Kini adel sedang berjalan santai melewati koridor sekolah sambil menenteng tas menggunakan sebelah bahunya. Gadis yang memiliki kecantikan juga ketampanan ini pun, tak sedikit orang yang tertarik padanya.
"Gini banget jadi orang keren, liatin teross" gumam adel sambil melanjutkan langkahnya.
Sekolah ini merupakan sekolah elite. Murid-murid yang bersekolah disini merupakan anak-anak dari pengusaha dan anak-anak yang memiliki beasiswa juga kepintaran saja.
Bugh!
Lemparan sebuah bola basket berhasil adel tahan menggunakan sebelah tangannya. Ia melihat 3 orang laki-laki dihadapannya, yang sedang tersenyum meremeh kepadanya.
"Jam istirahat gue tantang lo main di lapangan, satu... lawan satu" ucapnya yang tak lain adalah revan.
Adel melemparkan kembali bola itu cukup keras pada salah satu teman revan, yang bernama Gilang. Gilang sedikit termundur karna lemparan adel terbilang cukup kuat.
"Lo mau nanggung malu? Gue gak masalah kalo harus tanding basket sama lo. Cuma ya...kalo lo kalah, janji gak nangis?" tanya adel sambil tersenyum miring.
Revan mengepalkan tangannya kuat. Ia merasa di permalukan di depan kedua temannya oleh adel.
"Lo bakal nelen ludah lo sendiri reva, lo yang bakal malu di lapangan. Asal lo tau, gue ketua basket di sekolah ini" ucap revan dengan sombongnya.
"Oh ya? Terus gue harus apa?" tanya adel.
Prok prok prok
"Gitu? Wahh revan keren, revan bisa ngalahin cewe main basket. Iya?" tanya adel.
"Revan.. revan.. Sekalipun lo menang, lo bakal tetep malu, karna apa? Karna yang lo lawan adalah perempuan. Tapi it's okay, gak masalah kalo lo mau nantang gue" ucap adel sambil berjalan maju mendekati revan.
"Gue tunggu di lapangan siang nanti. Kalo kalah jangan nangis dek" ucap adel sambil menepuk bahu revan, lalu berjalan pergi meninggalkannya.
Adel dan revan hanya berbeda beberapa bulan saja. Namun begitu, adel masih lebih tua 4 bulan dari revan.
"Lo kaya kenal banget sama dia van?" tanya Gilang.
"Dia kaka tiri gue" jawab revan.
"Jir, pantesan namanya aja reva dan revan. Cakep juga sih kaka lo" puji dika.
"Halah bacot lo berdua, brisik tau gak?" malas revan lalu berjalan pergi lebih dulu dibanding Gilang dan dika.
"Lo yakin lawan cewe van? Lo gak malu apa?" tanya Gilang sambil mereka berjalan.
"Ngapain malu? Gue cuma nantang basket kok, emang kalo main basket harus cowo vs cowo aja? Lawan cewe gaboleh?" tanya revan.
"Ya boleh aja sih, tapi kayanya dia jago deh van. Lemparan nya aja bikin gue geser tadi" ucap Gilang.
"Lo emang lembek, sawi banget lo jadi cowo" balas revan.
°°°
Kini adel baru saja mendudukana dirinya di kursi kelas. Ia menyimpan tasnya di atas meja, dengan sedikit hentakan.
"Oi" panggil seseorang menghampiri adel.
Adel menoleh pada orang yang berdiri di sampingnya.
"Apa? Gue miskin, kalo lo mau nyari temen yang sebaya kekayaannya sama lo, lo salah orang" ucap adel yang kini menyimpan Kepalanya di atas tumpuan tangan.
Perempuan itu menarik salah satu kursi, untuk ia duduki.
"Lo bisa gak usah nuduh dulu? Emang gue ada bilang gue mau temenan sama orang kaya?" tanya nya namun adel masih tak memperdulikan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
call me mommy [END]✅
Fiksi UmumGadis yang tersingkirkan dari keluarganya sendiri, membuat dia harus kehilangan semua kekayaannya dan hidup gelandangan. Namun, apa jadinya jika tiba-tiba ada seorang wanita kaya raya yang menyukainya? "can you call me mommy?" "sure" "good girl, i...