Bab 5

379 47 7
                                    

Ini kisah mereka waktu SMP ya
Belum ketemu Keno sama Kevin
Nanti bakal ada selingan Defan-Angga-Dimas juga kok
Xixixi

.

.

.

.

Pandu membuka mata karena terkena silau matahari yang sudah meninggi hingga kesadarannya perlahan kembali, sepertinya ia bangun kesiangan. Si kecil menghilang dari sampingnya, mungkin sedang mandi atau mengobrak-abrik dapur.

Ia merenggangkan badan sejenak lalu merenung sambil duduk di pinggir kasur. Teringat perkataan Geraldi semalam, berharap bahwa mungkin ia bermimpi.

Tapi bagaimana kalau nyata? Dia bisa apa? Toh, itu hak Geraldi untuk jatuh cinta pada Jefan.

"Pandu~"

"Ck! Fares!" Pandu berdecak kesal mendengar nama itu keluar dari mulut Geraldi. Dia gak suka, rasanya mereka kayak orang asing kalo manggil pakai nama 'Pandu'.

"Ahahahahahaha!!! Iyaaa, Faress! Bangun!" Geraldi tertawa melihat Pandu yang marah dengan separuh nyawa. Keliatan sekali anak itu masih berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih melayang-layang.

"Ayo sarapan! Jefan udah bawain kita makanan, sekalian berangkat takewinda bareng kamu." Ujar Geraldi lagi sambil mendekati Pandu yang masih melamun di pinggir kasur.

"Taekwondo, Aldi..." Pandu menarik si kecil yang berdiri di hadapannya ke dalam pelukan erat, kepalanya sepenuhnya bersandar di pinggang ramping temannya.

"Iya itu maksudku," Geraldi yang digelandoti sama sekali tidak protes dan memainkan helai rambut Pandu dengan jarinya. "Makan gih terus berangkat, tapi pulangnya kesini ya... Aku sendirian," bujuknya kali ini sambil melepas pelukan Pandu.

Cowok itu keliatan makin bete karena didorong menjauh padahal masih pengen gelandotan. "Aku mandi dulu bentar," ia bangkit dan pergi menuju kamar mandi sementara Geraldi kembali ke ruang makan untuk menemui Jefan.

"Sudah?" Tanya Jefan pada Geraldi yang sekarang sedang sibuk menata mangkuk di meja makan.

"Iya, lagi mandi orangnya. Habis itu kalian balik kesini ya! Aku sendirian disini," pesan Geraldi sambil menuangkan soto yang tadi Jefan bawa.

Jefan hanya berdeham lalu berdiri mengambil sendok untuk membantu Geraldi.

"Thank you!"

Suasana di meja makan terlihat tenang dan nyaman, berbeda dengan suasana hati Geraldi yang sudah terasa acak aduk tak karuan karena keberadaan Jefan.

"Makasih lo! Repot-repot!" Pandu yang sudah selesai mandi dan masih mengalungkan handuk pun datang. Ia segera duduk dan melahap soto di hadapannya tanpa basa-basi.

"Sama-sama," balas Jefan singkat.

"Lo gak ngantuk, Jef?"

"Gak."

"Habis jogging lagi ya?"

"Selalu."

"Anjir, produktif amat ni bocah."

"Kamu yang kayak kebo, Res." Sindir Geraldi berhasil membuat Jefan menahan tawa untuk tidak mengejek Pandu. Yang disindir sama sekali tidak marah dan malah melotot ke arah Jefan.

"Ampun," ucap Jefan sambil menyatukan kedua telapak tangannya.

Hening lagi sejenak, "oh iya. Pak pelatih bilang yang telat bakal dia banting."

"Jam berapa sekarang?!"

Mereka bertiga menoleh ke arah jam dinding rumah Geraldi. "Berarti telat satu jam," sahut Jefan datar.

Amicizia Complicata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang