.
.
.
.
"Gue gak nyangka kalo ternyata semua ini ulah Dimas. Pembunuhan Galen juga dia dalangnya?" Tanya Kevin membuka pembicaraan. Kali ini Farel, Bagas, Kevin dan Angga sedang menunggu di cafetaria rumah sakit.
Pandu dan Jefan masih menunggui Geraldi.
Mereka masih menelusuri beberapa hal yang dianggap belum tuntas baik dari kasus teror Dimas ataupun kasus Galen. Lagipula tujuan Farel, Bagas dan geng Aleard dari SMA Bhinneka mau bekerja sama karena mau mengungkap kebenaran dari kasus pembunuhan Galen di rooftop sekolah.
Farel menggeleng, "Galen dibunuh komplotan Satrio, tapi bukti rekaman cctv ada di tangan Dimas. Mereka diancam buat jadi anak buah Dimas karena bukti kuat ada sama dia," jelasnya seraya meneguk lemon tea di hadapannya. "Gue rasa Dimas cuma berniat balas dendam sama keluarga lo terutama Papa Arzan. Lo sama sekali gak nanya soal masa lalu papa lo?"
Kevin mengatakan 'tidak' dengan sedikit ragu, sebenarnya cukup aneh karena Arzan sama sekali tidak bereaksi apapun saat bertemu Dimas. Papanya berpura-pura tidak mengenali Dimas saat pertama kali bertemu di rumah Kevin. Kalau hubungan masa lalu mereka buruk, papanya pasti akan menanyai soal Dimas pada dirinya atau minimal meminta Kevin menjauhi Dimas.
"Gue gak tau apa-apa selain itu, tapi gue ngerasa Dimas gak sepenuhnya bermaksud jahat."
"Maksud lo?" Kevin tidak mengerti ucapan Farel.
Farel terlihat ragu dan gelisah, "gue gak yakin ini semua beneran ulah Dimas." Ucapnya membuat Angga yang awalnya asyik menyimak segera menoleh.
"Lo kenapa jadi belain dia? Karena dia megang bukti pembunuhan Galen? Dia udah nyulik lo kemaren!" Marah Bagas kesal. Apa temannya ini mengalami Stockholm syndrom?
"Justru gue ngomong gini karena bukti itu udah gak sama dia! Dimas nitip rekaman itu sama seseorang diantara kita supaya anak buah Satrio gak bisa ngekhianatin dia sembarangan. Gue perlu ketemu Dimas buat ngomongin ini, gue harus tau siapa orang yang megang bukti rekaman cctv itu!" Farel terlihat sangat frustasi saat mengatakan itu. "Lo tau kan, gue udah nyari bukti itu selama setahun ini?"
Angga dan Kevin tidak berani berkomentar apapun. "Gue tau," ucap Bagas. Ia merangkul Farel yang terlihat menyerah lalu membiarkan temannya itu menyandarkan kepala di pundaknya sambil menutup wajah dengan telapak tangan, upaya agar ekspresinya tidak terlihat oleh kawan-kawan yang ada disana.
Bagas yang paling tau bahwa selama setahun terakhir teman alaynya ini sudah tidak seaktif dulu. Ia selalu sibuk memecahkan misteri kematian Galen sendirian, bahkan sering mengalami gangguan tidur dan mimpi buruk setiap malam.
Alasan Farel tidak mau ikut keluarganya pindah ke kota lain juga karena dia belum berhasil menyelesaikan pemecahan misteri pembunuhan Galen. Bayangkan, anak itu sampai sebegini berjuangnya demi mendapatkan bukti rekaman cctv tapi ada saja penghalang terjadi.
"Karena masalah gue selesai atas bantuan Aleard dan SMA Bhinneka, gue juga bakal bantu lo buat nyari rekaman itu. Kita masih terlibat kerja sama sampe masalah lo selesai juga." Final Kevin kemudian.
Ia juga merasa iba pada Farel. Jika Kevin berada pada posisi Farel yang sedang menyelidiki kematian teman berharganya, pasti sangat sulit tidak memiliki kekuatan pendukung apapun.
"Rel, beli es krim yok." Ajak Angga menggoyang-goyangkan pundak Farel.
Farel mengangguk setuju lalu pergi mengikuti Angga untuk membeli es krim. Bagas dan Kevin mengamati dari meja tempat mereka duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amicizia Complicata
Novela Juvenil[Book 2] Sequel Bukan Ulin Biasa (BUB) BxB Pandu yang selalu mendapat pendidikan keras sejak kecil bertemu dengan anak manja kesayangan bernama Geraldi. Siapa sangka si emosian yang kasar bisa akrab dengan si manis penyabar. Mereka berteman hingga m...