecewa kayak gini."

"Bukan salah kalian kok." Tukas Arion sambil tersenyum paksa. "Gue bisa ngerasain punya teman kayak Galen berkat kalian, jadi gue cukup berterimakasih juga."

Pandu menghelas nafas kasar, ia juga merasa bersalah pada Galen dan Arion. Kalau tau hubungan mereka akan menjadi sebaik itu, seharusnya ia menghapus syarat tentang permintaan penghapusan vidio. "Gue minta maaf ngejadiin lo bahan perjanjian kemaren. Tapi setelah ini lo bisa pegang kata-kata gue kalo mulai sekarang kehidupan lo di sekolah sudah aman."

Perkataan itu diangguki Jefan. "Maaf juga." Ucapnya.

Arion tidak mungkin marah pada tiga sekawan itu karena mereka melakukan perjanjian demi dirinya dan ketentraman kelas. Berbeda dengan Galen yang melakukan itu hanya demi... Harga diri. "Gue balik dulu," pamit Arion sambil tersenyum kecil.

Trio kawan yang melihat kepergian Arion merasa bersalah karena secara tidak langsung mereka yang membuat Arion kecewa pada Galen.

"Kayaknya sebulan terlalu lama, Arion udah terlanjur nyaman sama pertemanan mereka." Geraldi terlihat merasa bersalah.

Pandu segera merangkul teman kecilnya, "jangan nyalahin diri lo atau kepikiran tentang hal ini, okay? Ini bukan salah lo," hiburnya sambil mengusak pelan rambut Geraldi.

"Toh dia bebas dari bully," tambah Jefan ikut menghibur.

Si manis akhirnya mengangguk sebelum kembali ke kelas bersama Pandu dan Jefan.

"Lain kali kalo ngehibur berekspresi dikit lah, bro! Lo ngehibur datar bet nadanya." Pandu protes setelah Geraldi masuk ke dalam kelas.

"Setelan pabrik," jawab Jefan singkat.

Pandu terbahak sambil menepuk keras bahu Jefan, "bangsat! Bisa ngelawak lo!"

Geraldi dari tempat duduknya memperhatikan dua kawan karib itu dengan tatapan heran. "Receh juga mereka," ia lumayan tidak menyangka selera humor Pandu saat bersama Jefan.

.



.


.



.




Galen sama sekali tidak menganggap Arion ada. Cowok itu berkali-kali bolos kelas atau menghilang setiap jam istirahat tiba, seakan membuktikan bahwa selama ini ia memang terpaksa menemani Arion di sekolah.

Pastinya Arion merasa sedih dan terpukul dengan pengabaian yang dilakukan Galen padanya, tapi ia juga benci sekali pada kebohongan Galen selama ini.

"Arion, lo gak ke kantin? Tiap istirahat cuma tidur di kelas, apa gak lapar?" Tanya Dion dan Irina yang kebetulan merupakan teman sekelas.

Arion ingat, mereka berdua pernah membela Arion saat dibully tapi berakhir Dion dihajar oleh Rehan dan Irina dijambak oleh Ardi. Sepulang sekolah, Arion berterimakasih dan meminta maaf pada pasangan sahabat tersebut. Juga meminta agar mereka berdua tidak membela Arion lagi karena ia tidak mau melihat teman sekelasnya terluka.

Amicizia Complicata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang