Bab 26

218 24 1
                                    

UPDATE BUAT PERAYAAN KEBANGKITAN AYANGNYA AYANG GUEHHHH
GO KACCHAN AND DEKU GOOOOO

Sorry yah pembaca tercintakuh
Happy Reading 💙

NOTE: beberapa disini ngambil dari bab 13 dari book sebelah yaaa
Baca aja, gak akan plek ketiplek sama kok diksinya

.

.


.


.


.




"Lo disini?"

Geraldi menoleh, mendapati Jefan sedang berdiri di belakangnya. Ia hampir saja meloncat dan memeluk Jefan seandainya kakinya tak terasa sakit karena terlalu lelah berjalan dan berenang dadakan tadi. Ia mengucek kedua matanya berkali-kali untuk memastikan manusia di hadapannya ini Jefan.

Tangan Jefan menghentikan gerakan tangan Geraldi dengan lembut. "Jangan gitu. Sakit."

Kali ini Geraldi nangis tanpa aba-aba, sukses bikin Jefan kalang kabut. "Kenapa?!"

Geraldi merentangkan tangan lebar-lebar, namun Jefan tak peka dan hanya menatapnya heran. "Kalo gue begini berarti gue minta peluk!" Omelnya kesal.

Jefan menertawai manusia menggemaskan di hadapannya ini. Jaket itu keliatan kebesaran di tubuhnya yang kecil, rambut acak-acakan karena baru kering dan wajah sembab karena terlalu banyak menangis.

Jefan hanya menepuk-nepuk kepala Geraldi, agak sungkan untuk memeluk. Yah tapi namanya juga Geraldi, gak akan tenang kalo gak dapat pelukan.

Dia lebih maju dan segera meluk leher Jefan sampe cowok itu hampir kejengkang. "Nanti jatuh!" Peringatnya sambil menahan pinggang Geraldi dengan kedua tangan, namun tak terdengar sama sekali di telinga orang yang memeluknya.

"Mereka curiga sama lo! Mereka bilang lo pelakunya!!! Cepat bilang ke gue kalo Jefano Sebastian bukan pelakunya!!!"

Jefan tak menjawab pernyataan Geraldi, hanya mengelus pelan punggung Geraldi yang sama sekali tak mau melonggarkan pelukannya.

"Maafin gue," ucap Jefan ambigu. Ia menatap wajah sembab Geraldi dari jarak yang sangat dekat, bibir pucat itu agak bergetar karena kedinginan. "Geraldi, lo cinta gue?"

Geraldi membelalakkan mata saat mendengar pertanyaan Jefan yang terlalu tiba-tiba. "Ma.. maksud lo apa... Kenapa nanya begitu?"

"Gue mau memastikan perasaan gue selama ini," jawab Jefan jujur.

Geraldi jadi nervous sendiri, dia bingung mau jawab jujur atau bohong karena takut jawabannya bakal ngerubah pertemanan mereka ke depannya. "Gue..."

Belum sempat Geraldi meneruskan kalimatnya, wajah Jefan maju untuk mengecup bibir tipis itu.

Jefan menempelkan bibirnya pada Geraldi, menahan kepala si mungil dengan tangannya agar tidak bisa mengalihkan wajah. Geraldi membelalakkan mata kaget, dia bahkan sama sekali gak bisa mengelak karena terdiam kaku.

Setelah beberapa saat, kecupan lembut dari Jefan terhenti. Geraldi segera menyembunyikan wajah memerahnya di dada Jefan, terdengar kekehan kecil dari si tinggi.

Kedua tangan Geraldi meremas jaket yang dipakai Jefan, dia ngerasa senang sekaligus bersalah banget waktu ciuman tadi. Perasaannya pada Jefan punya harapan berbalas tapi pikirannya sempat terlintas wajah Pandu, membuat kebimbangannya semakin menjadi-jadi.

Amicizia Complicata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang