Bab 27

155 22 0
                                    

Maaf banget karena lama menghilang
Sekitar 2 minggu gak update ya😭
Ada tugas bikin usaha sendiri selama kuliah
Riweuh banget asleee sampe lupa update story ini
Buka Wattpad aja ga sempat bjir😩

Buat kalian yang sudah sabar mau nunggu

Happy Reading 💙



.



.



.



.



.

Pandu menurunkan tudung hoodie hitamnya setelah merasa area sekitar aman, ia mengambil handphone dari kantung celana dan menghubungi seseorang.

Malam ini lumayan berawan hingga bintang tidak terlihat keberadaannya, ia duduk di salah satu bangku warung yang sedang kosong. Dirinya sedang berada di sebuah tempat yang tidak asing, tapi bukan juga tempat yang sering dikunjunginya.

Telepon diangkat setelah beberapa detik. "Kamu gagal lagi dalam tugasmu?" Tanya orang di seberang telepon tanpa salam.

"Maaf," Pandu hanya bisa mengeluarkan ucapan singkat itu.

Si lawan bicara menghela nafas panjang dari ujung telepon. "Jangan kira saya gak tau kegagalan kamu di tugas setahun lalu, waktu anak yang namanya Galen itu masih hidup."

Jantung Pandu nyaris berhenti berdetak saat mendengar ucapan itu. Dia pikir kejadian waktu itu tidak diketahui, tapi ternyata dugaannya salah.

"Saya... Akan berusaha melaksanakan tugas dengan baik setelah ini."

"Bagus." Komentar lelaki itu sebelum menutup telpon dari Pandu.


.



.



.



.



.

"Mereka punya bukti rekaman tindak kekerasan kalian di belakang sekolah." Ujar Dimas saat berkumpul dengan komplotannya. Ia baru selesai melakukan rapat dengan Kevin dan kawan-kawan, rasanya semua terlalu lancar karena tidak ada yang mencurigai dirinya sebagai pengkhianat.

Jefan yang mengetahui bahwa Dimas adalah dalang dari semua ini malah menghilang secara misterius, membuat Kevin dan yang lainnya malah mencurigai dirinya. Hanya Geraldi yang terlihat tetap percaya pada Jefan.

Dan sebelum pergi tadi, ia bisa mendengar bahwa Kevin mempercayakan pencarian bukti rekaman kepada Geraldi. Sejujurnya anak polos itu bukan target balas dendam mereka, tapi ia juga harus menyingkirkan bukti.

Mengingat Geraldi yang sering berlatih pilates dengannya, hubungan mereka sudah seperti adik dan kakak.

"Bos, kenapa melamun?" Tanya Ardi membuyarkan lamunan Dimas.

Helaan nafas kasar terdengar, sepertinya ia sedang kelelahan hingga terlintas ingatan tidak berguna seperti itu. "Kita susun rencana buat besok. Kita gak bisa ngebiarin bukti kekerasan kalian jatuh di tangan Kevin karena hukumannya bisa jadi lebih berat, total kriminalitas yang kalian lakukan ada dua kali rencana pembunuhan dan juga penculikan." Ujar Dimas berhasil membuat anak buahnya cukup khawatir. "Intinya kita pancing Kevin buat nyelamatkan Farel di markas, culik juga Angga sebagai tahanan tambahan supaya lebih menjamin dia cepat datang. Argh!" Dimas memegangi kepalanya yang tiba-tiba berdenyut.

"Gak apa-apa bos?" Tanya Rehan was-was.

Dimas mengangguk kecil, pertanda dirinya baik-baik saja. "Biar gua sendiri yang urus bukti rekaman itu, kalian harus datang ke sekolah seandainya gua manggil bantuan. Rehan penanggung jawab di markas dan Ardi harus siap sama panggilan bala bantuan dari gua."

Amicizia Complicata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang