31

8 2 10
                                    

Jaehyun mengerenyit saat melihat cafe yang berada di depan nya sekarang ini.

Cafe kecil dengan ornamen klasik, pencahayaan nya pun sedikit rebup.

Tidak banyak orang yang berkunjung di cafe ini. Bahkan suasana nya pun begitu tenang, dan tidak banyak orang yang berlalu lalang.

Jaehyun pikir mereka akan bertemu di cafe yang cukup mewah, tetapi ini diluar ekspektasinya.

Ini pertama kali nya dia menemukan cafe yang menurut nya, sangat cocok untuknya.

Sebagai seorang idol Jaehyun harus selalu berhati-hati, bahkan untuk makan di luar saja dia harus ekstra hati-hati.

Karena setiap gerak geriknya selalu menjadi bahan perbincangan.

Dengan langkah lebar Jaehyun memasuki cafe, suara lonceng berbunyi.

"Selamat datang di cafe Roline" sapa pelayan cafe.

Jaehyun hanya mengangguk, lalu menunjukkan pesan singkat yang Deran kirim tadi.

"Ah.... mari ikut dengan saya, tuan" ucap pelayan itu saat setelah membaca pesan singkat yang Jaehyun tunjukan.

Jaehyun mengekor di belakang pelayan itu, mereka masuk kesebuah ruangan yang tersedia di cafe.

"Silakan, tuan" pelayan itu mempersilahkan Jaehyun untuk masuk.

"Terima kasih" ucap Jaehyun singkat.

Pelayan itupun pamit, dan menyisakan Jaehyun seorang diri.







*****




"Hm, jerawat nya harus lebih kecil" ucap Deran saat membuat jerawat buatan.

"Tentu saja harus lebih kecil, karena aku sudah memberi nya obat, agar sembuh" Deran bermonolog lagi sambil terkekeh.

Setelah beberapa saat Deran pun selesai berias, hasil nya pun tidak terlalu buruk, dia biarkan wajah nya sedikit terlihat mulus.

Jerawat buatan yang dia buat pun tidak sebanyak dulu, jika ada yang bertanya maka Deran akan menjawab, 'tentu saja aku mengobati jerawat ku agar cepat hilang'

Memikirkan itu membuat Deran kembali tertawa, kenapa juga dia memulai ini semua.

"Tapi ini seru juga, aku bisa tau siapa yang tulus berteman dengan ku dan yang hanya memanfaatkan fisik dan kekayaan ku" ucapnya.

Terakhir Deran mengoleskan sedikit liptint pada bibir tipis nya, dirasa persiapannya sudah selesai. Deran mengambil kunci mobil nya.

Dia berencana akan menitipkan mobil nya itu di penthouse Choya nanti, dan menaiki bus untuk sampai ke cafe yang akan dia tuju.
.
.
.
.
.
.

"Eonni!!" Seru Deran cukup keras.

Karena sedari tadi dia mengetuk pintu rumah Choya tapi tidak ada jawaban.

Tak berapa lama pintu terbuka menampakkan Choya yang sepertinya baru bangun tidur.

"Ada apa?" Ucap nya dengan suara serak.

"Mau titip mobil dan ini kuncinya, dari tadi aku panggil kau tidak menjawab. Kaki ku pegal berdiri terus" ucap Deran langsung pada intinya.

Choya menggaruk perut nya menatap Deran malas.

"Kau kan bisa masuk, kau tahu password rumah ku. Lalu kau simpan sendiri kunci mobil itu, setelah itu kau tinggal mengirim ku pesan"

Deran menepuk keningnya cukup keras. Iya, dia merasa sangat bodoh sekali, kenapa sedari tadi dia tidak langsung masuk saja.

Boy In LuvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang