40

9 0 0
                                    

Tok tok tok

“Masuk”

Terlihat seorang perempuan muda masuk ke dalam ruangan Deran, Deran masih tidak mendongak dia masih sibuk mengerjakan pekerjaannya.

Biasa nya dia selalu dibantu oleh Choya tapi sekarang dia mengerjakannya sendiri, walapun Choya sering membuatnya kesal dan begitu menyebalkan tapi saat berkerja Choya itu sangat profesional.

“Presdir.. apa ada pekerjaan yang bisa saya bantu? Sepertinya Presdir begitu kelelahan?”

Deran mendongak dia menatap perempuan muda yang berdiri tepat di depan nya.

Melepakan kacamatan yang sedari tadi bertengger di hidung mancungnya lalu memijatnya pangkal hidung nya sebentar.

Deran kemudian melihat jam tangan nya  yang sudah menunjukan pukul lima sore, waktunya pulang.

“Tidak usah, lagi pula ini sudah waktu nya pulang”  ucap deran sambil membereskan berkas nya yang sedikit berserakan di atas meja nya.

“Baik, Presdir”

Perempuan itupun undur diri dari ruangan Deran dan menyisakan Deran seorang diri yang sedang duduk bersandar di kursi kerja nya.

Deran keluar dari ruangannya, pegawai yang masih ada di kantornya itu membungkuk saat Deran melewatinya.

“Nikmati hari libur kalian, sampai jumpa” ucap deran sebelum masuk dalam lift.
.
.
.
.
.
.
.
.

Deran melajukan mobilnya dengan santai, dia masih kepikiran dengan Choya yang saat ini sedang berada di Mokpo.

Ntah kenapa perasaan nya tidak enak, walaupun Choya termasuk orang yang bodo amat dengan sekitar atau dengan orang-orang yang menggunjing nya.

Tetapi, jika dia sudah marah akan repot urusannya. Apalagi saat peringatan kematian nenek nya itu pasti seluruh keluarga akan berkumpul.

Deran mengetuk-ngetuk telunjuk nya dengan stir mobil yang sedang dia genggam.

"Apa aku coba menghubungi eonni saja yah? Rasanya sangat tidak nyaman, apa terjadi sesuatu?" Gumam Deran.

Walaupun mereka baru kenal selama enam tahun tetapi mereka sudah seperti saudara kandung.

Awal pertemuan mereka memang sedikit konyol, mereka di kerja-kerja oleh warga karena di sangka pelaku pencopetan, padahal Deran dan Choya hanya berjalan beriringan tanpa saling mengenal satu sama lain.

Tetapi sialnya ada dua pencopet yang memakai baju yang sama persis dengan mereka berdua, alhasil mereka lah yang jadi tersangka.

"Ah! Lebih baik aku mengubungi nya saja, dari pada aku tidak tenang seperti ini"

Akhirnya Deran menghubungi Choya, panggilan pertama tidak mendapatkan jawaban.

"Kenapa tidak diangkat? Aku coba lagi saja"

Deran kembali menekan tombol hijau yang berada di layar ponselnya.

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya, dia panggilan telepon nya tersambung.

"Hallo, eonni?"

"Eoh, Ada apa Kim Deran?"

Deran merenggut saat mendengar suara Choya yang sedikit serak.

"Are you okay?"

"Fine, don't worry about me".

Deran mengehela nafas, dia sudah tau pasti ada sesuatu yang terjadi. Tetapi Choya tidak mau memberi tahu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Boy In LuvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang