4

37 5 0
                                    

Deran POV On

Tanpa sadar aku tertidur di dalam bus, entah kenapa rasanya nyaman sekali seperti aku tertidur di atas bahu Ten. Kakak ku.

"Ugh, apa sudah sampai?" aku bertanya sambil mengucek mata yang masih sedikit susah untuk dibuka tapi kepala ku masih berada di bahu laki-laki disebelahku. Aku mendongak dan mengikis jarak dengan wajahnya.

menyipitkan matanku namun saat sadar siapa yang ada di depan ku, otomatis aku mundur kebelakang dengan cepat. Sial, punggungku terbentur kaca bus.

Laki-laki itu pun langsung memegang bahu ku, tanpa sadar kita saling bertatapan

"Ya Tuhan, kenapa dia memegang bahuku dan menatapku seperti itu. Yha walaupun aku tidak melihat wajahnya dengan jelas."

Untung saja suara paman sopir mengintrupsi, dia langsung menarik tangannya yang berada di bahu ku dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu sedangkan aku mangalihkan pandangan kesembarang arah guna menutupi sedikit rasa gugupku. Ini gila, situasi macam apa ini.

"Maaf, pasti kau merasa tidak nyaman" ucap ku

aku masih enggan untuk menatapnya, ya Tuhan kenapa aku menjadi gugup seperti ini. Aku melihat kearah laki-laki di sampingku saat jari telunjuknya menyentuh lengan ku.

Lalu aku menatapnya, dia menunjuk ke arah belakangku, akupun mengikuti arah nya.

"Ah, ternyata sudah sampai"

lihat aku berujar seperti orang bodoh begini, hey Kim Deran kau ini kenapa.

Duk

Ya Tuhan kenapa hari ini aku sial sekali, aku mengaduh saat kepala ku terbentur atas bus. Saat aku akan mengelus bagian kepala ku yang terbentur tapi aku sangat terkejut sebuah tangan besar sudah berada di kepala ku dan mengelus pelan bagaian kepala ku yang terasa sedikit berdenyut.

Wajahnya pun sangat dekat sampai aku dapat melihat matanya yang menunjukan dia khawatir padahal wajahnya hampir semua tertutup.

suara paman sopir kembali mengintrupsi kami, laki-laki itupun langsung mengeser tubuhnya dan membiarkan ku berjalan didepan nya.

"Maaf ya paman, tadi aku tertidur" ucap ku saat berada di hadapan paman sopir dia menggelengkan kepalanya, mungkin dia sedikit jengkel melihat ku yang dari tadi masih di dalam bus. Entahlah itu hanya pikiran ku saja.

Setelah bus pergi akupun duduk di bangku tunggu yang memang tersedia di halte, aku melirik laki-laki tadi ikut duduk di sebalah ku.

"Kau tidak pulang? atau masih menunggu bus?"

Aku pun bertanya karena bingung, kenapa dia malah ikut duduk bersama ku bukannya pulang. Dia kembali mengeluarkan stiki note nya yang tadi sempat dia simpan di dalam saku jaketnya.

"Kasian sekali, tidak bisa berbicara itu merepotkan. Harus selalu menulis jika ingin mengungkapkan sesuatu"

aku bermolog dalam hati sambil memperhatikannya yang masih menulis lalu menyodorkan stiki note itu kepada ku.

Aku mengerut saat melihat tulisannya, kenapa dia malah mengikuti ku? Mata ku membesar saat sekelebat pikiran bahwa dia mungkin saja lupa jalan pulang atau lebih parah mungkin dia tersesat.

"Kau lupa jalan pulang?"

Laki-laki itu pun hanya menggeleng. Penasaran, itulah yang sekarang aku rasakan tapi aku merasa tidak enak untuk bertanya lebih. Bahkan aku tidak tau nama laki-laki itu.

Kami berdua sama-sama terdiam sampai selembar stiki note berada di hadapan ku lagi.

"Jaehyun"

Boy In LuvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang